Penulis: Charles Audouin
Foto: Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata
Belasan payung terlihat berjejer pada tanggal 3 Mei 2025 subuh di depan Aula Daeungjeon yang terletak di Kuil Baegyangsa, Jangseong-gun, Provinsi Jeollanam. Rintik hujan turun bahkan sebelum ibadah Buddha pada subuh hari dimulai.
15 orang wartawan asing mengunjungi Kuil Baegyangsa yang terletak 300 km dari Kota Seoul pada tanggal 2-3 Mei 2025. Kuil tersebut dihiasi beragam lentera warna warni untuk menyambut peringatan Hari Waisak di Korea yang jatuh pada tanggal 5 Mei 2025.
Templestay: Pengalaman unik yang menenangkan jiwa
Melalui program templestay, pengunjung bisa tinggal semalam di Kuil Baegyangsa. Program tersebut dimulai melalui kerja sama antara pemerintah pusat Korea dengan Organisasi Buddha Korea Ordo Jogye. Program tersebut dibuat untuk menyambut penyelenggaraan Piala Dunia Korea-Jepang pada tahun 2002.
Program templestay merupakan ide yang muncul saat pemerintah menghadapi masalah kekurangan tempat penginapan. Program itu menawarkan aktivitas budaya tradisional Korea kepada wisatawan asing.
Sambutan para wisatawan asing pun luar biasa. Lebih dari 6 juta orang wisatawan mengikuti program tersebut selama 20 tahun berikutnya dan 11% di antaranya adalah warga negara asing.
Kuil Baegyangsa terletak di sebelah selatan Gunung Naejangsan yang terkenal dengan keindahan dedaunan musim gugurnya. Kuil ini dibangun pada abad ketujuh saat agama Buddha sedang diajarkan secara meluas di Semenanjung Korea.
Kuil Baegyangsa merupakan pilihan yang tepat jika ingin menghabiskan semalam di kuil Buddha Korea. Pengunjung bisa mendengar percikan air sungai saat memasuki pintu masuk kuil.
Kuil tersebut dikelilingi oleh bebatuan yang seakan membuat kebisingan kota tidak bisa masuk ke dalamnya. Filosofi fengsui tradisional Korea membuat kuil tersebut terletak dekat dengan aliran air dan gunung.
Gunung Baekdusan terletak di sebelah utara Kuil Baegyangsan dan Gunung Jirisan terletak di sebelah selatannya sehingga menjadikannya bagian dari kesatuan Pegunungan Baekdudaegan yang membentuk Semenanjung Korea.
Kepala Biksu Kuil Baegyangsa Mugong menjelaskan, "Kuil Baegyangsa terletak di ujung tempat energi dari seluruh pelosok Korea berkumpul. Berkat itu pula, banyak tokoh dan cendekiawan yang lahir dari area Jangseong."
Para biksu Kuil Baegyangsa dan rombongan wartawan terlihat sedang melakukan sembahyang pada tanggal 3 Mei 2025 di Aula Daeungjon.
Rutinitas pagi para biksu: Sembahyang dan meditasi subuh
Keseharian para biksu dimulai dengan sembahyang subuh. Pada pukul 04:20, para biksu duduk di depan patung Buddha berwarna emas, lalu memulai ritualnya dengan menggunakan moktak, yaitu alat ketuk dari kayu yang digunakan dalam tradisi Buddha.
Setelah berlutut dan berdiri sambil menangkupkan kedua tangan, mereka kembali menunduk, kemudian berlutut kembali, lalu bersujud.
Setelah sembahyang selesai, ritual dilanjutkan dengan meditasi ala Buddha. Para biksu dan wartawan terlihat sangat damai di tengah kesunyian kuil.
Sarapan pagi dimulai pada jam enam pagi dengan menu nasi, sup rumput laut, dan sayuran berbumbu. Tidak ada susu, roti, atau sereal yang disediakan.
Prinsip yang paling penting di kuil Buddha adalah tidak boleh ada makanan yang disisakan. Semua harus makan hingga piring bersih. Proses memakan makanan ternyata adalah bagian dari ibadah.
Dari kiri atas searah jarum jam: Sayur timun dengan rebung, jamur berangan dengan umbi-umbian, teh kombucha ala Kuil Baegyangsa, dan doenjangjjigae.
Persiapan meja makan bersama Biksu Jeong Kwan
Jam sepuluh pagi menjadi saat pertemuan dengan Biksu Jeong Kwan yang terkenal dengan makanan kuilnya. Ia menjadi populer karena muncul di acara dokumenter berjudul Chef's Table di Netflix pada tahun 2017. Berkatnya, Kuil Baegyangsa terus dikunjungi oleh para koki dari berbagai negara untuk mempelajari rahasia makanan kuil Biksu Jeong.
Berbagai bahan masakan ala Korea disiapkan di kelas memasak tersebut, seperti kimci, ganjang, doenjang, gocujang, cuka, rebung, timun, lada, dan bokbunja (beri Korea). Tidak ada bawang putih, bawang bombai, dan daun bawang yang memiliki wangi menusuk.
Semua bahan masakan tersebut bisa didapatkan dari Kuil Baegyangsa. Semua bahan tersebut alami dan tidak menggunakan pupuk kimia.
Biksu Jeong memotong labu dengan sendok sambil berkata, "Jika Anda ingin memasak, Anda harus memahami bahannya terlebih dahulu. Anda harus tahu bahan masakan tersebut datang dari mana, lalu akan menggunakannya seberapa banyak, kemudian apakah akan mengukus atau merebusnya."
Biksu Jeong Kwan terlihat sedang berbicara sebelum membacakan bacaan Buddha sebelum makan.
Setelah makanan siap, para wartawan duduk untuk menikmati makan siang. Wangi sayuran tercium sangat kuat setiap kali suapan masuk ke mulut. Rasa doenjangjjigae yang disiapkan di kuil ini pun terasa lebih kaya dengan rasa pedas dan gurih yang menyatu.
Sebelum meninggalkan Kuil Baegyangsa, para wartawan meminum teh hijau dengan Biksu Jeong. Ia berkata, "Manusia akan sakit jika salah makan sehingga makanan menjadi pendamping penting hidup kita. Kita bisa hidup tanpa pasangan atau anak, tetapi tidak bisa hidup tanpa makanan."
Kuil Baegyangsa nyaman untuk dikunjungi dengan menggunakan mobil pribadi. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, Anda bisa naik kereta Mugunghwa hingga Stasiun Baegyangsa atau KTX hingga Stasiun Jangseong. Anda pun bisa menaiki bus antarkota hingga Terminal Jangseong. Dari stasiun kereta maupun terminal bus, Anda bisa menaiki taksi hingga mencapai Kuil Baegyangsa.
Reservasi program templestay dapat dilakukan melalui laman resmi templestay (templestay.com).