Penulis: Wartawan Kehormatan Spinela Sipayung dari Indonesia
Foto: Spinela Sipayung
Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea bekerja sama dengan Museum Nasional Indonesia dan Galeri Nasional Indonesia mengadakan pameran keramik kolaborasi kedua negara bertajuk "Korea-Indonesia Ceramic Art Connecting 5,296 km." Pameran ini diselenggarakan juga atas kerja sama dengan Korean Cultural Center Indonesia (KCCI), Korea Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE), Korea Ceramic Foundation, Gyeonggi Museum of Contemporary Ceramic Art (KOCEF). Pameran ini diselenggarakan untuk menyambut peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Korea-Indonesia serta menyambut penyelenggaraan KTT ASEAN di Jakarta.
Pameran ini berlangsung selama 12 hari, yaitu pada tanggal 29 Agustus s/d 9 September 2023 di Museum Nasional Indonesia. Pada pameran ini terdapat 55 buah karya seni koleksi dari Gyeonggi Museum of Contemporary Ceramic Art dan 25 buah karya seni koleksi dari Museum Nasional Indonesia. Karya seni dari seniman Korea yang ditampilkan dalam pameran tersebut tersusun rapi berdasarkan alfabet dari nama-nama seniman Korea dalam bahasa Inggris. Sedangkan karya seni dari seniman Indonesia yang berada di Gyeonggi Museum of Contemporary Ceramic Art disusun secara khusus dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Melalui pameran ini, Korea Ceramic Foundation dan Museum Nasional Indonesia dengan bangga menampilkan karya seni dari kedua negara. Seni keramik sangatlah erat dengan kehidupan manusia. Melalui pameran seni ini, kedua negara berharap untuk mendekatkan jarak fisik sejauh 5.296 km antara Korea dan Indonesia melalui harmonisasi budaya.
Salah satu karya seni yang menurut penulis menarik adalah karya dari Dyah Retno yang mengangkat cerita tentang kolonialisme dan kelaparan. Secara sejarah. Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan yang saat itu dikendalikan oleh Belanda. Pada zaman itu, masyarakat kelaparan karena kolonialisme sehingga mereka harus makan ampo, makanan khas Tuban yang dibuat dari tanah. Ampo dibuat dari tanah yang ditekan dan dicampur dengan bambu kemudian dibakar dengan api. Warga Tuban percaya makanan ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ampo saat ini merupakan simbol bahwa tanah bisa menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup, tetapi hanya sedikit masyarakat yang tahu tentang ampo.