Wartawan Kehormatan

2022.11.30

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Claudya Agatha Mande dari Indonesia


Setiap negara biasanya memiliki gaya dan tradisi pernikahan yang berbeda-beda. Begitu juga dengan tradisi atau budaya pernikahan di Negeri Ginseng, Korea Selatan. Melalui seri kelas daring yang diadakan oleh KCC Indonesia pada Senin, 21 November 2022, kita bisa belajar tentang gaya dan tradisi pernikahan di Korea khususnya di masa kini.

Kelas yang diadakan melalui Zoom ini dimulai pada pukul 15.30 WIB dan dibawakan oleh Jung Kyoung-hwa dari pengajar bahasa Korea KSI dengan pengantar bahasa Korea. Meskipun begitu, kelas ini didampingi oleh staf KCC yang menjadi moderator.

Dalam kelas daring yang berlangsung sekitar 60 menit tersebut dijelaskan secara singkat dan padat mengenai budaya pernikahan Korea. Pemateri juga menyebutkan beberapa istilah-istilah dalam budaya pernikahan Korea.

Sama seperti di Indonesia, di Korea pernikahan merupakan penyatuan dua keluarga besar dan bukan hanya kedua insan semata. Di Korea tidak ada lamaran yang menggunakan cincin. Lamaran di Korea biasanya ditandai dengan pertemuan kedua keluarga yang dilakukan di ruang privat sebuah restoran. Namun, saat ini sudah mulai banyak pasangan muda yang melamar dengan menggunakan cincin.

KCC Online Class_1

Pengajar bahasa Korea KSI, Jung Kyoung-hwa menjelaskan mengenai budaya tradisional Korea dengan pengantar bahasa Korea. (Tangkapan layar Zoom Seri Kelas Daring KCCI)


Berikut ini istilah-istilah yang ada dalam budaya pernikahan Korea.

맞선 (Matseon): perkenalan yang serius dengan tujuan menikah.

소개팅 (Sogaeting): perkenalan biasa untuk mencari pasangan, dan biasanya dihubungkan dari hubungan pertemanan.

Kedua istilah di atas adalah tahapan perkenalan antar pasangan di Korea. Pada zaman dulu, orang tua yang menjodohkan anak-anak mereka. Namun, kini ketika memulai hubungan berpasangan, anak-anak muda memulainya secara natural saja.

함 (Ham): kotak untuk menyimpan seserahan pernikahan.

Di Korea, seserahan disiapkan berdasarkan kesepakatan bersama. Biasanya, ham diberikan oleh pihak mempelai pria kepada mempelai wanita.

이바지 음식 (Ibaji eumsik): makanan yang dipersiapkan oleh pihak mempelai wanita untuk mempelai pria yang dimasak dengan sepenuh hati setelah menikah.

예식장 (Yesikjang): tempat khusus untuk pelaksanaan upacara pernikahan.

Di Korea, tempat upacara pernikahan atau ceremony hall biasanya dilakukan di gedung hotel atau bisa juga di gereja. Hal ini tergantung kepercayaan serta kesepakatan kedua pihak mempelai dan keluarganya.

주례 (Jurye): pemimpin upacara pernikahan atau penghulu.

Seperti pernikahan pada umumnya, dalam budaya pernikahan Korea juga ada pemimpin upacara pernikahan. Pemimpin upacara pernikahan ini biasanya dipilih dari orang yang dihormati atau dituakan dari pihak perempuan. Namun, saat ini tidak selalu ada.

축의금 : uang yang diberikan sebagai ucapan selamat.

Tamu undangan yang datang juga membawa uang hadiah. Jumlah ini tidak paten, kalau tamu tidak dekat dengan mempelai maka umumnya diberikan sebanyak 50,000 KRW. Tapi, kalau dekat jumlah yang diberikan adalah 100,000 KRW.

비준식 : single wedding.

Single wedding saat ini sedang menjadi trend di Korea. Orang muda yang tidak ingin menikah biasanya melakukan single wedding seperti ini.

KCC Online Class_2

Pengajar bahasa Korea KSI, Jung Kyoung-hwa menjelaskan mengenai budaya tradisional Korea dengan pengantar bahasa Korea. (Tangkapan layar Zoom Seri Kelas Daring KCCI)


Melalui pemaparan pemateri dalam kelas daring KCCI ini, bisa disimpulkan bahwa budaya pernikahan Korea sudah mulai menganut paham barat. Namun, masyarakatnya tetap berusaha mempertahankan beberapa budaya-budaya yang ada.

Hal ini dikembalikan kepada setiap pasangan yang ingin menikah. Saat ini calon pengantin juga tidak wajib melakukan upacara pernikahan tradisional. Orang Korea sendiri sudah mulai banyak yang lebih mengikuti tren pernikahan modern yang lebih sederhana.

Dalam sesi kelas daring ini juga diadakan tanya jawab dan kuis cepat berhadiah. Salah satu peserta menanyakan mengenai budget pernikahan di Korea. Pemateri Jung Kyoung-hwa pun memaparkan bahwa tidak ada budget tertentu yang ditentukan karena tiap pasangan pasti berbeda-beda.

Selain itu, pemateri juga sempat menceritakan pengalaman teman beliau yang menikah di mana ucapan selamat disampaikan oleh ayah dari pihak mempelai perempuan. Pengalaman itu menjadi hal yang mengharukan juga bagi pemateri.

Itulah sedikit pembelajaran tentang budaya pernikahan Korea. Menurutmu, apakah ada yang sama dengan budaya pernikahan suku-suku yang ada di Indonesia?



margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.

konten yang terkait