Dinasti Goryeo menawarkan budaya yang indah. Keramik hias yang diukir dengan teknik sanggam, yaitu permukaan keramik berwarna glok digali dan pola ditatah. Keramik itu adalah karya seni khas dinasti tersebut yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia.
Tripitaka Koreana, yang diukir di 81.258 papan kayu dan dicetak di atas kertas, adalah pusat budaya Buddha dan merupakan pencapaian tinggi di bidang percetakan balok kayu di dunia. Selain itu, percetakan logam pertama di dunia juga ditemukan oleh warga Goryeo. Menurut catatan sejarah Korea, Goryeo mengembangkan teknologi percetakan logam 200 tahun lebih awal daripada di Barat. Sebuah buku yang berjudul Jikji diterbitkan pada tahun 1377 dan merupakan produk percetakan yang masih ada sampai sekarang. Buku ini berumur 78 tahun lebih tua daripada buku cetak jenis logam pertama di Barat yang dicetak pada tahun 1455. Saat ini, buku tersebut tersimpan di koleksi Perpustakaan Nasional Prancis dan terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2001.
Perang dengan Mongolia
Pada awal abad ke-13, situasi di Tiongkok berubah pesat. Ketika bangsa Mongolia yang nomaden membentuk negara bersatu, mereka menghancurkan Dinasti Jin di Tiongkok dan memperluas kekuasaan mereka ke Semenanjung Korea. Bangsa Mongolia menyerang Goryeo tujuh kali sejak penyerangan pertama pada tahun 1231. Goryeo memindahkan ibu kotanya ke Ganghwado dan mengerahkan tentara dan juga penduduknya, seperti budak dan rakyat biasa, dalam pertempuran sengit dengan Mongolia.
Kedua negara mencapai perjanjian perdamaian pada tahun 1259. Dinasti Yuan menerima semua dari enam tuntutan pihak Goryeo, termasuk menjamin keberadaan Kerajaan Goryeo dan penarikan segera tentara Mongolia. Hal ini adalah hasil dari perlawanan yang gigih terhadap bangsa Mongolia yang ingin memerintah Goryeo secara langsung. Perjanjian perdamaian didirikan, tetapi sambyeolcho, pasukan yang berperang melawan Mongolia, mempertahankan kerajaan dan melanjutkan perang dengan memerintah bagian selatan Semenanjung Korea dengan Jindo sebagai basisnya. Setelah Jindo jatuh, pasukan tersebut pindah ke Pulau Jeju dan bertahan hingga tahun 1273.
Perlawanan Goryeo terhadap tentara Mongolia, kerajaan paling kuat di dunia pada saat itu, berlangsung selama 42 tahun, dan merupakan lambang semangat juang yang kuat. Namun, dalam prosesnya, peperangan tersebut menimbulkan banyak akibat, yaitu lahan menjadi tandus dan mata pencaharian masyarakat hilang. Selain itu, banyak warisan budaya, termasuk pagoda 9 lantai Kuil Hwangnyongsa, dihancurkan oleh bangsa Mongolia.
Permulaan Sejarah(Zaman Prasejarah-Gojoseon)
Tiga Dinasti dan Lahirnya Berbagai Negara
Zaman Negara Utara-Selatan: Kerajaan Silla Bersatu dan Kerajaan Balhae
Dinasti Goryeo
Dinasti Joseon
Runtuhnya Dinasti Joseon, Penjajahan Jepang di Korea Selatan
Perjuangan Kemerdekaan
Perkembangan Menjadi Negara Demokrasi dengan Ekonomi Kuat