Wartawan Kehormatan

2023.08.24

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Binar Candra Auni dari Indonesia

Foto: Tangkapan layar Zoom Simposium LTI Korea



Simposium The Future of Translation and Translation Education of Literary and Cultural Content in the K-Culture Era saat sedang berlangsung.

Simposium “The Future of Translation and Translation Education of Literary and Cultural Content in the K-Culture Era” saat sedang berlangsung.


Literature Translation Institute of Korea (LTI Korea) bersama Sekolah Pascasarjana Penerjemahan dan Penjurubahasaan Ewha University menggelar simposium bidang penerjemahan pada Jumat, 18 Agustus 2023. Acara yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea ini digelar secara luring di LG Convention Hall Ewha Womans University di Seoul dan disiarkan secara daring melalui Zoom.

Simposium yang bertajuk "The Future of Translation and Translation Education of Literary and Cultural Content in the K-Culture Era" ini menyoroti pentingnya penerjemahan dan pendidikan penerjemahan dalam menyebarkan fenomena K-culture secara global. Simposium mencakup sesi presentasi dan sesi diskusi yang seluruhnya berlangsung dalam bahasa Korea.


Kepala LTI Korea, Kwak Hyo-hwan, sedang memberikan sambutan

Kepala LTI Korea, Kwak Hyo-hwan, sedang memberikan sambutan


Acara dibuka oleh sambutan Kapa LTI Korea, Kwak Hyo-hwan, yang menyampaikan harapannya agar sastra dan seni Korea dapat dikenal luas di kancah global melalui penerjemahan. Dekan Sekolah Pascasarjana Penerjemahan dan Penjurubahasaan Ewha Womans University, Kim Hye-rim, yang diwakili oleh Wakil Dekan Heo Ji-un, juga menyatakan hal serupa. Ia menekankan bahwa penerjemahan memiliki peranan penting dalam pertukaran budaya dengan menembus hambatan perbedaan bahasa.

Sebelum sesi presentasi, pembicara kunci, Yoon Hye-joon dari Yonsei University membedah makna dan isu terkait masa depan, kebudayaan, penerjemahan, dan "K" pada istilah "K-culture". Ia menekankan perlunya lembaga penerjemahan yang berfokus pada kesusastraan untuk memperkuat upaya penyebaran sastra Korea secara global.

Selanjutnya, sesi presentasi pemapar dibuka dengan presentasi tentang evolusi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence, disingkat AI) dan implikasi etis bagi penerjemah oleh Dosen Filsafat Hankuk University of Foreign Studies, Yoon Sung-woo. Ia menunjukkan bahwa terdapat perdebatan pandangan tentang hakikat penerjemahan. Ada pendapat yang menyatakan bahwa penerjemahan didasarkan pada kesetaraan makna, tetapi ada juga pendapat yang mengatakan bahwa penerjemahan menekankan pada perbedaan dan hubungan antarbahasa. Ia pun berpendapat bahwa dalam menerjemahkan sastra Korea, terjemahan mesin (machine translation, disingkat MT) masih perlu disempurnakan agar dapat menangkap konteks dan nuansa yang tepat.

Shim Jae-hwan sedang memaparkan tentang evolusi media

Shim Jae-hwan sedang memaparkan tentang evolusi media


Presentasi selanjutnya dibawakan oleh Shim Jae-hwan dari Translation Academy LTI Korea dengan tema "Terjemahan oleh AI dan Pendidikan Penerjemahan di Era K-Culture". Ia memperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan, tidak menutup kemungkinan akan ada program yang mampu menggantikan penerjemah manusia. Oleh karena itu, ia menghimbau penerjemah untuk terus mengasah kemampuan dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Menurutnya, kolaborasi penerjemah manusia dan teknologi akan menjadi model penerjemahan produk budaya yang ideal di masa depan.

Presentasi ketiga yang bertema "Akademi Penerjemahan: Kurikulum, Keluaran, dan Tantangan" dibawakan oleh Choi Ae-young dari Translation Academy LTI Korea. Ia melihat perlunya didirikan lembaga riset independen yang secara khusus mengkaji sastra populer dan produk budaya Korea agar dapat membangun wacana dan pemahaman mengenai fenomena budaya pop Korea yang dinamis.

Choi Ae-young memaparkan materi tentang akademi penerjemahan

Choi Ae-young memaparkan materi tentang akademi penerjemahan


Sementara itu, pada sesi presentasi keempat, Chun Hye-jin dari Chung-Ang University membawakan materi tentang kurikulum, pencapaian, serta tantangan sekolah penerjemahan dan penjurubahasaan. Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa calon penerjemah perlu dilatih untuk mengasah kemampuan linguistik dan strategis mereka agar mampu memeriksa dan memperbaiki hasil terjemahan mesin atau machine translation post-editing (MTPE) dengan efektif. Chun berpendapat bahwa pembelajaran tentang MT adalah keniscayaan di era digital saat ini.

Sesi presentasi terakhir membahas materi tentang integrasi pendidikan penerjemahan dalam konteks penerjemahan sastra dan produk budaya Korea. Presentasi yang dibawakan oleh Choi Mi-kyung dari Ewha University ini menekankan perlunya kolaborasi erat antar pemangku kepentingan serta dukungan untuk calon penerjemah.

Simposium penerjemahan sastra dan produk budaya Korea ini sukses mengumpulkan para pakar, akademisi, dan praktisi penerjemahan dari berbagai lembaga. Acara ini menjadi wadah diskusi mengenai berbagai tantangan dan peluang penerjemahan di era globalisasi kini. Diharapkan simposium ini dapat menghasilkan temuan baru untuk menghadapi tantangan masa depan di bidang penerjemahan dan pendidikan penerjemahan.

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait