Wartawan Kehormatan

2025.09.22

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Foto: Maulia Resta Mardaningtias

Pertunjukan nonverbal bernama "FLYING" telah sukses memukau penonton Indonesia dengan kombinasi seni tradisional, komedi, akrobatik, dan teknologi panggung yang canggih.

Pertunjukan yang digelar pada hari Kamis (18/09/2025) tersebut didatangkan langsung dari Kota Gyeongju, Provinsi Gyeongsangbuk, Korea. Pertunjukan tersebut diadakan sebagai bagian dari rangkaian penyambutan Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) yang akan digelar di Gyeongju.

Pertunjukan "FLYING" merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata Korea; Kedutaan Besar Korea di Indonesia; dan Korean Cultural Center Indonesia (KCCI),

Pengunjung pertunjukan FLYING yang telah memperoleh kode QR saat pendaftaran daring dapat menerima tiket fisik dan pamflet pertunjukan.

Pengunjung pertunjukan "FLYING" yang telah memperoleh kode QR saat pendaftaran daring dapat menerima tiket fisik dan pamflet pertunjukan.


Sebagai pertunjukan nonverbal, "FLYING" menyuguhkan pengalaman yang dapat dinikmati oleh siapa pun tanpa batas bahasa. Pertunjukan dimulai dengan video pembuka yang menampilkan berbagai keunikan Kota Gyeongju, seperti Kuil Hwangnyongsa, mahkota emas era Kerajaan Silla, hingga Cheomseongdae. Tayangan ini menjadi penanda bahwa latar cerita yang akan dihadirkan berasal dari era Silla.

Aksi para pemain FLYING sukses mengundang gelak tawa penonton di seluruh penjuru teater.

Aksi para pemain "FLYING" sukses mengundang gelak tawa penonton di seluruh penjuru teater.


Setelah menyaksikan video pembuka, lampu teater dipadamkan sejenak lalu perlahan cahaya merah jambu tampak menyoroti tarian anggun seorang wanita mengenakan hanbok khas Silla.

Warna-warna lembut dari busananya berpadu indah dengan permainan cahaya yang memukau. Suasana misterius yang tercipta saat itu membuat penulis menduga bahwa ia adalah karakter dukun Korea.

Tak lama kemudian, suasana berubah menjadi lebih intens saat para penampil lain muncul mengenakan kostum prajurit Hwarang, lengkap dengan tameng dan tombak. Mereka menampilkan gerakan bela diri yang mengingatkan penulis pada seni taekwondo.

FLYING menampilkan pertunjukan yang memadukan senam artistik, senam ritmik, pemandu sorak, seni bela diri, dan tari jalanan.

"FLYING" menampilkan pertunjukan yang memadukan senam artistik, senam ritmik, pemandu sorak, seni bela diri, dan tari jalanan.


Ketegangan berubah menjadi tawa ketika sosok dokkaebi, makhluk mitologi Korea yang dikenal usil, muncul di panggung. Dengan tawa khas dan gerakan jenaka, dokkaebi berhasil mengubah suasana menjadi komedi.

Interaksi antara dokkaebi dan para Hwarang yang ketakutan menghadirkan momen-momen lucu, termasuk adegan gerak lambat ala film laga yang membuat penonton tergelak. Salah satu adegan yang paling menghibur adalah ketika dokkaebi mengetuk kepala para Hwarang dengan pentungan berduri sehingga membuat mereka bertingkah aneh dan kacau.

Dalam balutan cahaya panggung yang lembut, karakter Hwarang dan pemandu sorak tampil bersama dalam segmen aerial silk berpasangan.

Dalam balutan cahaya panggung yang lembut, karakter Hwarang dan pemandu sorak tampil bersama dalam segmen aerial silk berpasangan.


Hal yang membuat "FLYING" terasa benar-benar istimewa adalah perpaduan teknologi dan seni panggung yang ditampakkan dalam pertunjukan. Proyektor tidak hanya berfungsi sebagai latar visual, tetapi juga menjadi penuntun cerita yang berpadu dengan tata cahaya dan suara yang dirancang dengan cermat.

Elemen akrobatik seperti senam udara, trampolin, dan tali gantung dari langit-langit panggung menambah dimensi baru dalam pertunjukan ini. Penonton dibuat terpukau saat para pemain melayang dan berputar di udara, menciptakan ilusi seolah mereka benar-benar 'terbang'.

Karakter dokkaebi tampil memukau dalam segmen aerial silk, melayang di udara dalam sorotan cahaya merah yang dramatis.

Karakter dokkaebi tampil memukau dalam segmen aerial silk, melayang di udara dalam sorotan cahaya merah yang dramatis.


Alur cerita pun berkembang secara tidak terduga. Pertarungan antara Hwarang dan dokkaebi menciptakan portal waktu yang membawa mereka ke masa depan, tepatnya ke SMA Silla yang sedang bersiap mengikuti kompetisi pemandu sorak tingkat internasional.

Cerita berlanjut dengan berbagai konflik dan interaksi yang menghibur antara anggota tim pemandu sorak dan karakter-karakter dari masa lalu.

Di akhir cerita, SMA Silla berhasil memenangkan lomba pemandu sorak dan portal waktu kembali terbuka, sehingga memungkinkan para karakter dari masa lalu untuk kembali ke era Silla. Kisah yang dibalut dengan humor, aksi, dan sentuhan emosional yang ringan namun menyentuh ini menuai tepuk tangan dan sorakan meriah dari para penonton.

Saat acara, penonton dapat memperoleh balon pemukul berduri khas dokkaebi yang tersedia secara terbatas.

Saat acara, penonton dapat memperoleh balon pemukul berduri khas dokkaebi yang tersedia secara terbatas.


"FLYING" menjadi bukti bahwa seni bisa melampaui batas bahasa dan waktu. Dengan kombinasi tradisi dan modernitas, humor dan aksi, serta teknologi dan emosi, pertunjukan ini berhasil menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi penonton di Indonesia.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait