Wartawan Kehormatan

2022.11.25

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Monthi Rosselini dari Indonesia


Kesenian tradisional di Korea dikenal begitu beragam, mulai dari seni tari, seni lukisan, hingga seni kerajinan tangan. Semua kesenian tradisional ini seringkali dipentaskan dan tampilkan dalam sebuah pameran baik itu di Korea ataupun di mancanegara, dengan tujuan sebagai pelestarian budaya bagi masyarakat Korea itu sendiri dan sebagai pengenalan budaya Korea kepada masyarakat di negara lain.

Pekan lalu, saya mengunjungi soft opening Korea 360, sebuah pameran tetap yang berada di Lotte Shopping Avenue, Jakarta. Korea 360 didirikan dengan tujuan untuk memperkenalkan segala aspek mengenai Korea, khususnya kepada seluruh masyarakat Indonesia. Di sini pengunjung dapat menikmati Korea dari berbagai aspek melalui 6 area yang tersedia, diantaranya adalah area Content, Organic, Living & Lifestyle, Eating, Culture, dan Tour, yang bila disingkat disebut juga COLLECT TOWN.

Najeonchilgi_3

Antusias pengunjung pada soft opening Korea 360, di Lotte Shopping Avenue, Jakarta. (Monthi Rosselini)


Semua area ini dipresentasikan begitu menarik dan informatif. Menariknya, selain kita dapat melihat keindahan produk secara langsung, terdapat pula staf Korea 360 yang bertugas di area tersebut dan menjelaskan lebih detil mengenai produk yang dipamerkan. Dari keenam area tersebut, saya sangat menyukai area Culture.

Saat itu, di area ini ditampilkan beberapa karya kerajinan tangan jagae dengan teknik najeon. Kerang mutiara (jagae) ini digunakan sebagai bahan dasar dalam membuat kerajinan tangan khas Korea dengan teknik tradisional najeon, yaitu proses untuk menatah kerang mutiara pada permukaan benda yang dipernis.

Najeonchilgi_1

Najeonchilgi dengan tatahan pola shipjangsaeng atau sepuluh simbol panjang umur yang ditampilkan pada area Culture di Korea 360. (Monthi Rosselini)


Teknik tradisional najeon begitu terkenal di era Dinasti Goryeo, sehingga seringkali kita mendengar adanya istilah 'Goryeo najeon.' Ciri teknik najeon di era Dinasti Goryeo adalah desain tatahan kerang mutiara dengan bentuk krisan simetris dan juga warna-warna cerah yang alami, sedangkan di era Dinasti Joseon lebih banyak menampilkan pola yang beragam yang menampilkan bentuk desain seperti buah plum, bambu, sepuluh simbol panjang umur (matahari, gunung, air, awan, bebatuan, burung bangau, rusa, kura-kura, jamur bullcho, pepohonan pinus), lanskap, dan bentuk-bentuk geometris.

Proses teknik kerajinan tradisional najeon sangatlah panjang dan penuh ketelitian untuk menghasilkan najeonchilgi yang berkualitas tinggi. Proses awal dimulai dengan mengoleskan lapisan pernis ke dasar kayu. Selanjutnya, permukaan benda tersebut ditutup dengan kain rami dan dilapisi lagi dengan pernis sebagai lapisan kedua. Proses ini diulangi beberapa kali sebelum dilapisi dengan tatahan kerang mutiara, dan terakhir diberi lapisan pernis untuk menyempurnakan kualitas akhir produk.

Najeonchilgi_2

Kotak perhiasan najeonchilgi dengan desain yang begitu indah. (Monthi Rosselini)


Dibutuhkan waktu yang panjang untuk menyelesaikan satu produk najeonchilgi. Satu karya bisa diselesaikan dalam waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Najeonchilgi banyak dibuat sebagai produk yang digunakan sehari-hari, seperti piring, nampan, kotak perhiasan, hingga lemari dan meja rias. Seiring dengan perkembangan zaman, najeonchilgi juga dibuat dengan tampilan desain kontemporer dan modern. Kini najeonchilgi tidak hanya diminati oleh masyarakat Korea, tetapi juga banyak diminati oleh pecinta kerajinan tangan dan mebel dari berbagai negara.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.

konten yang terkait