Seorang pakar seni ternama sekaligus profesor di Myeongji University Yu Hong-june di dalam bukunya yang berjudul Eksplorasi Warisan Leluhur Saya mengatakan, "Kita melihat sesuai dengan apa yang kita ketahui." Maksudnya adalah, seberapa pun terkenalnya suatu tempat atau seberapa pun tidak istimewanya tempat yang kita datangi, hal itu bisa berubah tergantung dari seberapa kita tahu mengenai suatu tempat dan dari sisi mana kita melihat tempat tersebut.
Pada tahun 2022 ini, Korea.net memulai sebuah serial untuk memperkenalkan kebudayaan Korea dan tempat wisata di daerah yang belum begitu dikenal secara internasional. Kami mengajak pembaca untuk melihat dari sisi lain mengenai kisah dari suatu tempat dan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Tempat wisata terkenal yang bisa kita cari informasinya di internet pun bisa dilihat dari sisi yang berbeda. Kami juga berencana untuk mengunjungi tempat wisata populer yang sudah mendapatkan sorotan sebelumnya. Korea.net akan menyuguhkan permata tersembunyi Korea kepada para pembaca.
Penulis: Park Byung-gyu
Namhae-gun, Provinsi Gyeongsangnam
Video: Lee Jun Young, saluran Youtube Korea.net, dan Biksu Jibong
Pada saat menyiapkan perjalanan, salah satu hal yang harus kita perhatikan adalah cuaca. Hal ini karena cuaca merupakan salah satu variabel yang menentukan perjalanan. Setelah menentukan jadwal wisata, transportasi, dan penginapan, maka satu hal yang kita harapkan adalah cuaca yang bagus selama perjalanan.
Pada saat menyiapkan perjalanan wisata, pasti kita sudah membayangkan laut berwarna biru, siluet hutan berwarna hijau, bunga-bunga yang cantik, atau pegunungan yang tertutup salju putih. Akan tetapi, tidak ada perjalanan wisata yang sempurna. Kita hanya bisa berusaha agar bisa mendapatkan perjalanan yang kita inginkan.
Akan tetapi, Korea.net mendapatkan perjalanan wisata terbaik pada tanggal 13 April lalu. Langit penuh dengan awan cantik dan menghembuskan angin sejuk. Lalu ada pula tetesan air hujan yang membuat suasana perjalanan kami semakin asyik.
Lokasi yang disebut juga sebagai Laut Mediterania ala Korea ini pun ternyata memiliki air laut yang jernih dengan ombak yang berkejar-kejaran. Di sini cuacanya cukup hangat karena terletak di bagian selatan, tetapi angin yang berhembus membuat suasana terasa agak dingin dan sepi.
Kita bisa dengan mudah menemukan foto maupun video Namhae di internet dengan latar belakang cuaca yang cerah. Akan tetapi, Namhae dengan cuaca mendung mampu menawarkan suasana yang berbeda dengan yang dikisahkan orang lain di internet. Bahkan, suara ombak dan angin pun berbeda dengan Namhae saat berada dalam cuaca cerah.
Pulau Namhaedo merupakan pulau terbesar kelima dari sekitar 3.300 pulau yang ada di Korea. Namhae yang terletak di ujung selatan memang sangat jauh dari Seoul. Tak hanya itu, transportasi menuju ke Namhae juga sulit sehingga Namhae tidak bisa disebut sebagai tempat wisata yang berfasilitas baik.
Akan tetapi, justru di tempat inilah kita bisa melihat suasana perkampungan nelayan tradisional yang masih asri. Kita juga bisa melihat berbagai pelosok Namhae yang menyimpan berbagai macam kisah tua.
Saat Korea.net datang ke Namhae, kami bisa melihat cara menangkap ikan secara tradisional dengan menggunakan jukbangnyeom (alat tangkap ikan dengan bambu) dan seokbangnyeom (alat tangkap ikan dengan batu) yang berada di antara kepulauan di Selat Jijok, Samdong-myeon.
Di sini pengunjung juga bisa melihat gudang pendinginan kampung nelayan yang sudah tua dan reyot tetapi berubah menjadi kompleks kebudayaan terpadu yang menyatu dengan alam sekitar. Tempat itu bernama Mijo Space di Mijo-myeon yang menjadi lokasi terpadu di mana para penduduk sekitar bisa menikmati kebudayaan dan seni. Jembatan berubah menjadi seni instalasi dan tangki es berubah menjadi panggung pertunjukan.
Jika kita masuk ke dalam gedung tersebut, maka kita bisa melihat berbagai macam ruangan seperti tempat pameran, tempat pertunjukan, kafe, restoran, tempat penyuntingan, dan studio para seniman.
Ada beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi karena terasa seperti bukan di Korea. Salah satunya adalah Kampung Jerman yang sebetulnya merupakan tempat tinggal para perawat dan pekerja tambang yang bekerja di Jerman pada tahun 1960-an. Ada pula Kampung Amerika yang berisi jalan pepohonan metasequoia dan Patung Liberty.
Pengunjung juga bisa melihat daya tarik tersembunyi Namhae di hari mendung. Salah satunya adalah menikmati pemandangan awan dari kaki Kuil Geumwangsa.
Pengunjung dapat menikmati berbagai macam batu berbentuk aneh dari Kuil Geumwangsa. Bebatuan tersebut merupakan monumen alam yang memiliki bentuk yang unik dan berbeda tergantung dari sudut pandang. Sebuah batu besar bisa terlihat seperti Buddha, atau alat kelamin pria, atau bahkan masker Ironman, tergantung dari sisi mana batu itu dilihat.
Berbeda dengan wisatawan lokal yang biasanya hanya berfoto sejenak lalu pergi, wisatawan asing yang datang biasanya menikmati pemandangan bebatuan selama beberapa jam sebelum meninggalkan tempat itu.
Korea.net lalu menghabiskan waktu mengobrol bersama biksu yang tinggal di Kuil Geumwangsa sambil menikmati pemandangan indah yang terlihat dari dalam kuil. Korea.net lalu bertanya kepada biksu tersebut mengenai apa yang dipikirkannya saat melihat bebatuan yang ada di sekeliling bebatuan. "Memangnya mau berpikir apa? Saya tidak memikirkan apapun."
Bukankah itu adalah perasaan yang harus kita punyai jika kita memiliki rencana untuk berwisata ke Namhae?
bgpark71@korea.kr