Festival Musik Klasik Gyechon digelar mulai tanggal 31 Mei hingga 2 Juni 2024 di Taman Musik Klasik Gyechon, Pyeongchang-gun, Provinsi Gangwon. Foto di atas menunjukkan Pianis Paik Kun-woo yang tampil pada tanggal 31 Mei 2024.
Penulis: Lee Jihae
Foto: K-Arts Creative dari Universitas Seni Nasional Korea
Musisi berambut perak itu memiringkan kepalanya sambil melepaskan tangannya dari tuts piano. Suara "Prelude & Fuge" di C mayor K.394 berangsur-angsur memudar seperti angin saat matahari terbenam. Penonton yang duduk di atas matras atau kursi memberikan tepuk tangan sambil berdiri dalam waktu yang cukup lama setelah ia tampil.
Pertunjukan pada tanggal 31 Mei yang berlangsung pada awal musim panas, dibawakan oleh pianis terkenal Paik Kun-Woo. Ia memainkan Mozart pada hari pertama Festival Musik Klasik Gyechon di Bangnim-myeon, Pyeongchang-gun, Provinsi Gangwon.
Festival tersebut merupakan festival musik klasik tahunan yang menandai hari jadinya yang kesepuluh pada tahun 2024 ini. Festival tersebut digelar mulai tanggal 31 Mei hingga 2 Juni 2024.
Memainkan "Fantasi" dalam D minor K.397 dan "Piano Sonata No. 12" dalam F mayor K.332 dengan gerakan tangan yang anggun dan ekspresi yang halus, Paik membawakan melodi yang agak kelam dan dramatis untuk mengungkapkan kesedihan, ketegangan, dan misteri sekaligus membangkitkan suasana hidup dan bergairah.
Rasa hangat berkat musik tersebut pun menyebar ke seluruh tempat, seolah-olah Mozart hadir di ruangan tersebut. Begitulah cara Paik mengendalikan emosi penonton dengan musiknya.
Meskipun sempat turun hujan singkat selama konser yang digelar di luar ruangan tersebut, hal ini tidak menyurutkan semangat penonton untuk menikmati kepiawaian Paik dalam memainkan tuts piano. Sebaliknya, hujan malah menambah suasana yang membentuk harmoni dengan alam sehingga memberikan pengalaman unik bagi para penonton.
Bintang tidak terlihat di langit mendung, tetapi suara dari alam yang terdengar melalui suara hutan, burung, dan serangga di rerumputan menambah kehangatan di tengah konser.
Seorang pengunjung bernama Lee Da-kyung yang menonton konser hingga akhir mengatakan, "Suara hujan terasa seperti musik latar sehingga suasana pertunjukan menjadi jauh lebih baik."
Saat matahari perlahan terbenam di desa pegunungan, pemeran utama lainnya muncul di panggung festival. Gyechon Starlight Orchestra memulai penampilan mereka dengan "Salut d'Amour, Op. 12." Orkestra tersebut terdiri dari para siswa dan lulusan SD serta SMP Gyechon.
Mereka melanjutkan penampilan mereka dengan lagu-lagu yang lebih terkenal seperti medley lagu-lagu Disney, "Pirates of the Caribbean," dan "Love Story of a Mountain Boy."
Seorang pengunjung bernama Cho Yun-tae yang bernyanyi bersama dengan lagu terakhir mengatakan, "Saya sangat terkesan dengan 'Love Story of a Mountain Boy'. Ini membawa kembali kenangan masa kecil karena saya mempelajari lagu itu ketika saya masih kecil."
Siswa-siswa SD Gyechon terlihat sedang memberikan pertunjukan pada Festival Musik Klasik Gyechon pada tanggal 31 Mei 2024 di Taman Musik Klasik Gyechon, Pyeongchang-gun, Provinsi Gangwon.
Hari kedua Festival Musik Klasik Gyechon menampilkan penyanyi bariton Samuel Youn, penyanyi sopran Park Soyoung, pianis Lee Jinsang, dan Orkestra Universitas Seni Nasional Korea (KNUA). Pada hari terakhir, pianis Cho Seong-Jin dan Gyeonggi Philharmonic Orchestra yang dipimpin oleh konduktor Kim Sunwook naik ke panggung.
Gyechon yang menjadi tempat penyelenggaraan festival adalah sebuah desa pegunungan kecil dengan populasi 1.700 jiwa. Festival ini bermula pada tahun 2009 ketika SD di Gyechon hampir ditutup karena kekurangan siswa.
Ketika penutupan SD tampaknya akan segera terjadi, Kepala Sekolah Kwon Oh-ee yang juga seorang pemain biola, memutuskan untuk melakukan sesuatu agar sekolah tersebut tidak ditutup, salah satunya dengan mendirikan Starlight Orchestra melalui partisipasi seluruh siswa.
Orkestra tersebut mulai menarik siswa dari daerah lain, tetapi tujuan terpenting dari orkestra tersebut adalah menjaga agar SD Gyechon bisa tetap dibuka. SMP Gyechon juga mendirikan orkestra pada tahun 2012.
Mendengar hal ini, Yayasan Chung Mong-Koo dari Hyundai Motor Group dan KNUA meluncurkan Proyek Desa Seni di Gyechon. Universitas tersebut mengirimkan lulusannya setiap tahun untuk mengajar di sekolah tersebut dan festival ini mampu menandai hari jadinya yang kesepuluh pada tahun 2024 ini.
Mungkin karena lokasi pertunjukan yang berada di luar ruangan, acara ini terasa berbeda dengan suasana pertunjukan musik klasik lainnya. Pengunjung bisa dengan nyaman duduk di atas rumput yang bebas dari peraturan ketat mengenai tempat duduk atau sikap selama pertunjukan. Selain itu, suasana bebas ini juga bisa menarik pengunjung yang membawa anak-anak.
Di sekitar panggung pertunjukan festival, kuliner khas daerah setempat dijual dengan slogan promosi, "Barang-barang pertanian yang dibudidayakan sambil mendengarkan musik klasik." Pengunjung bisa membeli berbagai makanan, seperti bibimbap,
tteokbokki (kue beras pedas), dan sate ayam ala Korea ditambah bir. Festival ini mampu menarik pengunjung dari seluruh penjuru Korea dan memungkinkan mereka untuk berbaur dengan para musisi yang tampil.
Sesuai dengan tempatnya sebagai lokasi penyelenggaraan festival musik klasik, desa ini memiliki patung dan mural yang berhubungan dengan musik. Tuts piano dilukis di jembatan dan dinding serta patung alat musik berada di sebelah pintu masuk ruang konser. Para pengunjung juga terkesan dengan dispenser air yang menyerupai piano dan banyak yang mengambil fotonya.
Menarik lebih dari 15.700 orang pengunjung selama tiga hari, Festival Musik Klasik Gyechon bukanlah sekadar konser biasa, melainkan sebuah acara menggembirakan yang membuat alam, musik, dan masyarakat bersama-sama membentuk sebuah desa seni.
Foto di atas menunjukkan para penonton yang sedang menikmati pertunjukan Festival Musik Klasik Gyechon pada tanggal 31 Mei 2024 di Taman Musik Klasik Gyechon, Pyeongchang-gun, Provinsi Gangwon.
jihlee08@korea.kr