Penulis: Wartawan Kehormatan Steve Runtulalo dari Indonesia
Foto: Tangkapan layar YouTube Korean Embassy in Indonesia
Pada tanggal 29 Desember penulis menyaksikan film dokumenter berjudul Orang Korea di Bumi Khatulistiwa yang tayang di TV One dan menyaksikan kembali di YouTube Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Film berdurasi satu jam ini menceritakan tentang warga Korea yang telah tinggal di Indonesia selama 50 tahun lamanya.
Chae Insook, wanita yang berprofesi sebagai seorang penyair yang saat ini tinggal di Indonesia membawakan acara ini. Ia berkisah sudah 24 tahun tinggal di Indonesia. "Tiga tahun lalu saat saya menyusun buku berjudul 100 Tahun Orang Korea di Indonesia, saya merasa tersentuh dengan kisah mereka," tuturnya. Melalui film dokumenter Orang Korea di Bumi Khatulistiwa, Chae Insook mengajak penonton melihat lebih dekat kisah mereka.
Orang Korea pertama yang menetap di Indonesia adalah Jang Yoonwoon, ia tertangkap saat memperjuangkan kemerdekaan pada masa penjajahan Jepang. Ia melarikan diri dari Tiongkok ke Jakarta.
Shin Shunchul dari Daily Indonesia menjelaskan, "Jang Yoonwoon adalah orang pertama yang menetap di Indonesia dan ditetapkan oleh Asosiasi Korea-Indonesia. Pada masa Pergerakan 1 Maret, ia bekerja di bank di tempat kelahirannya, ia terlibat dalam mendanai gerakan kemerdakaan, tetapi keberadaannya diketahui Jepang."
Akhirnya ketika tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia, kabar tentang gerakan kemerdekaan pun terungkap dan ia dijebloskan di Penjara Salemba hingga akhirnya meninggal dunia pada tahun 1947 di Jakarta, Indonesia.
Menuju ke Kota Ambarawa, Jawa Tengah, penonton diajak melihat gereja yang sangat berarti bagi orang Korea. Di sana, Chae Insook bertemu Lee Taebok, penulis novel Ambarawa. "Di sini adalah para sipir tawanan perang sekutu ditempatkan dan menyebabkan pemberontakan," ujarnya.
Pada masa penjajahan, Orang Korea ditugaskan di penjara. Kala itu, Min Younghak, No Byunghan, dan Son Yangseop dari Partai Pemuda Kemerdekaan Goryeo melakukan perlawanan terhadap Jepang dan melakukan pemberontakan, itulah kisah pemberontakan pertama di Ambarawa dalam upaya berjuang untuk kemerdekaan.
Kisah sejarah ini adalah awal kisah hubungan Korea dan Indonesia sebelum terjadi hubungan diplomatik kedua negara. Walaupun dimulai dengan tragedi bersejarah, hal ini membuat terjalin kedekatan antara kedua negara sehingga akhirnya banyak muncul perhimpunan masyarakat Korea Jawa di Indonesia dan akar dari Asosiasi Korea dimulai hingga pada akhirnya hubungan diplomatik Korea-Indonesia dimulai pada tahun 1973.
Perkembangan Korea di Indonesia di bidang pendidikan
Pada tahun 1976, sekolah Korea pertama didirikan di Indonesia. Kim Yookchan, Alumni Jakarta International Korea School (JIKS) berkunjung ke sekolah lamanya. Ia adalah sosok yang dibanggakan di JIKS dan merupakan alumni angkatan ketiga JIKS. Ia berbagi cerita, "Tiap angkatan jumlahnya berbeda, tapi seingat saya ada sekitar lima sampai tujuh orang dalam satu kelasnya, saya ingat wakil kepala sekolahnya sangat tegas dan menakutkan."
Karena ia tinggal di Indonesia sejak SD, ia memiliki perspektif unik tentang kedua negara. "Menurut saya, Korea dan Indonesia memiliki banyak kemiripan. Proses pengembangan indutri dan teknologi kedua negara mirip. Dalam proses ini, karena negara Indonesia semakin mirip dengan Korea sehingga memberikan banyak kesempatan bagi para imigran dari Korea," tuturnya.
Pertumbuhan Perusahaan Korea di Indonesia
Atas dasar menghargai keringat dan usaha para pendahulu yang mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi berikutnya, kegiatan orang Korea di Indonesia semakin beragam, salah satunya dengan banyak didirikannya perusahaan Korea di Indonesia. Di balik itu, banyak kisah menarik yang mereka ceritakan mengenai awal mula kedatangan mereka ke Indonesia.
Di antaranya adalah Lee Kanghyun yang merupakan Ketua KOCHAM, ia datang ke Indonesia sejak 1988 berawal dari persahabatannya dengan mahasiswa Indonesia. "Saya ingin menjadi orang asing yang paling mencintai dan mendukung rakyat Indonesia," tuturnya.