Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste
Foto: Frenky Ramiro de Jesus
Mokpo merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di Provinsi Jeollanam yang terletak di ujung barat daya Korea. Mokpo memiliki daya tarik tersendiri yang menyita perhatian para turis untuk mengunjungi kota ini, seperti keindahan lautnya, keunikan tempat pariwisata, dan berbagai museum, salah satunya adalah Museum Sejarah Modern Mokpo.
Pada bulan Desember 2022 lalu, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata bersama Organisasi Pariwisata Korea (KTO) mengumumkan Museum Sejarah Modern Mokpo sebagai salah satu dari seratus destinasi wisata di Korea yang wajib dikunjungi pada tahun 2023-2024.
Latar belakang berdirinya Museum Sejarah Modern Mokpo
Sebelum akhirnya menjadi museum, gedung yang didirikan pada tahun 1900 ini dijadikan sebagai Konsulat Jepang. Melalui konsulat ini, Jepang mengambil alih semua perekonomian Mokpo dengan hanya memprioritaskan kepentingan pedagang Jepang dan menindas kelompok pekerja Korea.
Setelah penandatanganan perjanjian Jepang-Korea pada tahun 1905, gedung ini berfungsi sebagai rumah dinas jenderal Jepang hingga tahun 1910, kemudian dijadikan sebagai Kantor Mokpo-bu.
Setelah Korea memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945, gedung ini digunakan sebagai Balai Kota Mokpo hingga tahun 1974. Sejak tahun 1974 sampai 1990, gedung ini berfungsi sebagai Perpustakaan Kota Mokpo. Setelah itu pada tahun 1990, gedung ini digunakan sebagai Pusat Kebudayaan Mokpo hingga 2014. Lalu akhirnya sejak tahun 2014, gedung ini digunakan sebagai Museum Sejarah Modern Mokpo hingga saat ini.
Isi pameran Museum Sejarah Modern Mokpo
Setelah memasuki museum ini, para pengunjung akan diberikan brosur pedoman yang berfungsi untuk memandu urutan ruangan yang akan dikunjungi. Museum ini terdiri dari dua lantai. Lantai satu terdiri dari empat zona, yaitu Zona 1 (sejarah latar belakang berdirinya Mokpojin), Zona 2 (sejarah dibukanya kembali Pelabuhan Mokpo), Zona 6 (sejarah pergerakan kemerdekaan), dan Zona 7 (arsitektur khusus Kota Mokpo modern). Lantai dua terdiri dari tiga zona, yaitu Zona 3 (sejarah menjadi garda depan dalam perlawanan), Zona 4 (sejarah tersebarnya budaya asing), dan Zona 5 (sejarah era budaya populer).
Asal mula nama Mokpo
Salah satu buku geografi pada era Dinasti Joseon yang berjudul Shinjeung Dongguk Yeoji Seungram menuliskan bahwa Mokpo merupakan pelabuhan tempat bertemunya Sungai Yeongsan dengan laut barat daya. “The name means a place where river water flows to the sea, or a border between a river and the sea. (Arti dari nama tersebut adalah tempat di mana air sungai mengalir ke laut, atau perbatasan antara sungai dan laut),” tulis buku tersebut.
Awal dari pendidikan modern
Mokpo merupakan salah satu kota yang juga memprioritaskan pendidikan. Sejak awal abad ke-20, berbagai sekolah pun didirikan, seperti Sekolah Dasar Umum Mokpo dan Sekolah Menengah Moontae. Sebelum berubah nama menjadi Sekolah Dasar Umum Mokpo pada tahun 1897, sekolah tersebut dikenal dengan nama Sekolah Umum Muan yang didirikan oleh para pemimpin komunitas setempat untuk pendidikan anak-anak mereka. Namun, karena faktor ekonomi, Kim Bong Gyu beserta para pendiri yang lain memindahkan sekolah tersebut ke Mokpo pada tahun 1901 dan kemudian berganti nama menjadi Sekolah Dasar Umum Mokpo. Pada tahun 1909, sekolah ini memberikan kesempatan yang sama bagi pelajar wanita untuk dapat menimba ilmu di sekolah tersebut.
Sekolah lain yang didirikan di Mokpo antara lain adalah Sekolah Wanita Jeongmyung dan Sekolah Youngheung yang didirikan oleh para misionaris dari Presbiterianisme Amerika Selatan. Ada pula berbagai sekolah dasar, sekolah komersial, dan sekolah menengah atas wanita yang dirikan oleh Jepang.
Sejarah gerakan kemerdekaan Mokpo
Yang paling menarik perhatian penulis adalah sejarah perjuangan warga Mokpo dalam membentuk gerakan kemerdekaan. Gerakan kemerdekaan dimulai pada tanggal 8 April 1919 tepat jam sepuluh pagi. Saat itu semua pelajar berbondong-bondong turun ke jalan dengan membawa Taegeukgi (bendera nasional Korea) dan meneriakkan kemerdekaan. Jalan raya dipenuhi dengan lautan pelajar pada saat itu. Namun, sayangnya gerakan tersebut tidak memberikan hasil yang terbaik.
Perjuangan terus dilakukan hingga akhirnya pada tahun 1945 ketika Korea mendapatkan kemerdekaan. Akhirnya Jepang keluar dari Mokpo yang dikenal sebagai pelabuhan penting bagi usaha komersial dan transportasi umum. Dari sejarah ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidaklah mudah mendapatkan suatu kemerdekaan. Berbagai penderitaan dan pengorbanan dilalui untuk mendapatkan kebebasan.
Penjelasan setiap foto di dalam musem ini disertai dengan bahasa Inggris sehingga penulis dapat memahami dengan baik cerita sejarah Mokpo. Karena lokasinya yang sangat strategis dan mudah untuk dijangkau, museum ini banyak dikunjungi oleh masyarakat. Untuk sampai ke tempat ini, penulis hanya memerlukan sepuluh menit berjalan kaki dari Stasiun Mokpo. Selain itu, dari atas museum, penulis pun dapat menikmati indahnya pemandangan Kota Mokpo.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.