Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia
Industri kreatif Korea, telah berkembang pesat dan menjadi salah satu pilar utama dalam gelombang budaya Korea (halyu) yang mendunia, khususnya dalam bidang animasi, gim, dan desain visual.
Untuk membuka wawasan lebih luas mengenai ekosistem industri kreatif tersebut, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) menggelar kuliah khusus bertajuk Special Lecture: Career Path in Animation and Creative Industry Korea pada Jumat (20/06/2025) di Jakarta.
Acara ini dirancang untuk memperkenalkan proses kerja di industri animasi Korea serta kompetensi yang dibutuhkan bagi mereka yang tertarik berkarier di dalamnya.
Kuliah khusus Special Lecture: Career Path in Animation and Creative Industry Korea diadakan oleh KCCI pada Jumat (20/06/2025).
Materi disampaikan oleh Amabel Emillavta, seorang visual development artist yang telah meniti karier profesional di Korea. Dalam sesi tersebut, Amabel membagikan pengalamannya bekerja di industri animasi, mulai dari proses produksi hingga kolaborasi yang terjadi di balik layar.
Amabel merupakan lulusan Korea National University of Arts (K-Arts), satu-satunya universitas seni nasional di Korea yang didirikan oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata. Amabel awalnya belum mengenal dunia animasi Korea secara mendalam. Namun, selama proses belajar, ia mulai menyadari bahwa Korea memiliki peran penting dalam industri animasi global.
Banyak studio animasi besar dari Barat yang memercayakan proses produksi mereka ke studio-studio Korea. Salah satunya adalah The Legend of Korra, spin-off dari serial animasi populer Avatar: The Last Airbender, yang merupakan hasil kerja sama dengan Studio Mir asal Korea.
Amabel Emillavta, seorang visual development artist yang telah meniti karier profesional di Korea, menjadi narasumber secara daring pada kuliah khusus KCCI.
Meniti karir di industri kreatif Korea, Amabel sempat terlibat dalam produksi animasi TV Korea, seperti Hello Jadoo. Kini, ia bekerja di Locus Animation, salah satu studio ternama yang berbasis di Korea.
Salah satu proyek besar Locus Animation adalah Exorcism Chronicles: The Beginning, sebuah film animasi yang diadaptasi dari serial novel Toemarok. Film ini telah tayang di berbagai festival bergengsi dunia, termasuk Annecy International Animation Film Festival di Prancis dan Imagine Fantastic Film Festival di Belanda.
Dalam produksi film ini, Amabel bertanggung jawab atas berbagai desain visual. Salah satunya adalah desain mural taenghwa (lukisan Buddha tradisional) yang menjadi salah satu karya sentral di film tersebut.
Amabel menjelaskan bahwa K-Animation kini menjadi salah satu produk unggulan Korea yang berhasil menembus pasar internasional berkat dukungan pemerintah dan asosiasi independen di Korea.
Animasi menjadi salah satu produk unggulan Korea yang berhasil menembus pasar internasional. Salah satu contohnya adalah Pinkfong Baby Shark, karakter animasi yang mendunia dan sukses menjadi video musik pertama di YouTube yang menembus 10 miliar penayangan.
Animasi tersebut diproduksi oleh EBS dan saat tayang perdana di Amerika Serikat tahun 2021 lalu langsung menempati peringkat satu dalam rating untuk anak usia 2 hingga 5 tahun.
Keberhasilan lain datang dari film animasi The King of Kings produksi MOFAC Studio yang dirilis pada April 2025. Film ini mencatatkan prestasi sebagai film Korea paling laris di pasar Amerika Serikat dengan meraup keuntungan sebesar 54,5 juta dolar melampaui rekor film Parasite.
Amabel mengajak para peserta untuk mengenal lebih dekat ekosistem industri kreatif di Korea dan proses kreatif dalam membuat sebuah karya animasi.
Amabel menjelaskan bahwa kemajuan industri animasi di Korea sangat didukung oleh kebijakan pemerintah yang menyediakan dana bantuan bagi para kreator animasi. Dukungan ini memungkinkan animator Korea memproduksi karya orisinal dan mengurangi ketergantungan terhadap proyek luar negeri. Kebijakan ini juga mendorong talenta Korea yang sebelumnya berkarier di luar negeri untuk kembali dan membangun industri dari dalam negeri.
Selain itu, organisasi seperti Korea Independent Animation Filmmakers Association (KIAFA) turut memainkan peran penting dalam mendukung para pekerja animasi independen. KIAFA menyediakan bantuan distribusi, memfasilitasi kerja sama produksi, serta membantu akses pendanaan bagi para kreator animasi independen.
Peserta kuliah khusus ini menunjukkan minat yang besar terhadap K-Animation dan aktif mengajukan pertanyaan seputar industri animasi di Korea pada sesi tanya-jawab.
Perkembangan K-animation kini sudah meluas hingga ke Indonesia, ditandai dengan hadirnya studio animasi Korea yang didirikan di Jakarta dan melibatkan talenta lokal dalam produksinya. Melalui pendirian studio animasi oleh sutradara Korea di Jakarta, Korea tidak hanya mengekspor konten, tetapi juga mentransfer pengetahuan, membuka lapangan kerja, dan menjalin kemitraan strategis dengan talenta lokal.
Kuliah khusus yang diselenggarakan dalam format campuran (luring dan daring) ini dihadiri oleh para peserta yang berasal dari beragam latar belakang, mulai dari mahasiswa desain grafis, ilustrator, hingga peminat animasi Korea.
Amabel membagikan berbagai tip bagi para peserta yang ingin terjun di industri animasi Korea dan menekankan pentingnya memahami proses produksi secara menyeluruh, membangun portofolio, serta kepekaan terhadap konteks budaya dalam setiap karya.
Foto bersama peserta dan narasumber, Amabel, sebagai penutup sesi kuliah khusus KCCI seputar K-Animation.
Transformasi industri animasi Korea menjadi salah satu pilar utama Halyu menandai babak baru dalam ekspansi budaya Korea ke dunia. Jika sebelumnya musik K-pop dan drama Korea menjadi wajah terdepan halyu, kini K-Animation turut tampil sebagai kekuatan kreatif yang tak kalah berpengaruh.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.