Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Kota Gyeongju di Provinsi Gyeongsangbuk akan menjadi sorotan dunia sebagai tuan rumah pekan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC yang akan digelar pada tanggal 27 Oktober s/d 1 November 2025.
Pertemuan ini mengusung tema “Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan: Terhubung, Berinovasi, dan Sejahtera” dan diperkirakan akan dihadiri lebih dari 20.000 orang pejabat dari berbagai negara, termasuk pemimpin negara, pengusaha, dan awak media.
Logo APEC 2025 terinspirasi oleh Sumaksae atau "Senyuman dari Silla," yaitu artefak genteng atap bergambar wajah dari era Dinasti Silla. (Kementerian Luar Negeri)
Namun, Gyeongju bukan sekadar lokasi pertemuan. Sebagai ibu kota Dinasti Silla (57 SM s/d 935 M) yang berjaya selama hampir seribu tahun, Gyeongju menyimpan jejak sejarah Korea yang begitu dalam dan menghadirkan panorama budaya yang begitu kaya hingga dijuluki sebagai museum tanpa dinding.
Melalui artikel ini, penulis merekomendasikan berbagai destinasi wisata di Kota Gyeongju untuk merasakan Korea di masa lampau secara utuh.
Kawasan Makam Daereungwon
Kawasan Makam Daereungwon menyimpan berbagai peninggalan bersejarah era Dinasti Silla di balik makam berbentuk gundukan tanah yang menyerupai bukit. (Maulia Resta Mardaningtias)
Daereungwon adalah kompleks pemakaman keluarga kerajaan era Silla. Di sini pengunjung bisa menjelajahi Cheonmacheong, yaitu salah satu makam yang dapat dimasuki. Dari luar, makam tampak seperti gundukan tanah, tetapi bagian dalamnya mengungkap struktur batu besar yang kokoh menyerupai piramida kecil khas Korea.
Replika perhiasan, senjata, dan artefak lain yang ditemukan di dalam makam membuat pengunjung merasa kembali ke masa lalu. Tempat ini menjadi salah satu destinasi yang unik untuk dikunjungi dan memahami kejayaan masa lalu Korea.
Kuil Bulguksa dan Gua Seokguram
Tampak sebagian sisi Kuil Bulguksa yang dinobatkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995. (Maulia Resta Mardaningtias)
Tumpukan batu yang menjadi fondasi dasar bangunan Kuil Bulguksa menampakkan keindahan arsitektur era Silla yang artistik dan spiritual. Dua pagoda legendaris Korea, yakni Seokgatap dan Dabotap, berdiri megah di tengah kompleks kuil. Jika mengunjungi Kuil Bulguka kala musim gugur, daun-daun berwarna jingga menyelimuti area kuil dan menciptakan lanskap yang begitu memukau. Cahaya pagi maupun sorot malam memperkuat kesan tenang dalam tempat yang sakral ini.
Pada tahun 1995 Kuil Bulguksa dinobatkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO bersama dengan Gua Seokguram, yaitu gua yang terletak di lereng Gunung Tohamsan serta menyimpan patung Buddha raksasa yang menghadap ke arah matahari terbit. Untuk mencapainya, pengunjung akan melalui jalan setapak yang sejuk dan tenang. Saat memasuki gua kecil di balik kuil, suasana terasa begitu menjadi sakral. Patung Buddha yang duduk tenang di dalam gua seolah menyambut para peziarah dalam keheningan.
Area Cheomseongdae
Cheomseongdae merupakan observatorium tertua di Asia Timur yang terletak di Kota Gyeongju. (Maulia Resta Mardaningtias)
Dibangun pada masa pemerintahan Ratu Seondeok (tahun 632-647), Cheomseongdae adalah observatorium tertua di Asia Timur. Menara batu sederhana ini menyimpan makna besar tentang ketertarikan masyarakat pada era tersebut terhadap langit dan ilmu pengetahuan.
Cheomseongdae terletak di area yang begitu luas dan berdekatan dengan hamparan tanaman berwarna merah muda bernama pink muhly grass. Di taman tersebut, para pengunjung bisa mengabadikan momen dengan berfoto berlatar pemandangan yang indah.
Istana Donggung dan Kolam Wolji
Salah satu paviliun di area Istana Donggung menarik perhatian pengunjung dengan desain dan perpaduan warna atapnya yang begitu indah. (Maulia Resta Mardaningtias)
Istana Donggung merupakan tempat tinggal putra mahkota di era Silla. Di area istana ini terdapat Kolam Wolji, yaitu sebuah kolam buatan yang menjadi favorit wisatawan untuk menikmati keindahan senja dan malam.
Pantulan cahaya bulan di permukaan air menghadirkan panorama yang begitu tenang dan romantis seolah membawa pengunjung kembali ke masa lampau. Tempat ini sangat cocok bagi mereka yang ingin merasakan sisi romantis dan melankolis Gyeongju di tengah gemerlap sejarah dan hembusan angin musim gugur.
Hwangnidan-gil
Beranjak ke sisi yang lebih modern, Hwangnidan-gil atau Jalan Hwangnidan adalah jalanan estetis.
Hwangnidan-gil dipenuhi toko aksesori, toko buku dengan nuansa klasik, kafe tematik, dan jajanan lokal sehingga serupa dengan kawasan Jalan Malioboro di Yogyakarta, Indonesia.
Salah satu kudapan yang paling mudah ditemukan adalah 10 won ppang, yaitu kue berbentuk koin kecil yang manis dan gurih. Bagi pencinta fotografi dan belanja, Hwangnidan-gil adalah surga kecil yang menyatukan gaya kontemporer dengan nuansa klasik.
Museum Nasional Gyeongju
Museum Nasional Gyeongju menyimpan ribuan koleksi peninggalan bersejarah Korea, khususnya era Dinasti Silla. (Maulia Resta Mardaningtias)
Museum Nasional Gyeongju menyimpan banyak artefak asli dari era Dinasti Silla, termasuk artefak dari Cheonmachong dan lonceng raksasa yang suaranya dapat didengar melalui rekaman. Di salah satu ruang pameran, Sumaksae dipajang dalam bingkai elegan. Artefak tersebut menjadi inspirasi untuk berbagai macam logo merek Korea, seperti APEC 2025.
Gyeongju siap menyambut dunia melalui APEC 2025 dengan arsitektur kuno yang berdampingan dengan teknologi dan industri modern. Gyeongju berhasil menampilkan nilai-nilai APEC yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.