Kebudayaan

2025.02.27

Foto papan nama Aula Seonwonjeon yang dibuka untuk pertama kalinya kepada publik pada tanggal 27 Februari 2025 di Museum Istana Nasional Korea, Jongno-gu, Seoul. (Badan Layanan Warisan Korea)

Foto papan nama Aula Seonwonjeon yang dibuka untuk pertama kalinya kepada publik pada tanggal 27 Februari 2025 di Museum Istana Nasional Korea, Jongno-gu, Seoul. (Badan Layanan Warisan Korea)



Penulis: Charles Audouin

Sebuah papan nama bernilai sejarah dari Dinasti Joseon (1392-1910) akhirnya kembali ke pelukan Korea. Papan nama tersebut dahulu digantung di sebuah bangunan yang dahulu berfungsi sebagai tempat penyimpanan lukisan-lukisan wajah raja dan penyelenggaraan ritual untuk raja yang sudah wafat.

Badan Layanan Warisan Korea dan Overseas Korean Cultural Heritage Foundation membuka papan nama tersebut kepada publik pada tanggal 27 Februari 2025 di Museum Istana Nasional Korea, Jongno-gu, Seoul. Papan tersebut diperkirakan dahulu digantung di Aula Seonwonjeon yang berada di dalam Istana Gyeongbokgung.

Biasanya papan nama tersebut berupa sebuah bingkai kayu yang dipasang di dalam ruangan atau di atas pintu dan berisi gambar atau tulisan yang dibuat di atas kertas, sutra, atau kayu. Papan tersebut dibuat berbeda-beda tergantung dari lokasi dan jabatan pemiliknya.

Foto papan nama Aula Seonwonjeon yang dibuka untuk pertama kalinya kepada publik pada tanggal 27 Februari 2025 di Museum Istana Nasional Korea, Jongno-gu, Seoul. (Lee Jun Young)

Foto papan nama Aula Seonwonjeon yang dibuka untuk pertama kalinya kepada publik pada tanggal 27 Februari 2025 di Museum Istana Nasional Korea, Jongno-gu, Seoul. (Lee Jun Young)


Artefak yang dibuka kepada publik kali ini memiliki panjang 140 cm, lebar 312 cm, dan tebal 1,8 cm. Artefak tersebut berhasil kembali ke Korea dari Jepang berkat bantuan finansial dari Riot Games. Akan tetapi, masih belum diketahui kapan dan bagaimana artefak tersebut dahulu bisa keluar dari Semenanjung Korea.

Artefak tersebut memiliki dasar yang berwarna hitam dengan tulisan emas bertuliskan karakter Tiongkok yang dibaca "seonwon" untuk dua karakter di sebelah kanan. "Seonwon" bermakna "asal usul batu giok" karena keluarga kerajaan dilambangkan dengan batu giok menurut sejarah Tiongkok.

Corak awan diukir pada perpanjangan bingkai artefak tersebut, sedangkan kipas dan kain pembungkus tradisional Korea digambar di bingkai artefak tersebut.

Badan Layanan Warisan Korea menjelaskan, "Kami memperkirakan bahwa artefak ini merupakan papan nama yang digantung di Aula Seonwonjeon di Istana Gyeongbokgung. Aula tersebut dibangun ulang pada tahun 1868."

Badan tersebut menambahkan, "Perkiraan tersebut kami dapatkan melalui analisis terpadu terkait keadaan dan catatan terkait pembangunan dan kerusakan Aula Seonwonjeon pada setiap istana Dinasti Joseon."

Foto di atas menunjukkan panorama Aula Seonwonjeon di Istana Gyeongbokgung yang dibangun ulang pada tahun 1868. (Museum Nasional Korea)

Foto di atas menunjukkan panorama Aula Seonwonjeon di Istana Gyeongbokgung yang dibangun ulang pada tahun 1868. (Museum Nasional Korea)


Aula Seonwonjeon merupakan ruangan untuk menyimpan lukisan wajah raja-raja Dinasti Joseon serta merupakan tempat raja untuk menggelar ritual, seperti pembakaran dupa dan doa bagi raja-raja yang telah wafat. Setiap istana Dinasti Joseon pasti memiliki Aula Seonwonjeon di dalamnya.

Aula tersebut memiliki kedudukan yang cukup tinggi dan bermakna, "Akar turun-temurun keluarga kerajaan." Tempat ini menjadi akar dari sistem kekuasaan Dinasti Joseon serta loyalitas dan bakti dari keluarga kerajaan.

Aula Seonwonjeon pertama kali dibangun pada tahun 1444. Akan tetapi, karena aula tersebut terletak di dalam Istana Gyeongbokgung, aula tersebut ikut terbakar saat Istana Gyeongbokgung hancur terbakar hingga menjadi debu pada Invasi Jepang ke Korea tahun 1592-1598.

Aula Seonwonjeon dibangun pada tahun 1695 di Istana Changdeokgung, lalu dibangun kembali di Istana Gyeongbokgung seiring dengan pembangunan ulang Istana Gyeongbokgung pada tahun 1868 atas perintah Raja Gojong.

Aula Seonwonjeon juga dibangun di Istana Gyeongungung (saat ini disebut Istana Deoksugung) pada tahun 1897.

Oleh karena itu, era Kekaisaran Korea (1897-1910) memiliki tiga Aula Seonwonjeon yang terletak di Istana Gyeongbokgung, Istana Changdeokgung, dan Istana Gyeonungung. Saat raja memindahkan tempat tinggalnya, lukisan raja-raja sebelumnya juga ikut dipindahkan.

Foto di atas menunjukkan panorama Aula Seonwonjeon saat ini yang terletak di Istana Changdeokgung. (Badan Layanan Warisan Korea)

Foto di atas menunjukkan panorama Aula Seonwonjeon saat ini yang terletak di Istana Changdeokgung. (Badan Layanan Warisan Korea)


Aula Seonwonjeon yang terletak di dalam Istana Gyeongungung hancur karena kebakaran pada tahun 1900. Aula tersebut lalu dibangun kembali pada tahun 1901, kemudian dipindahkan ke Istana Changdeokgung pada tahun 1921.

Aula Seonwonjeon di Istana Gyeongbokgung dihancurkan pada Masa Penjajahan Jepang (1910-1945). Saat ini, terdapat dua Aula Seonwonjeon di dalam Istana Changdeokgung.

Kepala Badan Layanan Warisan Korea Choi Eung-chon mengungkapkan, "Papan ini akan disimpan di Museum Istana Nasional Korea serta akan digunakan dalam berbagai bentuk, seperti penelitian akademis dan pameran."


caudouin@korea.kr

konten yang terkait