Penulis: Wartawan Kehormatan Monthi Rosselini dari Indonesia
Video: Eun Jin Kim
Kim Young Won (76) adalah seorang pematung veteran Korea yang telah mendedikasikan dirinya pada dunia seni patung lebih dari 40 tahun lamanya. Salah satu mahakaryanya yang dikenal banyak orang adalah patung Maharaja Sejong (1397-1450) yang terletak di Alun-alun Gwanghwamun di pusat Kota Seoul.
Kim pensiun sebagai profesor dan dekan Fakultas Seni Rupa di Universitas Hongik pada tahun 2012 dan telah bekerja sebagai ketua Dewan Asosiasi Pematung Korea sejak tahun 2008. Hingga saat ini, Kim Young Won masih aktif berkarya dan melakukan meditasi qigong yang dianggapnya berperan dalam proses pencarian inspirasi dalam berkarya selama ini.
Pada tahun 2016 ketika penulis pertama kali mengunjungi Korea, penulis melihat dua karyanya, yaitu patung Maharaja Sejong di Alun-alun Gwanghwamun dan patung Shadow of Shadow yang saat itu dipamerkan di Dongdaemun Design Plaza (DDP). Tertarik untuk mempelajari dan mengenal lebih lanjut tentang karya seninya, penulis memutuskan untuk melakukan wawancara. Di bawah ini adalah kutipan wawancara penulis dengan Kim Young Won melalui surel yang berlangsung pada bulan Oktober–Desember 2023.
Anda telah mendalami seni patung aliran realisme dengan materi yang konsisten yaitu bentuk manusia. Adakah alasan khusus akan hal ini?
Tahun 1960-an dan 1970-an telah terjadi sebuah revolusi dalam politik Korea. Era industrialisasi revolusioner dan kediktatoran pemerintahan militer telah mengakibatkan kerancuan dan pertentangan nilai yang masuk ke dalam masyarakat yang setara dengan pemikiran vertikal patriarki dan pemikiran horizontal industrialisasi. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang beriman berubah menjadi pemuja uang. Melihat realitas sejarah ini, saya mulai mewujudkan realisme berdasarkan realitas ke dalam sebuah patung. Saya rasa seorang seniman harus mampu membuat patung realistis yang berdasarkan realitas, karena realitas akan selalu ada, apapun itu alur sejarahnya.
Salah satu mahakarya terkenal Anda yang terletak di Alun-alun Gwanghwamun adalah patung Maharaja Sejong. Bisakah Anda berbagi dengan kami mengenai ide dan proses pembuatannya?
Maharaja Sejong adalah pemimpin terbaik yang menerima rasa hormat yang besar dari rakyat Korea. Kehidupannya hanya berisi semangat dan cinta terhadap rakyat. Segala prestasi yang diraih, termasuk terciptanya hangeul merupakan anugerah yang memberikan peradaban kepada masyarakat Korea. Bukankah semangat cinta terhadap rakyat merupakan suatu keutamaan yang harus dimiliki oleh para pemimpin masa lalu dan masa kini? Saya bekerja keras siang dan malam untuk mengungkapkan maknanya dengan baik.
Proses produksinya sangat singkat sehingga saya bekerja gila-gilaan, apalagi karena dilokasikan di Alun-alum Gwanghwamun yang terletak di pusat Kota Seoul, pekerjaan itu terasa seperti beban di hati. Saya ingat saya mengalami demam selama enam bulan selama proses pengerjaan berlangsung. Masa itu adalah masa saat saya mengerahkan seluruh kekuatan saya.
Adakah alasan khusus mengapa Anda tertarik menggarap proyek pembuatan patung tokoh sejarah Korea?
Menurut saya, patung tokoh sejarah bukanlah sekadar patung atau monumen, melainkan hal penting yang mampu melahirkan dan menyebarkan wacana baru yang berpusat pada patung. Sejarah bukanlah sebuah artefak, tetapi secara aktif hidup dan bernafas, melihat kembali masa kini, dan menghadirkan jalan baru. Yang penting, membagikan satu filosofi sejarah spiritual pada karya tersebut dapat menghadirkan cakrawala sejarah baru pada masyarakat. Sebagai seni publik, menurut saya karya patung dapat membuat komunitas bertanya dan berbagi sebuah pemahaman sejarah dan budaya baru.
Pada tahun 2016 lalu, saya takjub saat pertama kali melihat patung "Shadow of Shadow" karya Anda yang berdiri tepat di depan pintu masuk DDP. Bisakah Anda menjelaskan ide di balik karya ini?
Seri Gravity, Non- Gravity telah memparalelkan rangkaian seri Shadow of Shadow berdasarkan ide timur yang berbeda dengan estetika ide barat. Mengesampingkan masalah eksistensi berdasarkan ontologi tubuh manusia berdasarkan ideologi Lao Tzu yang berfokus pada hidup berdampingan, "Bentuk adalah kosong, kekosongan itu sendiri adalah bentuk," serta yin dan yang, saya telah menyajikan serangkaian bayangan bayangan, maka lahirlah karya seri Shadow of Shadow.
Bentuk, bidang, pahatan tiga dimensi, emboss, dan rupa hidup berdampingan. Selain itu, ruang tampak dan tak tampak hidup berdampingan dalam satu karya. Ini adalah sebuah karya yang mengarahkan dunia integrasi yang monolitik, dan tidak ada konten yang ditentukan dalam karya-karya ini. Baik pria maupun wanita dari segala usia, masing-masing dapat menafsirkannya dengan caranya sendiri. Setiap kali dilihat, karya tersebut ditanya dan dijawab, dan merupakan karya yang ingin bebas melalui tanya jawab yang berulang-ulang tanpa henti.