Wartawan Kehormatan

2025.05.09

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Foto: Maulia Resta Mardaningtias

Pada tanggal 3-4 Mei 2025 Korean Cultural Center di Indonesia (KCCI) menggelar kelas khusus bertajuk "Workshop Seni Budaya Tradisional Korea." Kelas ini merupakan sebuah lokakarya khusus yang diadakan untuk memperkenalkan dan mengajak masyarakat Indonesia untuk mempelajari secara langsung tarian tradisional Korea dan alat musik tradisional Korea, gayageum.

Kelas tersebut masing-masing berlangsung selama dua jam dan dilakukan secara bersamaan di Main Atrium KOREA 360. Hal lain yang membuat kelas-kelas ini begitu menarik adalah dengan didatangkannya dua orang ahli dari Korea untuk memandu pembelajaran, yakni Master Choi Kyung-ja untuk kelas menari serta Master Ha Kyung-mee untuk kelas gayageum dari Korean Traditional Performing Arts Foundation.

Penulis berpartisipasi dalam kelas Gayageum pada Workshop Seni Budaya Tradisional Korea pada tanggal 3 Mei 2025 di Main Atrium KOREA 360, Jakarta.

Penulis berpartisipasi dalam kelas gayageum pada "Workshop Seni Budaya Tradisional Korea" pada tanggal 3 Mei 2025 di Main Atrium KOREA 360, Jakarta.


Pada tanggal 3 Mei 2025 penulis berpartisipasi dalam kelas dan mempelajari cara bermain gayageum. Kelas ini diikuti oleh 30 orang peserta pada hari pertama dan 18 orang peserta pada hari kedua. Kelas tersebut dipandu oleh Master Ha yang telah menekuni gayageum sejak ia masih berusia 5 tahun.

Melalui wawancara singkat, Master Ha membagikan bahwa dorongan positif dari orang tuanya yang menyukai yang kemudian mengenalkannya dengan alat musik petik khas Korea tersebut di usia yang masih belia.

Master Ha mengawali pembelajaran dengan mengenalkan gayageum yang merupakan alat musik tradisional Korea yang diciptakan sejak 1500 tahun yang lalu dan dimainkan dengan cara dipetik.

Selain itu, berbeda dari alat musik petik modern seperti gitar, gayageum memiliki 12 senar yang terpaut di papan sepanjang kurang lebih 150 cm. Hal tersebut membuat gayageum memiliki keunikan dalam nada dan suara yang dihasilkannya. Dalam menghasilkan nada, gayageum memiliki 3 bagian, yakni nada rendah yang terdiri dari nada re, sol, la; nada menengah yang terdiri dari nada re, mi, sol, la, si; dan nada tinggi yang terdiri dari nada re, mi, sol, serta la.

Gayageum memiliki 12 senar yang menghasilkan nada-nada yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni nada rendah, menengah, dan tinggi.

Gayageum memiliki 12 senar yang menghasilkan nada-nada yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni nada rendah, menengah, dan tinggi.


Untuk pemula, Master Ha mengajarkan para peserta dua buah lagu, yaitu "Old MacDonald Had a Farm" dan lagu anak-anak "Semua adalah Bunga." Lagu berjudul "Semua adalah Bunga" memiliki pesan yang begitu menyentuh, yaitu di mana pun seseorang berada, ia bisa menjadi bunga yang menghias tempat tersebut dengan keindahannya.

Ketika memainkan lagu-lagu tersebut, penulis merasa bahwa senar-senar gayageum yang dipetik secara bergantian menghasilkan suara serupa gitar, tetapi memiliki suara yang lebih berat dan tenang sehingga menimbulkan perasaan damai.

Hal tersebut juga diakui oleh Master Ha. Daya tarik gayageum sebagai alat musik yang sederhana, tetapi mampu mengekspresikan musik-musik yang menenangkan serta menghibur hati para pendengarnya, menjadi faktor utama yang membuat Master Ha ingin memperkenalkan gayageum kepada masyarakat Indonesia.

"Saya berharap melalui musik gayageum ini, masyarakat Indonesia dapat berkomunikasi dan mengekspresikan perasaannya," ungkap Master Ha.

Antusiasme para peserta dalam mempelajari gayageum membuat Master Ha terkesan.

Antusiasme para peserta dalam mempelajari gayageum membuat Master Ha terkesan.


Setelah berlatih menggunakan gayageum, Master Ha menambahkan bahwa permainan gayageum sebenarnya dilakukan di ruangan kecil dan bukan untuk dimainkan dalam skala besar. Gayageum dimainkan untuk didengar oleh diri sendiri sebagai penghiburan dan sarana untuk menenangkan pikiran.

Walaupun kelas gayageum dilakukan di ruang terbuka, tetapi para peserta tetap menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk mempelajari gayageum. Antusiasme murid di Indonesia tersebut menjadi hal yang berkesan untuk Master Ha.

"Murid-murid Indonesia memiliki pembawaan yang ceria dan energi positif dalam mengartikan dan membawakan musik-musik yang diajarkan. Murid Indonesia mengekspresikan musik sedih dengan sebuah senyuman ceria, berbeda dengan murid Korea. Hal tersebut yang menjadi ciri khas murid-murid di Indonesia," ungkap Master Ha.

Sebelum mengakhiri kelas, Master Ha menjawab berbagai pertanyaan para peserta dan mengenalkan mereka dengan sanjo, yaitu musik tradisional Korea yang populer dimainkan dengan gayageum. Master Ha juga memperkenalkan anjok, yaitu salah satu bagian pada gayageum yang berfungsi untuk mengatur nada pada senar dengan menggesernya untuk menemukan nada yang sesuai.

Peserta kelas gayageum, Riani (kiri), Ochi (tengah), dan Nindy (kanan), mengikuti kelas ini karena ketertarikannya dengan budaya Korea.

Peserta kelas gayageum, Riani (kiri), Ochi (tengah), dan Nindy (kanan), mengikuti kelas ini karena ketertarikannya dengan budaya Korea.


Ketika kelas berakhir, penulis juga mewawancarai Riani, salah satu peserta kelas yang terlihat aktif berkomunikasi dengan Master Ha selama pembelajaran. Ia juga terlihat berpengalaman selama memainkan gayageum saat kelas berlangsung.

P: Apa yang membuat Riani memutuskan untuk mengikuti kelas gayageum ini?
Pada dasarnya, saya sangat suka dengan budaya Korea, khususnya yang berkaitan dengan seni dan alat musik Korea. Gayageum adalah alat musik Korea yang jarang sekali ada di Indonesia. Saat mendengar berita mengenai lokakarya ini, saya langsung cepat-cepat mendaftar untuk bisa merasakan pengalaman belajar gayageum secara langsung.

P: Bagaimana kesan Riani setelah mengikuti kelas ini?
Awalnya saya tidak yakin bisa mempelajari gayageum dalam dua jam karena sebelumnya saya pernah mengikuti sebuah kelas gayageum berdurasi sepuluh minggu. Akan tetapi, ternyata kelas ini sangat seru, terutama untuk seorang pemula. Penjelasannya cukup sederhana dan mudah dimengerti. Semua peserta dapat kesempatan untuk mencoba memainkan gayageum beberapa kali juga.

P: Bagi Riani, apa yang membuat gayageum menjadi salah satu alat musik tradisional Korea yang menarik untuk dipelajari?
Gayageum adalah alat musik yang memiliki nilai budaya dan historis yang tinggi. Selain itu, gayageum juga memiliki suara yang khas, bentuk yang unik, dan teknik bermain yang berbeda dari alat musik yang pernah saya pelajari sebelumnya di bangku sekolah.

Penulis berfoto bersama Master Ha seusai kelas gayageum yang berlangsung pada tanggal 4 Mei 2025 di Main Atrium KOREA 360, Jakarta.

Penulis berfoto bersama Master Ha seusai kelas gayageum yang berlangsung pada tanggal 4 Mei 2025 di Main Atrium KOREA 360, Jakarta.


Penulis merasa kelas gayageum ini menjadi sebuah pengalaman pertama yang unik dan berkesan. Kelas ini mampu mengenalkan alat musik tradisional gayageum kepada para peserta dengan cara yang sangat menyenangkan.

Dengan jumlah peserta kelas yang tidak lebih dari 30 orang, kelas ini juga terasa lebih dekat dan membuat para peserta bisa lebih fokus serta mendalami gayageum. Tidak hanya menjadi momen berkesan untuk para peserta, Master Ha yang memiliki kesan positif terhadap antusiasme masyarakat Indonesia dalam mempelajari gayageum.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait