Penulis: Wartawan Kehormatan Monthi Rosselini dari Indonesia
Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea telah berakhir ditandai dengan hadirnya sekitar 40 ribu orang pramuka dalam upacara penutupan yang diadakan pada 11 Agustus jam tujuh malam di Stadion Piala Dunia Seoul di Mapo-gu, Seoul. Setelah upacara penutupan dan proses serah terima secara resmi diberikan kepada panitia penyelenggara Jambore Polandia, para pramuka disuguhi pertunjukan artis K-Pop selama dua jam yang menampilkan 19 artis, di antaranya adalah NewJeans, NCT DREAM, ITZY, MAMAMOO, THE BOYZ, dan IVE. Suasana upacara penutupan Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea pun berlangsung meriah.
Sehari setelah upacara penutupan, penulis menghubungi sepuluh orang pramuka dari berbagai negara melalui sambungan video, surel, dan pesan media social untuk berbagi pengalaman dan momen terbaik mereka selama mengikuti Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea.
Deverron Bynoe, seorang pramuka asal Barbados, menganggap Jambore Pramuka Dunia di Korea sebagai pengalaman yang sangat menarik. "Sebagai seorang pramuka yang telah berkemah paling lama lima hari, saya pikir akan menjadi tantangan besar berkemah untuk durasi yang panjang ini. Karena keadaan yang tidak dapat dihindari, banyak kegiatan yang harus dibatalkan atau ditunda, tetapi hal ini justru membuat saya memiliki pengalaman yang lebih menarik," ujarnya.
Setelah pindah dari bumi perkemahan Saemangeum, pengalaman Deverron terus berlanjut. Ia mencoba hal-hal baru seperti belajar memanah dan bermain anggar, serta melakukan beberapa kegiatan untuk mengenal budaya Korea. "Saya menganggap jambore pertama saya ini adalah sebuah kesuksesan besar, begitu banyak tantangan, tetapi semua dapat ditangani dengan baik. Saya bersemangat menantikan ke mana petualangan pramuka akan membawa saya pada negara berikutnya," ungkapnya
"Secara pribadi, menurut saya momen terbaik saya di Jambore Pramuka Dunia di Korea adalah interaksi saya di Hari Pertukaran Budaya. Belajar secara langsung tentang makanan dan aktivitas budaya lain selalu membuat saya takjub. Bertemu orang-orang dari budaya tersebut tidak hanya menyenangkan tetapi juga sangat mendidik," tambahnya.
Devveron juga berterima kasih kepada para panitia dan relawan pramuka yang telah bekerja keras. "Saya berharap semua orang dapat menikmati jambore seperti saya dan pengalaman ini dapat mendorong lebih banyak pramuka untuk berpartisipasi dalam kegiatan internasional," tutupnya.
Anouk adalah relawan pramuka dan merupakan salah satu diantara dua ribu orang pramuka asal Belanda yang bergabung di Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea. Ia bertugas di paviliun kontingen Belanda dan merasa bahwa hal terbaik dari acara tersebut adalah ketika ia memiliki kesempatan untuk bertemu banyak orang dari seluruh dunia. "Di sini saya mendengar begitu banyak cerita yang luar biasa dari teman-teman yang saya temui dan saya sangat menikmati semua perbedaan budaya di sini," ujarnya.
Matthew N. McCormick adalah seorang Elang Pramuka atau Pemimpin Patroli untuk Pasukan 1 Kontingen Amerika Serikat. Keikutsertaannya dalam Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea merupakan dorongan dari kakeknya yang juga pernah mengikuti Jambore Pramuka Dunia ke-9 di Inggris pada tahun 1957. "Saya datang ke Jambore Pramuka Dunia di Korea untuk bertualang sebagai pramuka, bertemu dengan pramuka lainnya, dan melakukan kegiatan pramuka seperti yang kakek saya ceritakan pada saya," ujarnya.
Menurutnya, karena kondisi cuaca yang tidak terduga dan kendala lainnya, petualangannya mungkin menjadi sedikit berbeda, tetapi ia merasa bahwa ini merupakan pengalaman sekali dalam seumur hidup. "Itu mengingatkan saya untuk dapat bersikap fleksibel, mencoba melihat sisi positifnya, dan terbuka untuk menerima peluang baru," ujarnya. Salah satu kegiatan favorit Matthew adalah ketika berpartisipasi pada pertunjukan drum dan tari tradisional Korea.
Andalusia M. Teja Quamila, pramuka asal Jawa Tengah, mengenang pengalaman luar biasanya ketika mengikuti Jambore Pramuka Dunia di Korea. Momen yang paling berkesan baginya adalah ketika ia berpartisipasi di Hari Pertukaran Budaya. "Saya sangat menyukai acara pertukaran budaya, karena saya berkesempatan memperkenalkan budaya Indonesia dengan mengenakan pakaian tari klasik Jawa tengah yaitu kostum Tari Golek Manis," ujarnya.
Banyak pramuka menciptakan kenangan indah selama berkemah di Saemangeum, termasuk Andalusia. "Saya tidak akan melupakan momen ketika saya bertukar atribut dan syal dengan pramuka dari negara lain. Saya juga sangat senang bisa berteman dengan banyak pramuka dari seluruh dunia dan saya berharap dapat bertemu mereka lagi di acara Jambore berikutnya," ungkapnya.
Rocio Meza Torres adalah salah satu pramuka asal Chile yang menerima beasiswa dalam menghadiri Jambore Pramuka Dunia di Korea. "Meskipun di sini saya sempat menghadapi beberapa kendala, tetapi saya masih memiliki pengalaman yang fantastis dan menyenangkan. Saya mengerti keadaan di sini cukup panas, tetapi bagi saya keadaan ini masih bisa ditoleransi," ujarnya.
"Saya menyukai semua kegiatan yang diadakan. Saya juga senang dapat bertemu banyak orang yang luar biasa di sini. Meskipun kami berbicara dengan bahasa yang berbeda, tetapi kami masih bisa berteman. Saya berfoto dengan semua orang serta bertukar akun Instagram dan Snapchat untuk tetap berhubungan dengan mereka," ungkapnya.
Yusuke Sumitani, seorang pramuka asal Jepang, mengatakan bahwa mengikuti Jambore Pramuka Dunia di Korea merupakan pengalaman yang tak terlupakan baginya. Ia sangat menyukai acara pertukaran budaya karena ia dapat berbagi pengalaman budaya dari negaranya dan juga mengenal budaya dari negara lain.
"Unit kami menyediakan teh hijau khas Jepang dan memperkenalkan permainan tradisional Jepang bernama daruma otoshi dan kendama. Banyak pramuka dari berbagai negara datang ke stan kami. Kami juga mengunjungi stan pramuka dari negara lain. Sangat menyenangkan bisa belajar tentang budaya lain di acara pertukaran budaya," ujarnya.
Yusuke juga menghadiri upacara penutupan di Stadion Piala Dunia di Seoul. Ia mengatakan bahwa ia dan teman-temannya mengalami malam yang luar biasa di konser upacara penutupan tersebut. "Saya sangat bahagia bisa melihat grup Korea yang saya kenal serta dapat melihat semua pramuka dari seluruh dunia berkumpul di satu tempat, bersemangat dan menikmati konser," tutupnya.
Andrei Czar Morla, pramuka asal Filipina, membagikan momen terbaiknya selama Jambore Pramuka Dunia di Korea. Ia menceritakan pengalamannya saat pertama kali mengikuti upacara pembukaan. Saat itu ia menyadari betapa besarnya jumlah pramuka di seluruh dunia. Selama Jambore ia mengikuti berbagai kegiatan dan tantangan, seperti mendirikan tenda sendiri, membuat lukisan Korea, belajar tentang budaya Korea dan kegiatan lainnya.
"Tim kami melakukan begitu banyak kegiatan dan permainan. Ini merupakan pengalaman terbaik dalam hidup saya sebagai seorang pramuka. Saya akan selalu menghargai pengalaman ini selamanya. Saya juga berharap dapat bertemu lagi dengan sesama pramuka dalam perjalanan pramuka selanjutnya," ungkapnya.
Haroon Malik, seorang relawan pramuka asal India membagikan pengalamannya di Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea. "Secara keseluruhan ini adalah pengalaman yang luar biasa. Saya menciptakan kenangan seumur hidup dengan teman-teman baru, pramuka dari seluruh dunia. Sayangnya saya tidak dapat menghadiri acara penutupan karena saya masih menjalankan tugas mendukung tim bandara untuk mempersiapkan keberangkatan peserta ke negara masing-masing. Akan tetapi, saya menontonnya siaran langsungnya, acaranya sungguh menakjubkan!" ujarnya.
Sandro Bulia, pramuka berusia 17 tahun asal Georgia mengatakan bahwa menjadi bagian dari Jambore Pramuka Dunia di Korea seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Ia menikmati masa-masa ketika ia dapat menghabiskan waktu bersama pramuka lainnya, dan berteman dengan pramuka dari negara lain. Momen favorit Sandro adalah Hari Pertukaran Budaya. Ia senang mendapat kesempatan untuk berbagi informasi mengenai budaya dan tradisi negaranya dengan pramuka dari negara lain. "Saya kagum melihat bagaimana orang-orang begitu bersemangat bertemu kami dan itu membawa kegembiraan tersendiri bagi kontingen kami," ungkapnya.
Sandro senang bisa merasakan pengalaman budaya Korea ketika ia mengunjungi Gimhae di mana ia berkesempatan memakai Hanbok serta mengenal budaya dan sejarah Korea. Ketika jambore berakhir, ia berpartisipasi dalam upacara penutupan di Stadion Piala Dunia Seoul. "Upacaranya sangat bagus, kami semua sangat bersemangat dan juga terharu. Ini adalah jambore pertama saya, dan saya sangat senang menjadi bagian dari acara ini," ujarnya.
Elene Svanidze, pramuka berusia 15 tahun yang juga berasal dari Georgia mengatakan bahwa ia merasa sangat bersyukur telah terpilih menjadi salah satu dari sembilan orang yang mewakili negaranya. "Jambore Pramuka Dunia di Korea penuh dengan kegembiraan dan momen yang tak terlupakan, tetapi bagian favorit saya adalah ketika saya membawa bendera Georgia di hadapan 40 ribu orang pramuka pada upacara pembukaan," ujarnya.
Selama di Korea, Elene juga berkesempatan untuk mencoba masakan Korea. "Saya mencoba kimci, kue beras, dan juga ayam goreng khas Korea. Saya menyukainya, sangat luar biasa!" ujarnya. Bagi Elene, jambore telah memberinya kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. "Pada akhirnya, saya tidak bisa berhenti memikirkan betapa bahagianya saya menjadi seorang pramuka!"tutupnya.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.