Wartawan Kehormatan

2023.07.19

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Mohammad Iqbal Jerusalem dari Indonesia
Foto: Mohammad Iqbal Jerusalem


Diaspora Film Festival diselenggarakan di Incheon, kota yang disebut sebagai 'Pelabuhan Terbuka', membuka diri terhadap seluruh imigran dan turis dari berbagai penjuru dunia. Diaspora Film Festival Kesebelas telah sukses diselenggarakan pada hari Jumat (19/05/2023) hingga hari Selasa (23/05/2023).

Di antara rangkaian pelaksanaan acara puncak Diaspora Film Festival, terdapat program pengenalan Incheon 'Diayuramdan', sebuah program tur Incheon dalam grup berjumlah sekitar enam orang. Program tur ini diselenggarakan dengan berjalan kaki mengunjungi tempat-tempat historis di Incheon.

Program ini dilaksanakan oleh Diaspora Film Festival dengan bantuan dan kerja sama dari Incheon Spectacle, sebuah forum organisasi tur dan wisata untuk Incheon. Melalui program ini, pengunjung festival dapat mengenali Incheon lebih dalam sembari berjalan-jalan. Peserta bisa merupakan orang asing dan juga orang Korea.

Tur dimulai dari Incheon Art Platform. Tempat pertama yang diperkenalkan pada kami adalah hotel pertama ala barat yang dibangun di Korea yang bernama Hotel Daebul. Berdasarkan penjelasan pemandu wisata dari Incheon Spectacle, hotel ini didirikan pada akhir abad ke-18. Pada saat ini, hotel ini sudah tidak beroperasi dan dijadikan museum untuk dapat dikunjungi sebagai bukti bersejarah.

230719_Incheon_1

Tempat pertama yang kami kunjungi pada tur ini, Hotel Daebul.


Berjalan sedikit menanjak, tempat yang kami kunjungi selanjutnya adalah beberapa bangunan yang bernuansa Tiongkok dan Jepang. Kemudian, tur ini membawa kami mendaki ke sebuah taman bernama Freedom Park. Di taman ini, kami bisa melihat indahnya kota Incheon dari atas taman. Taman ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat melihat berbagai pemandangan mulai dari rumah warga, bangunan tinggi, hingga laut. Taman ini juga ditanami beberapa jenis bunga mawar dan pepohonan yang tinggi menjulang. Lebih dari itu, taman ini memiliki titik foto ikonik yakni sebuah tempat menyerupai kapal yang membuat para pengunjung seakan-akan berada di atas kapal pesiar. Mengisi waktu istirahat, kami menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto untuk diabadikan.

230719_Incheon_2

Shema, teman penulis yang mengabadikan foto di Freedom Park.


Setelah beristirahat sejenak, kami beranjak pada tempat selanjutnya. Tempat selanjutnya ialah terowongan bersejarah yang dinamai Hongyemun. Secara literal, hongye berarti pelangi, sementara mun berarti pintu. Oleh karena itu, dapat dimaknai bahwa Hongyemun adalah terowongan yang menyerupai bentuk pelangi. Terowongan ini menjadi terowongan yang memotong kaki lereng bukit Gunung Eungbongsan. Terowongan ini terbuat dari batu granit yang disusun dengan tinggi mencapai 13 meter.

230719_Incheon_3

Para peserta tur mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata mengenai Hongyemun.


Menanjaki beberapa anak tangga dengan sedikit berjalan lagi, kami menyusuri jalan penuh cerita di Incheon. Mulai dari jalan yang mengenang jasa para pahlawan pergerakan nasional di Korea, hingga jalan di mana toko-toko bernuansa kuno yang menjajakan berbagai barang dan makanan. Di antaranya adalah toko vinyl, toko mi, hingga restoran ala Jepang yang bernama Mulgogi. Secara harfiah, mulgogi berarti ikan yang masih hidup berenang di dalam air.

230719_Incheon_4

Potret grup tur Incheon yang sedang berjalan melewati toko Mulgogi.


Perjalanan kami dilanjutkan ke arah Pasar Sinpo. Di pasar ini kami melihat berbagai makanan khas Tiongkok yang dijual seperti gonggalppang, roti berbentuk bulat yang renyah tanpa isi. Kami juga melihat berbagai toko yang ditulis dengan bahasa Korea lawas. Perjalanan dari tur ini diakhiri dengan sampainya kami pada bioskop pertama di Korea, Bioskop Aekwan.

Banyak bangunan dan beberapa sudut di Kota Incheon yang memiliki nuansa Jepang maupun Tiongkok. Salah satu alasannya adalah Incheon telah menjadi pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan internasional sejak tahun 1833. Tiongkok dan Jepang yang memiliki jarak dekat dengan Incheon menjadi partner perdagangan yang sering mendatangi Incheon sehingga para pedagang Tiongkok dan Jepang banyak yang menetap di Incheon. Total dari perjalanan pada tur ini kurang lebih mencapai satu kilometer dengan memakan waktu sekitar dua jam.

230719_Incheon_5

Foto grup ketika kami mengakhiri sesi tur Incheon pada Diaspora Film Festival di depan Bioskop Aekwan.



margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait