Kebudayaan

2022.11.04

Dokumen huruf Braille Hangeul yang menggunakan 6 titik, sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) direstorasi. (Badan Arsip Nasional Korea)

Dokumen huruf Braille Hangeul yang menggunakan 6 titik, sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) direstorasi. (Badan Arsip Nasional Korea)


Oleh Kim Hyelin

Badan Arsip Nasional Korea Selatan mengumumkan bahwa dokumen yang ditulis dengan tangan terkait dengan huruf Braille Hangeul telah berhasil direstorasi. Pengumuman ini dibuat untuk menyambut Hari Braille Hangeul yang jatuh pada tanggal 4 November.

Huruf Braille Hangeul merupakan salah satu dari Warisan Ingatan Nasional Korsel. Dokumen yang direstorasi tersebut memuat catatan tangan mengenai penggunaan hunmaengjeongeum yang dibuat pertama kali oleh Park Du-seong (1888-1963).

Hunmaengjeongeum adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan bahwa manuskrip tersebut merupakan hunminjeongeum (manuskrip hangeul yang diciptakan pada abad ke-15) bagi tuna netra. Maeng dalam bahasa Korea berarti keadaan saat mata tidak bisa melihat.

Hunmaengjeongeum merupakan huruf Braille Hangeul pertama yang menggunakan enam titik. Sistem ini diperkenalkan pertama kali pada tanggal 4 November 1926 agar para tuna netra pada masa itu bisa mempelajari huruf yang sesuai dengan prinsip hangeul.

Sistem yang digunakan pada masa itu adalah sistem huruf Braille empat titik sehingga membuat kaum tuna netra kesulitan untuk membaca. Salah satu alasannya adalah konsonan awal dan konsonan akhir yang tidak dibedakan sehingga pembacanya harus menebak sesuai dengan konteks kalimat yang ada. Selain itu, sebagian besar huruf dipakai dalam dua kotak sehingga pembaca tidak bisa membaca dengan cepat.

Memperhatikan berbagai hal tersebut, akhirnya Park Du-seong membuat huruf Braille baru yang disesuaikan dengan hangeul, yaitu yang menggunakan enam titik. Huruf ini mudah untuk dipelajari, menggunakan sedikit titik, dan tidak membuat pembacanya bingung. Ketiga konsep dasar ini yang menjadi karakteristik huruf Braille Hangeul. Kata bisa ditulis sesuai dengan cara pelafalannya dan tulisan bisa dibaca sesuai dengan cara penulisannya.

Ada dokumen lain yang direstorasi pada proyek kali ini, seperti majalah mingguan bernama Chokbul edisi ke-88. Majalah ini dibuat oleh Park khusus untuk tuna netra. Selain itu ada pula satu set dokumen yang menetapkan aturan nasional pertama untuk huruf Braille Hangeul.

Dokumen-dokumen yang sudah direstorasi selama empat bulan sejak Juli lalu dapat dilihat di website resmi Badan Arsip Nasional (www.archives.go.kr).

Pada 4 November lalu, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata telah menyelenggarakan upacara peringatan Hari Huruf Braille Hangeul Ke-96 bersama dengan Organisasi Tuna Netra Korea Selatan. Pada acara tersebut, diputar video terkait pengenalan huruf Braille Hangeul serta pemberian penghargaan bagi pihak-pihak yang berjasa pada pengembangan huruf Braille Hangeul dan pemenang-pemenang kompetisi.

kimhyelin211@korea.kr

konten yang terkait