Wartawan Kehormatan

2024.09.13

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Foto: Maulia Resta Mardaningtias


Pada hari Kamis, 5 September 2024 penulis menghadiri acara peresmian dan pembukaan pameran komik Korea bertajuk "K-Comics World Tour in Indonesia" yang dihelat di Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) pada pukul 15:00 WIB.

Pameran diresmikan dengan acara pemotongan pita yang dilakukan oleh penulis webtun All of Us Are Dead Joo Dong Geun sebagai tamu spesial, bersama dengan Direktur KCCI (kanan) dan Direktur KOCCA Indonesia (kiri).

Pameran diresmikan dengan acara pemotongan pita yang dilakukan oleh penulis webtun All of Us Are Dead Joo Dong Geun sebagai tamu spesial, bersama dengan Direktur KCCI (kanan) dan Direktur KOCCA Indonesia (kiri).


Webtun Korea berjudul All of Us Are Dead yang telah memperoleh banyak cinta dari para penggemar komik digital serta penggemar drama Korea yang mengadaptasi komik tersebut, menjadi fokus tema pada pameran yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea, Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia (KCCI), dan Agensi Konten Kreatif Korea di Indonesia (KOCCA Indonesia) ini.

Secara singkat, All of Us Are Dead adalah sebuah webtun bertema zombie yang telah diadaptasi menjadi drama Korea. Webtun ini menceritakan tentang insiden tersebarnya virus zombie di SMA Hyosan yang akhirnya memaksa para murid untuk berjuang dan bertahan hidup ketika jumlah korban terinfeksi terus bertambah, solidaritas diuji, dan pengorbanan yang tak terbantahkan harus mereka lakukan.

Melalui kata sambutannya, penulis Joo Dong Geun mengungkapkan rasa takjubnya dengan penataan tempat pameran di Indonesia kali ini. "Terimakasih telah mengundang saya ke pameran ini. Hari ini saya melihat pameran untuk pertama kalinya, dan saya sangat merasa terhormat karena pameran ini telah ditata dengan begitu keren," ungkap penulis Joo Dong Geun.

Potret ruang pameran. Zona 1 (kiri atas), Zona 2 (kanan atas), Zona 3 berisi replika ruang sains webtun All of Us Are Dead (kiri bawah), dan Zona 4 berisi replika ruang kelas All of Us Are Dead (kanan bawah).

Potret ruang pameran. Zona 1 (kiri atas), Zona 2 (kanan atas), Zona 3 berisi replika ruang sains webtun All of Us Are Dead (kiri bawah), dan Zona 4 berisi replika ruang kelas All of Us Are Dead (kanan bawah).


Setelah mendengarkan kata sambutan dari penulis Joo Dong Geun, penulis dan rekan Wartawan Kehormatan serta media lainnya diajak berkeliling Ruang Multifungsi KCCI yang telah disulap menjadi ruang pameran yang menawarkan pesona khas webtun All of Us Are Dead yang begitu menawan.

Ketika memasuki ruang pameran, para pengunjung disambut dengan instalasi zona foto berlatar poster "K-Comics" yang juga dilengkapi dengan keterangan informasi mengenai evolusi dan perkembangan webtun Korea dalam berbagai platform.

Lalu, masuk ke zona kedua, para pengunjung dapat melihat kata sambutan penulis Joo Dong Geun untuk pameran komik yang telah tercetak besar di salah satu dinding pameran. Tayangan cuplikan drama dan webtun All of Us Are Dead, serta informasi mengenai kesuksesan webtun All of Us Are Dead yang kini telah diadaptasi menjadi gim telepon seluler, juga dapat pengunjung temukan dalam zona ini.

Di zona ketiga, penulis merasa terpukau dengan penataan replikasi ruang sains yang ada dalam webtun All of Us Are Dead. Meja tersebut juga dilengkapi dengan komik asli All of Us Are Dead yang dapat dilihat-lihat oleh pengunjung, dan tiga jenis kartu pos bergambar karakter dalam komik yang bisa diambil oleh pengunjung sebagai cendera mata.

Kemudian, ketakjuban penulis semakin meningkat ketika mengunjungi zona keempat. Layaknya penataan pada atraksi rumah hantu di sebuah taman hiburan, pengunjung dapat melihat replika ruang kelas All of Us Are Dead yang menampakkan sebuah piano klasik, dan lima meja yang telah bersimbah cat berwarna merah menyerupai darah. Penataan ruang kelas tersebut seketika mengingatkan penulis pada beberapa adegan dalam drama All of Us Are Dead yang rilis pada tahun 2022.

Tamu undangan hari peresmian dan pembukaan pameran berfoto bersama penulis Joo Dong Geun menggunakan mesin foto yang disediakan khusus dalam area pameran. Foto tersebut ditempel pada papan tulis pameran.

Tamu undangan hari peresmian dan pembukaan pameran berfoto bersama penulis Joo Dong Geun menggunakan mesin foto yang disediakan khusus dalam area pameran. Foto tersebut ditempel pada papan tulis pameran.


Tidak hanya ruang sains dan ruang kelas, pameran ini juga menampakkan replikasi ruang olahraga dalam webtun dan drama All of Us Are Dead. Dalam zona ini, pengunjung dapat berfoto dengan berbagai properti seperti tongkat dan bola bisbol, serta alat panahan yang menjadi ciri khas para karakter webtun untuk mempertahankan diri dari serangan zombie.

Untuk memberikan pengalaman yang semakin tidak terlupakan, para pengunjung juga bisa meminjam seragam SMA Hyosan yang bernuansa warna hijau dan putih untuk digunakan saat berfoto di area pameran. Awalnya penulis cukup ragu apakah seragam tersebut memiliki ukuran yang cukup untuk penulis gunakan, akan tetapi, seragam yang disediakan oleh penyelenggara pameran memiliki ukuran-ukuran yang cukup besar, sehingga dapat dikenakan oleh siapa saja.

Penulis dan teman penulis mengenakan seragam SMA Hyosan dan berfoto di depan replika papan tulis webtun All of Us Are Dead.

Penulis dan teman penulis mengenakan seragam SMA Hyosan dan berfoto di depan replika papan tulis webtun All of Us Are Dead.


Di samping menggelar pameran, "K-Comics World Tour in Indonesia" juga dilengkapi dengan acara "Jumpa Penggemar Joo Dong Geun, Penulis Webtun All of Us Are Dead" yang dihelat pada tanggal 6 September 2024, di CGV Pacific Place.

Dalam acara ini, penulis Joo Dong Geun, membagikan cerita di balik layar pembuatan webtun, kontribusinya dalam produksi drama, hingga kiat-kiat menjadi webtunis yang baik untuk para pemuda/i di Indonesia yang bermimpi menjadi webtunis.

Melalui artikel ini, penulis akan membagikan rangkuman prosesi tanya jawab yang berlangsung selama acara pembukaan, serta acara jumpa penggemar bersama penulis Joo Dong Geun.

P: Pandangan penulis terhadap kesuksesan webtun dan drama All of Us Are Dead di Indonesia.


Pameran webtun All of Us Are Dead pertama kali diadakan di Swedia, tetapi ketika diminta untuk memilih negara mana yang ingin diadakan pameran, penulis mendengar bahwa di Indoneisa banyak yang suka dengan webtunnya, sehingga ia merasa akan menyenangkan jika bisa mengadakannya di Indonesia sebagai negara kedua.

Walaupun sebelumnya, penulis hanya mendengar saja, bahwa di Indonesia banyak yang menggemari karyanya, tetapi setelah sampai di Indonesia ternyata penulis dapat merasakan cinta yang diberikan oleh Masyarakat Indonesia untuk webtun buatannya.

Penulis juga mengungkapkan bahwa ia merasa sangat terhormat karena diundang ke Indonesia dan karyanya menjadi sebuah pameran di luar negeri. Hal tersebut menjadi sebuah kebanggaan untuk dirinya.

P: Tema yang diambil penulis seperti zombie dan alien sangat unik, bagaimana penulis memperoleh inspirasi cerita dalam membuat webtunnya?

Kala itu penulis menjawab, bahwa genre favoritnya adalah horror dan thriller. Jadi, saat memulai karya pertamanya, penulis memilih apa yang disukainya, karena proses pembuatan karya tersebut tidak akan sebentar. Ia juga mengungkapkan bahwa ia terinspirasi setelah menonton film Amerika Shaun of the Dead, di mana saat itu genre zombie menjadi perbincangan hangat di dunia. Tetapi, di Korea genre zombie tidak begitu terkenal. Dibandingkan tidak terkenal, mungkin karena sumber informasi untuk genre zombie saat itu hampir tidak ada.

Penulis berpikir sepertinya akan sangat menarik jika di Korea ada cerita dengan genre zombie, tetapi ia terheran karena saat itu tidak ada yang berinisiatif untuk membuatnya. Jadi tanpa berpikir panjang, ia memulai karya dengan genre zombie ini.

Namun, satu-dua tahun kemudian, genre zombie jadi sangat populer. Sehingga ia merasa bersyukur karena bisa menjadi penulis pertama yang membuat webtun bergenre zombieAll of Us Are Dead, karena jika telat sedikit saja, mungkin akan ada penulis lain yang membuat cerita zombie dengan latar belakang sekolah.

Penulis berfoto bersama penulis Joo Dong Geun di acara peresmian dan pembukaan pameran K-Comics World Tour in Indonesia.

Penulis berfoto bersama penulis Joo Dong Geun di acara peresmian dan pembukaan pameran “K-Comics World Tour in Indonesia”.


P: Perjalanan webtun All of Us Are Dead sehingga diadaptasi menjadi drama.

Di tahun 2008, ia memulai menjadi penulis webtun amatir, sebelum akhirnya memulai debutnya secara resmi di tahun 2009. Ia mengungkap bahwa beliau bercita-cita ingin menjadi orang pertama yang membuat genre zombie ini muncul di pertelevisian Korea. Tetapi saat itu terdapat banyak kendala, seperti kontrak atau sutradara yang tidak cocok, sebelum akhirnya ia bertemu dengan sutradara drama All of Us Are Dead, Lee Jae Gyoo, di tahun 2015, yang menawarkan webtun ini untuk dijadikan drama.

Ketika penulis masih dalam proses mewujudkan adaptasi yang tidak mudah, munculah film Train to Busan. Ia memang menyayangkan dirinya yang tidak bisa menjadi yang pertama, namun ia mengakui bahwa kesuksesan Train to Busan membuat banyak investor menjadi lebih terbuka dan tertarik untuk membuat film atau drama bergenre zombie.

Hal lainnya yang menjadi kekhawatiran penulis saat itu, adalah penggambaran adegan sadis dan berdarah dalam webtun yang cukup sulit untuk diwujudkan dengan peraturan sensor yang ketat. Oleh karena itu, selama 7 tahun beliau bersama timnya bekerja sama untuk mengemas setiap adegan sedemikian rupa sehingga layak tayang, tetapi tidak menghilangkan esensi horror dan thriller dalam ceritanya. Setelah waktu yang lama, ia dan tim juga akhirnya bertemu OTT Netflix yang sepakat untuk memproduksinya.

P: Pengalaman penulis bersama tim produksi drama.


Penulis Joo Dong Geun berkata bahwa ia tidak terlalu ikut campur dalam produksi drama All of Us Are Dead, karena tim produksi ini sudah terdiri oleh orang-orang yang berkompeten pada bidangnya. Namun ada beberapa permintaan yang ia ajukan, yakni permintaan untuk membuat drama ini senyata mungkin, dan memiliki tingkat keseraman yang sama dengan cerita di webtun.

Umumnya, mengadaptasi webtun menjadi drama tentu melewati proses penyesuaian, sehingga ada beberapa bagian webtun yang tidak ditayangkan dalam drama. Jadi ketika ditawarkan untuk diadaptasi menjadi drama, penulis mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu mengharapkan hal besar, tetapi setelah menonton dramanya, ternyata banyak sekali kesamaan dalam webtun, sehingga beliau merasa begitu senang.

P: Pengaruh kesuksesan drama terhadap versi webtun.

Di acara pembukaan, penulis berkata bahwa kesuksesan drama All of Us Are Dead secara signifikan mempengaruhi jumlah pembaca webtunnya, bahkan tidak hanya menambah pembaca bab-bab yang gratis, tetapi juga meningkatkan jumlah pembaca untuk bab-bab webtun yang berbayar.

Hal yang lebih menakjubkan adalah bahwa berkat kesuksesan dramanya, cerita All of Us Are Dead akan dibuat versi musikalnya. Dan di Universal, Singapura, tema zombie All of Us Are Dead juga dijadikan tema untuk horror mazenya. Serta di tahun ini, tema zombie ini dikatakan akan menjadi tema Halloween di salah satu taman hiburan di Korea, Everland.

P: Rencana untuk karya selanjutnya dan musim kedua webtun serta drama.


Terkait rencananya untuk karya selanjutnya, ia mengatakan bahwa saat ini ia ingin menghabiskan waktunya untuk merawat anaknya yang masih berusia 7 bulan. Namun, jika anaknya sudah berusia 1 tahun, mungkin beliau akan memulai karya baru, tidak harus dalam bentuk webtun, tetapi karya seperti produksi musikal yang disebutkan sebelumnya.

Selain itu, ia juga berkata belum memiliki rencana membuat musim kedua untuk webtun All of Us Are Dead, tetapi beliau sempat berpikir untuk membuat spin-off webtunnya, tetapi karena sudah banyak cerita bergenre zombie di Korea, itu menjadi pertimbangannya ke depan.

Di samping itu, ia merasa bahwa musim kedua drama All of Us Are Dead mungkin akan memiliki pergeseran genre. Di mana, penulis Joo Dong Geun belum mengetahui kontribusi seperti apa yang akan ia berikan selama proses produksi musim kedua dramanya.

Merchandise tas serut K-Comics World Tour in Indonesia dan poster bertanda tangan yang penulis peroleh setelah menjawab kuis pertanyaan saat acara Jumpa Penggemar Joo Dong Geun, Penulis All of Us Are Dead.

Merchandise tas serut “K-Comics World Tour in Indonesia” dan poster bertanda tangan yang penulis peroleh setelah menjawab kuis pertanyaan saat acara “Jumpa Penggemar Joo Dong Geun, Penulis All of Us Are Dead”.


P: Tanggapan penulis tentang Hallyu Wave yang sekarang tidak hanya mencakup K-pop dan K-drama, tetapi juga K-webtoon.

Saat beliau membuat komik, beliau tidak menyangka bahwa webtun Korea akan mendunia seperti saat ini. Beliau yang berasal dari sekolah yang banyak menciptakan webtunis terkenal, seperti penulis webtun Sweet Home dan Itaewon Class, merasa senang bahwa kini banyak para juniornya memiliki mimpi untuk mendunia dengan karya webtunnya. Berkat kesuksesan webtun Korea di kancah internasional, saat ini di Korea pun banyak anak-anak muda yang bermimpi untuk menjadi webtunis.

P: Alasan membuat cerita berlatar belakang sekolah, filosofi nama-nama karakter yang beberapa diantaranya memiliki kesamaan dengan nama anggota grup K-pop, dan pendapat mengenai gambar beberapa karakter yang terlihat sama.


Saat memulai webtun All of Us Are Dead, penulis belum lama lulus kuliah. Mungkin jika saat itu ia bekerja di tempat lain, ia akan menggunakan pekerjaan tersebut sebagai latar belakang. Kalau ia bekerja sebagai polisi, mungkin cerita yang dibuat akan membahas tentang polisi. Dan jika bekerja di rumah sakit, pasti setidaknya rumah sakit menjadi latar lokasi dalam cerita saya. Namun, hal yang saat itu dapat dilakukannya dengan percaya diri adalah cerita tentang sekolah.

Beberapa nama karakter, seperti Nayeon dan Jimin mirip seperti nama anggota grup K-pop yang populer saat ini, mengenai apakah K-pop menjadi inspirasi penulis dalam memilih nama tersebut, ia mengungkapkan bahwa karyanya telah dibuat sekitar tahun 2005-2008 sebelum idola K-pop tersebut mulai beraktivitas.

Di Korea, nama-nama tersebut cukup biasa dan terkenal cantik untuk dipakai. Tetapi nama karakter utama seperti Onjo, Cheongsan, Gwinam, dan Namra, bukan nama yang umum digunakan di Korea. Penulis Joo Dong Geun memilih nama-nama tersebut berdasarkan warna, seperti Onjo yang berasal dari warna yang menampakkan kehangatan, Cheongsan seperti warna biru dan menampakkan kebaikan, dan nama Namra terinspirasi dari warna biru dongker yang memadukan antara warna biru dan merah. Dalam karya webtunnya, ia memadukan nama-nama yang umum dan unik untuk menciptakan cerita yang lebih menarik.

Di samping itu, penulis bercerita bahwa gambar yang sudah dibuatnya lama sekali, dan seiring berjalannya waktu, sebagai seorang penulis, ia pun mulai menyadari kekurangan-kekurangan dalam karyanya. Namun, dibandingkan masa lalu, saat ini beliau merasa lebih baik, dan di masa depan akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

P: Tip penulis Joo Dong Geun untuk penggemar yang bermimpi menjadi webtunis.

Terkait deadline pekerjaan, ia berkata bahwa cara setiap orang menghadapi deadline atau tenggat waktu dalam menyelesaikan karyanya bervariasi. Ada penulis yang menyelesaikan pekerjaannya jauh sebelum tenggat waktu dan melakukan kegiatan hidup seperti biasa, dan ada yang menghabiskan waktunya, baik satu minggu maupun satu bulan, untuk fokus menyelesaikan karya webtunnya.

Menurutnya juga, pekerjaan bisa juga diselesaikan dalam satu hari untuk memenuhi tenggat waktu, tetapi karena tenggat waktu itu sangat sulit, jadi penulis melakukannya tanpa menghiraukan malam maupun siang hari. Dan jika ia mengantuk di malam hari, ia akan memukul pipinya sendiri agar tersadar.

Di samping itu, ketika penulis kekurangan ide dan inspirasi, ia memiliki cara sendiri untuk mengatasinya, yakni dengan mandi. Ketika ada perasaan lebih bersih, dan perubahan temperatur tubuh, biasanya akan banyak ide dan inspirasi yang terpikirkan.

Di antara teman-temannya, penulis adalah sosok pendiam yang kerap memperhatikan dan menganalisa tingkah laku orang-orang di sekitarnya. Ia menghimbau para penggemar yang bermimpi menjadi webtunis, untuk mencobal analisa tingkah laku orang-orang di sekitar mereka, karena mungkin mereka akan menemukan hal-hal menarik.

P: Tanggapan penulis mengenai tantangan dari fenomena Masyarakat yang lebih menyukai konten video atau animasi, dibandingkan membaca.


Para webtunis di Korea juga memahami bahwa saat ini banyak orang yang lebih tertarik dengan konten video dan animasi, dibandingkan dengan membaca buku maupun webtun. Tetapi ke depannya, tidak ada yang tahu platform apa yang nantinya akan diminati kembali. Sehingga para webtunis cenderung berupaya untuk terus meningkatkan kualitas karya-karya mereka.

Melalui rangkaian acara "K-Comics World Tour in Indonesia" ini, penulis dapat dengan jelas merasakan pesona dan sensasi masuk ke dalam komik Korea melalui pameran yang berhasil menyuguhkan berbagai aktivitas yang menjadi pengalaman tak terlupakan bagi pengunjung, khususnya bagi mereka yang menggemari webtun All of Us Are Dead.

Selain itu, acara jumpa penggemar bersama penulis Joo Dong Geun juga memfasilitasi para penggemar webtun maupun drama yang ingin mengetahui seluk beluk dan proses pembuatan webtun serta drama All of Us Are Dead. Sesi tanya jawab berlangsung sangat menarik dan penuh dengan wawasan baru yang bermanfaat. Beberapa penggemar juga berkesempatan untuk menunjukkan karyanya secara langsung kepada penulis Joo Dong Geun.

Berdasarkan informasi yang dibagikan KCCI melalui akun sosial medianya, pengunjung masih bisa terus menikmati pameran "K-Comics World Tour in Indonesia" ini hingga tanggal 4 Oktober 2024 secara gratis dan tanpa memerlukan registrasi, namun hanya perlu mengikuti akun media sosial KCCI.

Jadi, jangan lupa dan bersiaplah untuk masuk ke dalam pesona dunia komik Korea melalui pameran ini!

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait