Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste
Foto: Frenky Ramiro de Jesus
Menempuh pendidikan magister dalam bidang kedokteran di luar tanah air bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi jika bahasa Inggris bukanlah bahasa pengantar yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Korea merupakan salah satu negara yang menggunakan bahasa ibunya dalam pengajaran bidang kedokteran sehingga mahasiswa internasional dituntut untuk bisa menguasai bahasa Korea untuk menempuh pendidikan kedokteran di Korea. Walaupun begitu, bidang kedokteran Korea sangat maju karena memiliki berbagai fasilitas yang menunjang untuk praktikum sehingga mahasiswa internasional dari berbagai negara memilih Korea untuk menempuh studi kedokteran.
Penulis saat ini sedang menempuh program studi Master of Medicine in Ophthalmology (Ilmu Kesehatan Mata) di College of Medicine, Yeungnam University Hospital, Daegu. Penulis menyadari bahwa tidak mudah untuk berkomunikasi dengan teman sejawat dan pasien, serta untuk beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu syarat untuk bisa memulai kuliah dan praktikum di rumah sakit adalah memiliki TOPIK minimal level tiga agar bisa berkomunikasi dalam bahasa Korea. Akan tetapi, penulis beruntung mendapatkan profesor pembimbing yang sangat fasih dalam berbahasa Inggris sehingga memudahkan penulis untuk berkomunikasi.
Penulis merupakan salah satu dari tiga orang penerima beasiswa Global Korea Scholarship (GKS) tahun 2021 melalui jalur Kedutaan Besar Republik Korea untuk Timor Leste. Penulis juga merupakan salah satu dari 12 orang penerima beasiswa jurusan kedokteran beserta negara lainnya yang berhasil diterima melalui program beasiswa GKS 2021 tersebut. GKS merupakan program beasiswa dari pemerintah Korea.
Persentase mahasiswa kedokteran yang diterima setiap tahunnya melalui jalur beasiswa GKS terbilang sedikit. Salah satu alasannya adalah persaingan dengan mahasiswa Korea. Namun, persiapan yang baik akan menambah kesempatan bagi calon mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa. Calon mahasiswa harus mampu menulis tujuan studi dan perkenalan diri dengan berbobot serta ditunjang dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan yang baik.
Menjadi mahasiswa kedokteran di Korea merupakan salah satu kebanggaan dan tantangan tersendiri bagi penulis. Penulis merasa bangga karena berhasil mendapatkan kesempatan melanjutkan studi di salah satu universitas di Korea dan dibimbing secara langsung oleh salah satu spesialis bedah retina ternama di Korea. Namun, hal ini menjadi tantangan karena penulis harus berinteraksi dengan pasien dalam bahasa Korea, melakukan banyak penelitian, mendampingi profesor di ruang operasi, bahkan harus mengerjakan dan menyelesaikan tugas pada akhir pekan. Walaupun sistem pendidikan kedokteran di Korea dipenuhi dengan tugas dan jadwal yang ketat, tetapi lingkungan pendidikan sangatlah fleksibel dan tidak menyebabkan stres.
Banyak hal yang penulis pelajari di sini, mulai dari manajemen penanganan pasien gawat darurat dan bukan gawat darurat, clinical discussion (diskusi berbagai penyakit mata) dengan profesor dan teman sejawat, berpartisipasi dalam operasi mata dengan menggunakan teknologi yang maju, belajar melakukan dan menulis penelitian, serta berpartisipasi dalam konferensi ilmiah oleh The Korean Ophthalmological Society (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata di Korea). Hal ini memberi kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan berinteraksi dengan para ahli di bidang spesialisasi mata.
Selama menempuh magister dalam bidang kedokteran di Korea, penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan manajemen waktu dan jadwal yang baik, mengetahui tujuan akhir kita, dan fokus akan penyelesaian tugas tepat waktu, akan mempermudah jalan kita di Korea. Selain itu, aktif dalam setiap kelas dan diskusi akan menjadi poin tambah untuk menunjang penilaian akhir yang memuaskan.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.