Wartawan Kehormatan

2023.11.22

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Theresia Kurniawan dari Indonesia
Foto: Theresia Kurniawan


Pada hari Kamis (9/11/2023), penulis berkesempatan untuk berpartisipasi pada tur malam hari di Penjara Seodaemun yang berlokasi tidak jauh dari tugu peringatan gerbang kemerdekaan Korea (Dongnimmun). Tidak seperti tur lainnya, tur yang diperuntukkan untuk orang asing ini dikemas dalam bentuk pertunjukan musik dan teater. Para peserta dibuat seakan-akan turut serta ambil bagian dalam setiap adegan yang dibawakan selama kurang lebih dua jam.

231122_Seodaemun_1

Adegan pertama dari pertunjukan teater peserta tur malam Penjara Seodaemun.


Sebelum mengunjungi Penjara Seodaemun, peserta tur dibawa ke Pasar Tradisional Yeongcheon yang letaknya 5 menit jalan kaki dari Penjara Seodaemun untuk makan malam. Menu hari itu adalah kimbap dan tteokbokki. Sepanjang jalan menuju tempat makan malam, penulis melihat banyak sekali lapak yang menjual hasil laut, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Yang paling menarik perhatian penulis adalah ikan layur karena ini kali pertamanya penulis melihat ikan ini selain di drama Korea. Berkat makan malam bersama ini, para peserta dapat berkenalan dan berbincang satu sama lainnya. Mayoritas peserta tur ini adalah mahasiswa asing yang sedang belajar bahasa atau kuliah S2 di Korea.

Setelah makan malam, peserta diajak ke ruang serba guna di kawasan Penjara Seodaemun. Tur diawali dengan pertunjukan musik oleh Manju Pocket. Selama kurang lebih satu jam, grup ini membawakan lagu-lagu bertema perjuangan kemerdekaan Korea, yang salah satunya berjudul "The Song of the Cell Number 8." Lagu ini ditulis dan dulunya dinyanyikan oleh aktivis kemerdekaan Korea bernama Yu Gwan-sun dan aktivis wanita lainnya yang juga ditawan di penjara ini.

231122_Seodaemun_2

Grup Manju Pocket membuka tur malam hari Penjara Seodaemun dengan lagu-lagu bertema perjuangan.


Berkat pembawaan yang penuh penghayatan, penulis dapat lebih memahami dan menghayati lirik lagu-lagu itu. Selain lagu-lagu bertema perjuangan, Manju Pocket juga membawakan lagu "Arirang" dan mengajak seluruh peserta bernyanyi bersama yang membuat suasana malam itu lebih hangat.

Setelah mendengarkan lagu-lagu dari Manju Pocket, peserta diminta untuk membuat bunga dari kertas minyak berwarna putih. Bunga ini nantinya akan menjadi properti tambahan dari pertunjukan teater yang akan disaksikan peserta.

231122_Seodaemun_3

Bunga mawar kertas putih yang penulis buat beserta bendera Korea yang diperoleh penulis dari para aktor pemeran aktivis kemerdekaan Korea berlatarkan kartu-kartu identitas para tawanan di Penjara Seodaemun.


Segera setelah para peserta menyelesaikan bunga kertas mereka, pemandu tur mengajak peserta ke pintu masuk gedung penjara. Tepat di depan pintu masuk, tiba-tiba muncul tiga pelajar berseragam sekolah hitam putih dan memegang bendera Korea. Ketiganya meneriakkan, "Daehan dongnip manse," yang artinya "Jayalah kemerdekaan Korea," dan mengajak para peserta untuk turut serta meneriakkannya juga. Tidak lama kemudian datanglah seorang berseragam tentara Jepang yang mulai memukuli, menangkap ketiganya, dan membawa mereka masuk ke dalam penjara.

Adegan pertama pada pertunjukan teater ini berakhir di sini. Belum juga pulih dari kejutan pertama, para peserta langsung diajak masuk oleh pemandu ke dalam gedung penjara yang sekarang berfungsi sebagai museum. Di dalam museum, pemandu menjelaskan mengenai adegan teater yang kami tonton tadi, khususnya bagi mereka yang tidak paham bahasa Korea karena pertunjukan teater dilakukan dalam bahasa Korea.

231122_Seodaemun_4

Para peserta tur sedang melihat maket Penjara Seodaemun.


Penjara Seodaemun ini didirikan oleh penjajah Jepang untuk menawan para aktivis pejuang kemerdekaan Korea. Salah satu aktivis yang ditawan dan meninggal di sini adalah aktivis wanita Yu Gwan-Sun. Yu meninggal pada usia 17 tahun karena penyiksaan keji di penjara ini.

Selanjutnya peserta dibawa menuju ke ruang interogasi bawah tanah yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai ruang penyiksaan. Di sini para peserta tur kembali dikejutkan dengan teriakan sipir penjara yang bergema di gedung museum yang kosong malam itu. Adegan kali ini adalah adegan di mana sipir penjara menginterogasi tawanan yang disertai dengan siksaan. Dari akting para aktor dilengkapi dengan properti yang ada, penulis dan para peserta tur dapat merasakan betapa kejam dan mengerikan siksaan yang harus dihadapi para tawanan pada masa itu.

231122_Seodaemun_5

Adegan interogasi dan penyiksaan tentara Jepang terhadap para aktivis kemerdekaan Korea.


Setelah adegan ini, peserta diberikan waktu untuk melihat-lihat beraneka ruang dan cara penyiksaan yang digunakan pada masa itu, seperti penyiksaan dalam boks, penyiksaan dalam ruang sempit seukuran lemari, penyiksaan dengan air, dan penyiksaan dengan mencabut kuku. Melihat setiap ruangan yang ada membuat penulis merasa ngeri dan merinding. Penulis tidak dapat membayangkan hari-hari yang harus dijalani oleh para aktivis kemerdekaan Korea selama ditawan di sini.

Rute tur selanjutnya adalah menuju kantor administrasi sipir penjara yang juga digunakan sebagai ruang pengadilan. Sekilas ruangan ini lebih mirip ruang kelas atau kantor daripada pengadilan. Belum juga para peserta selesai mengambil gambar di tempat ini, para aktor tiba-tiba masuk ke ruangan. Dua orang sipir penjara masing-masing membawa satu tahanan wanita. Rupanya yang menjadi pengambil keputusan di pengadilan ini adalah pimpinan sipir penjara. Tentu saja vonisnya adalah hukuman mati untuk kedua tawanan tersebut.

231122_Seodaemun_6

Ruang penyiksaan yang menggunakan alat pencabut kuku.


Setelah adegan ini, pemandu meminta para peserta untuk menuliskan pesan yang ingin disampaikan untuk kedua tawanan perang sebelum mereka menjalani hukuman mati di selembar kertas. Para peserta diminta untuk menyimpan kertas tersebut di tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh sipir penjara. Hal ini tentu saja membuat penulis penasaran.

Segera setelah peserta tur selesai menuliskan pesan, peserta diminta membuat 2 baris ke belakang dan mulai berjalan ke arah sel penjara. Ternyata kali ini, para peserta tidak lagi diperlakukan sebagai penonton tapi sebagai tahanan. Sebagai tahanan, penulis dan peserta lainnya harus melewati pemeriksaan sipir penjara. Penulis sendiri sempat diberhentikan dan ditanya apakah membawa barang-barang terlarang. Penulis akhirnya paham alasan kenapa pemandu menginfokan agar kertas berisi pesan sebaiknya disimpan di tempat yang tidak terlihat sipir.

231122_Seodaemun_7

Adegan pengadilan para tawanan. Kanan: Tawanan sedang dipersiapkan untuk dibawa ke gedung eksekusi.


Setelah lolos pemeriksaan, para peserta digiring masuk ke dalam salah satu sel dan di dalamnya sudah ada satu tahanan aktivis wanita yang tadi kami lihat di adegan sebelumnya. Setelah semua masuk, pintu sel pun ditutup dan dikunci. Tak lama terdengar suara ketukan seperti morse. Pemandu menjelaskan bahwa ketukan tersebut adalah cara para tahanan berkomunikasi satu sama lainnya.

Di dalam sel ini, masing-masing peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan yang kami tulis tadi ke tahanan wanita yang dikurung di sel ini. Sesekali, sipir penjara menggedor pintu sel sambil berteriak, “Diam!” Hal ini semakin membuat suasana di dalam sel yang gelap menjadi semakin mencekam.

Tahanan wanita tadi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para peserta yang telah berkenan mengunjunginya dan menyemangatinya di detik-detik terakhir sebelum dia di eksekusi.

231122_Seodaemun_8

Kiri: Adegan sipir penjara membentak para tawanan agar tidak berisik. Kanan: aktivis kemerdekaan yang akan menjalani hukuman mati mendengarkan pesan yang disampaikan oleh para peserta tur.


Tak lama, sipir penjara masuk membuka pintu sel dan membawa tahanan tadi keluar. Ternyata, waktu eksekusinya telah tiba. Kedua tahanan tersebut diberi topeng berbentuk kerucut dengan dua lubang di bagian mata. Keduanya digiring ke gedung lainnya untuk menjalani hukuman mati mereka. Dalam perjalanan menuju ke sana, pemandu menjelaskan beberapa fungsi gedung yang dilewati, seperti gedung pabrik, tempat di mana para tahanan dipaksa bekerja untuk membuat batu bata dan gedung karantina untuk para tahanan yang menderita sakit menular, seperti lepra.

Sebelum memasuki gedung eksekusi, kedua tahanan diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan terakhir. Pesan terakhir ini disampaikan dalam bentuk puisi oleh salah seorang tahanan wanita. Selesai menyampaikan pesan, keduanya digiring masuk ke gedung yang di depannya terdapat sebuah pohon yang konon merupakan saksi bisu dari ratapan kekecewaan para tahanan sebelum dieksekusi karena mereka dieksekusi sebelum berhasil mewujudkan kemerdekaan Korea. Mengiringi kedua tahanan ke dalam gedung eksekusi, para peserta melambaikan bunga kertas putih buatan masing-masing. Pertunjukan teater pun berakhir di sini.

231122_Seodaemun_9

Adegan terakhir dari pertunjukan teater malam itu, para tawanan yang akan menjalani hukuman mati dibawa ke gedung eksekusi. Tampak samar-samar di kegelapan di sisi sebelah kiri pohon ratapan yang menjadi saksi bisu ratapan para aktivis kemerdekaan Korea.


Ini adalah kali pertamanya penulis mengunjungi penjara Seodaemun. Tur ini memberikan penulis gambaran mengenai perjuangan kemerdekaan Korea. Pertunjukan teater yang ditampilkan sebagai panduan kunjungan sangat mengagumkan dan membuat penulis lebih mudah untuk memahami serta merasakan sendiri bagaimana suasana penjara saat itu. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Manju Pocket membantu penulis untuk memahami perasaan para tahanan dan semangat mereka saat itu.

Secara keseluruhan tur ini adalah tur teatrikal pertama dan sangat berkesan bagi penulis. Setelah tur, penulis berharap dapat kembali mengunjungi Museum Sejarah Penjara Seodaemun pada siang hari untuk mengeksplorasi ruang-ruang pameran dan gedung-gedung yang tidak sempat dikunjungi selama tur ini.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait