Wartawan Kehormatan

2023.04.12

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia

Foto: Monica Juliani



Perkembangan hallyu yang pesat saat ini semakin meningkatkan ketertarikan masyarakat global untuk mengunjungi Korea, baik sekadar menghabiskan waktu liburan, melanjutkan pendidikan, bekerja atau berkarir. Melalui kesempatan ini, penulis mewawancarai Monica Juliani, warga negara Indonesia yang sudah tinggal di Korea selama delapan tahun untuk membagikan sebagian pengalamannya, tip bagaimana dirinya mengatasi rasa rindu dengan Indonesia, dan juga memberikan rekomendasi hobi atau kegiatan yang bisa dilakukan ketika berkunjung ke Korea kepada para pembaca Korea.net.

Monica Juliani, warga negara Indonesia yang sudah lama tinggal di Korea

Monica Juliani, warga negara Indonesia yang sudah lama tinggal di Korea.


Mohon perkenalkan diri Anda

Halo, nama saya Monica Juliani. Saya berusia 26 tahun. Sudah delapan tahun saya tinggal di Seoul dan saat ini saya bekerja di salah satu perusahaan Korea.

Bagaimana awal mula Anda dapat tinggal di Korea?

Saya mulai tinggal di Korea sejak awal tahun 2015. Saat itu, saya datang ke Korea untuk menempuh pendidikan. Awal mulanya, saat SMP kelas 1, saya mulai suka dengan Korea karena teman saya mengenalkan drama Boys Before Flowers. Karena saya memang suka mempelajari bahasa-bahasa asing dari kecil, saya memutuskan untuk menempuh pendidikan S1 di Korea University dengan mengambil jurusan Korean Language and Literature (Bahasa dan Literatur Korea) dan double degree Ekonomi.

Apakah ada kesulitan yang dialami perihal komunikasi dan mempelajari Bahasa Korea?

Tentunya sebelum saya menempuh pendidikan S1 saya di Korea University, saya belajar Bahasa Korea terlebih dahulu di Language Education Institute Seoul National University. Saat itu, saya belajar dari level dua sampai level tertinggi, yaitu level enam. Karena saya memang sangat suka dengan bahasa, budaya, dan gaya hidup di Korea, sejujurnya saya tidak merasa kesulitan saat mempelajari bahasa Korea, bahkan saya sangat enjoy belajar dan hidup di sini.

Di Indonesia, Korea dikenal dengan budayanya yang serba cepat atau ppali-ppali. Bagaimana pendapat Anda tentang masyarakat, dan budaya "cepat-cepat" setelah tinggal di sana?

Menurut saya, masyarakat Korea biasa saja, seperti masyarakat di Indonesia. Di seluruh dunia, pasti ada orang baik dan orang yang jahat. Sedangkan untuk budaya "cepat-cepat"-nya, secara tidak sadar, sepertinya saya juga jadi terbiasa dengan budaya tersebut.

Terakhir kali saya pulang ke Indonesia beberapa tahun lalu, saat saya berjalan dengan ibu saya, ibu saya selalu tertinggal di belakang, padahal sebelumnya saya yang selalu tertinggal setiap kali berjalan dengan ibu.

Saya juga jadi terbiasa melakukan sesuatu dengan cepat dan tepat karena selama hidup di Korea, seperti menunggu bus, memesan makanan, bahkan menunggu antrian masuk ke ruangan dokter pun serba cepat dan dapat terkalkulasi terlebih dahulu waktunya.

Pernahkah Anda merasa home-sick atau rindu dengan Indonesia?

Tentu saja. Saya sering berbicara melalui telepon dengan ibu, saudara, dan teman di Indonesia untuk melepas rindu dengan mereka. Untuk makanan pun, saya sebenarnya lebih suka makanan Indonesia karena bumbunya lebih mantap dan sekarang saya sedang rindu makan nasi padang dan ayam pop.

Akan tetapi, sebenarnya sudah banyak restoran atau tempat makan khas Indonesia di Korea sekarang, bahkan bisa pesan antar juga dengan orang Indonesia yang membuka pesanan, nanti makanannya dikirim pakai paket atau bisa bertemu langsung juga.

Apakah Anda pernah mengalami stres selama tinggal di Korea dan bagaimana cara Anda untuk melepas stres tersebut?

Menurut saya, tinggal di negara mana pun, pasti seseorang pernah merasakan stres. Akan tetapi, biasanya saya melepas stres dengan menjalankan hobi saya, seperti menonton film di bioskop, menonton pertunjukkan musikal, menonton konser, atau bersantai di kafe dekat rumah dan berjalan bersama teman.

Monica Juliani berfoto di depan Charlotte Theater ketika menghadiri pertunjukkan musikal Mrs. Doubtfire di Korea. Ia membawa buku program pertunjukan yang biasa dibelinya untuk kenang-kenangan

Monica Juliani berfoto di depan Charlotte Theater ketika menghadiri pertunjukkan musikal Mrs. Doubtfire di Korea. Ia membawa buku program pertunjukan yang biasa dibelinya untuk kenang-kenangan


Apakah ada alasan khusus Anda memiliki aktivitas tersebut sebagai hobi Anda?

Awalnya, hobi saya adalah jalan-jalan ke berbagai Kota di Korea, seperti jalan-jalan ke Busan, Gyeongju, Jeonju, Daegu, Paju, Pocheon, Gwangju, dan lainnya. Di Seoul juga sepertinya hampir semua istana kerajaan, taman-taman, dan tempat fangirling pernah saya kunjungi. Akan tetapi, karena pada dasarnya saya suka dengan musik dan menonton, sejak tahun 2019, hobi saya berubah jadi nonton konser, musikal, dan bioskop.

Di bioskop Korea, biasanya penonton kadang diberikan bonus merchandise film yang sedang tayang, jadi saya semakin semangat pergi menonton. Lalu, banyak lokasi pertunjukkan musikal dan konser di Seoul yang pernah saya datangi. Semua bagus, bersih, dan nyaman. Jika dihitung sejak pertama kali saya tinggal di Korea hingga saat ini, saya sudah menonton 58 pertunjukkan musikal Korea.

Hal lain yang sangat saya sukai ketika menonton konser di sini selain karena lokasi konser yang nyaman, aman, dan rapi, semua penonton konser di sini juga tertib dan tidak pernah desak-desakkan. Sebagai contoh, waktu saya nonton konser FT Island, ketika penonton disuruh berdiri saat performa lagu tertentu, semua penonton ikut berdiri, dan setelah lagu itu selesai, penonton dengan patuh langsung duduk secara bersamaan.

Menurut Anda, apakah hobi Anda akan cocok untuk wisatawan asing yang tidak begitu fasih berbahasa Korea?

Untuk orang asing yang tidak begitu fasih berbahasa Korea, mungkin kurang bisa menikmati dan memahami lagu dalam pertunjukkan musikal Korea.

Setiap menonton musikal, saya pasti membeli salah satu official merchandise dari musikal tersebut, yaitu program book dalam bahasa Korea sebagai kenang-kenangan. Program book biasanya berisi sinopsis cerita, foto-foto para pemain saat di panggung, foto behind-the-scene saat proses latihan, desain konsep panggung dan pakaian para pemain serta foto profil para pemain beserta biografi singkat masing-masing pemain, seperti pernah bermain musikal apa saja, berperan dalam drama apa saja, atau merilis album musik apa saja, karena sekarang banyak idola Korea yang juga bermain musikal.

Menurut saya, menonton musikal Korea sangat saya rekomendasikan untuk dicoba, karena setahu saya, Korea adalah salah satu negara di Asia yang aktif memproduksi pertunjukkan musikal. Dari pakaian, desain panggung, pergantian adegannya, musiknya, akting dan nyanyian para aktornya, cendera mata pertunjukkannya, semuanya benar-benar diproduksi dengan sangat baik dan keren.

Di Korea, produksi musikal ada yang skala kecil-menengah, dan skala besar. Untuk yang ingin mencoba menonton musikal untuk sekadar pengalaman, saya menyarankan menonton pertunjukkan musikal produksi skala besar. Contoh musikal produksi skala besar, di antaranya ada Dracula, The Man Who Laughs, Chicago, Jekyll and Hyde, dan masih banyak lagi.

sofiakim218@korea.kr


*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.

konten yang terkait