Wartawan Kehormatan

2024.09.26

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste
Foto: Frenky Ramiro de Jesus

Salah satu pengalaman yang ingin penulis rasakan di Korea adalah menikmati bermalam di rumah tradisional Korea yang bernama hanok. Pada awal September lalu, penulis bersama teman-teman melakukan tur ke Desa Hanbam yang terletak di Gunwi-gun, Provinsi Gyeongsangbuk, untuk merasakan bermalam di salah satu rumah tradisional hanok tertua di desa tersebut.

Penulis bersama teman-teman berfoto tepat di depan jalan rumah tradisional hanok.

Penulis bersama teman-teman berfoto tepat di depan jalan rumah tradisional hanok.


Desa ini dapat dibilang sebagai salah satu desa yang masih melestarikan budaya dan tradisi lama. Hal tersebut dapat dilihat dengan semua rumah tradisional hanok yang utuh, rapi, dan dirawat dengan sangat baik. Semua rumah dikelilingi oleh dinding batu yang didirikan setinggi bahu sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan rumah tradisional hanok, meskipun dari jarak jauh. Beberapa hanok dipertahankan sebagai rumah masyarakat dan juga disewakan sebagai penginapan.

Terlihat rumah tradisional Hanok Namcheon yang telah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata serta Organisasi Pariwisata Korea.

Terlihat rumah tradisional Hanok Namcheon yang telah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata serta Organisasi Pariwisata Korea.


Kami bermalam di salah satu rumah tradisional hanok yang bernama Namcheon. Namcheon sendiri merupakan rumah tradisional Korea tertua di daerah Gunwi, tepatnya di Desa Daeyul-ri.

Kami diterima dengan sangat baik oleh pemilik rumah tradisional hanok yang juga merupakan keturunan dari Hong Ro, salah satu pejabat sipil dari periode Goryeo di tahun 1366-1392.

Di sela perbincangan kami, pemilik rumah mengatakan bahwa rumah ini dibangun untuk pertama kalinya oleh Hong U-tae, keturunan generasi ke-10 Hong Ro di abad ke-18. Diwariskan dari generasi ke generasi, rumah ini masih tetap utuh karena dirawat dan direnovasi sehingga dapat melestarikan identitas dari rumah tradisional hanok.

Rumah Namcheon pun ditetapkan sebagai Warisan Budaya Cerita Rakyat Daegu.

Rumah tradisional hanok ini terdiri dari dua ruang istirahat, yaitu anchae dan sarangchae. Anchae merupakan tempat istirahat untuk perempuan, sedangkan ruang istirahat untuk laki-laki dinamakan sarangchae.

Selain itu terdapat pula ruang jamuan minum teh, ruang makan, gudang, dan taman yang terletak di bagian depan dan belakang.

Penulis dan teman-teman sangat menikmati jamuan makanan lokal yang dihidangkan oleh pemilik rumah Namcheon. Pada foto kanan bawah, penulis bereksperimen melakukan jamuan teh yang merupakan tradisi sejak zaman dahulu.

Penulis dan teman-teman sangat menikmati jamuan makanan lokal yang dihidangkan oleh pemilik rumah Namcheon. Pada foto kanan bawah, penulis bereksperimen melakukan jamuan teh yang merupakan tradisi sejak zaman dahulu.


Suasana tradisional pun sangat kental terasa pada saat jamuan makan malam begitu pun sarapan pagi. Kami disajikan dengan makanan lokal serta bereksperimen melakukan jamuan minum teh yang sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu.

Tanpa disadari eksistensi hanok serta penggunaan ondol (sistem pemanas di bawah lantai) telah mempengaruhi kebiasaan orang Korea untuk beraktivitas di lantai, mulai dari makan, duduk, hingga tidur. Kebiasaan ini telah diterapkan dari zaman dahulu hingga sekarang.

Tampak pemandangan sekitar rumah Namcheon dan Gunung Yangjisan.

Tampak pemandangan sekitar rumah Namcheon dan Gunung Yangjisan.


Tidak saja lokasinya yang strategis, yaitu terletak tepat di alun-alun desa, rumah tradisional ini pun berhadapan dengan Gunung Yangjisan disebelah utara desa dengan pemandangan yang menawan.

Penulis sangat menikmati tempat ini karena udaranya yang segar, ketenangannya, serta keindahan Gunung Yangjisan yang indah.

Paviliun yang terletak di jantung desa. Pada bagian kiri terlihat foto pada malam hari dan bagian kanan pada siang hari.

Paviliun yang terletak di jantung desa. Pada bagian kiri terlihat foto pada malam hari dan bagian kanan pada siang hari.


Tepat disebelah rumah Namcheon, terdapat sebuah paviliun terbuka yang terbuat dari kayu. Bangunan ini diperkirakan pertama kali dibangun pada periode awal Dinasti Joseon (1392-1910), tetapi tidak diketahui dengan jelas fungsi dari paviliun ini sendiri.

Sesuai cerita yang dijelaskan oleh pemilik rumah Namcheon, bangunan ini pernah dihancurkan pada masa invasi Jepang tahun 1592-1598. Akan tetapi, bangunan dibangun kembali pada tahun 1632 dan dijadikan sebagai aula belajar desa.

Karena lokasinya yang terletak tepat di tengah desa, bangunan ini juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat hingga saat ini. Sama halnya seperti rumah tradisional Namcheon, paviliun ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nyata Daegu.

Tempat ini pun menjadi salah satu lokasi syuting drama komedi Korea berjudul The Good Bad Mother yang dimainkan oleh Ra Mi-ran dan Lee Do-hyun di tahun 2023.

Bermalam di hanok menjadi pengalaman wisata yang sangat bermanfaat. Sebab penulis tidak saja dapat merasakan kehidupan orang Korea zaman dahulu yang tinggal di hanok, tetapi juga dapat belajar dan mengetahui sejarah dari Desa Hanbam di Gunwi-gun.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait