Dua orang tenaga medis terlihat sedang mengecek keadaan bayi yang baru lahir pada tanggal 26 Februari 2025 di Rumah Sakit Ain, Michuhol-gu, Kota Incheon. (Yonhap News)
Penulis: Yoo Yeon Gyeong
Angka kelahiran di Korea akhirnya berhasil meningkat untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun.
Berbagai media asing, seperti Reuters dan The Times, menganalisis bahwa faktor utama dari peningkatan angka kelahiran tersebut adalah kebijakan pemerintah pusat Korea serta kerja sama yang erat dengan pemerintah daerah untuk menanggapi angka kelahiran yang rendah.
Pada tanggal 26 Februari 2025 Badan Statistik Korea merilis data statistik terkait angka kelahiran dan kematian tahun 2024.
Menurut data tersebut, angka kelahiran anak di Korea meningkat sebesar 8.300 orang (3,6%) dibanding tahun 2023 sehingga mencapai 238.300 orang anak.
Angka kelahiran anak tersebut berkontribusi untuk meningkatkan tingkat kesuburan sebesar 0.03 orang sehingga mencapai 0,75 orang.
Tingkat kesuburan adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita dalam seluruh usia hidupnya.
Angka kelahiran dan tingkat kesuburan di Korea meningkat untuk pertama kalinya setelah tahun 2015.
Media Reuters menerbitkan artikel berjudul "Kebijakan Korea Mendorong Peningkatan Angka Kelahiran Terendah di Dunia" pada tanggal 26 Februari 2025. (tangkapan layar media Reuters)
Pada hari itu, media Reuters menerbitkan artikel berjudul "Kebijakan Korea Mendorong Peningkatan Angka Kelahiran Terendah di Dunia."
Reuters melaporkan melalui wawancara dengan Sekretaris Presiden untuk Kebijakan Populasi You Hye-mi bahwa Presiden Yoon Suk Yeol sempat mengusulkan pembentukan Kementerian Perencanaan Strategi Populasi untuk menyelesaikan permasalahan krisis demograsi nasional.
Media tersebut juga menekankan bahwa kebijakan pemerintah pusat saat ini mencoba untuk memperluas cakupan bantuan pemerintah yang sebelumnya lebih berfokus pada bantuan langsung tunai.
Reuters menekankan bahwa beberapa kebijakan penting yang mendorong peningkatan angka kelahiran di Korea antara lain adalah peningkatan periode cuti melahirkan berbayar, peningkatan periode cuti melahirkan untuk suami, bantuan cuti mengasuh anak untuk perusahaan kecil dan menengah, kewajiban penyediaan statistik terkait cuti mengasuh anak untuk perusahaan terdaftar, serta pemotongan pajak untuk dana bantuan kelahiran anak dari perusahaan.
Sebelumnya, harian Inggris bernama The Times telah menerbitkan artikel berjudul "Bagaimana Korea Mengubah Krisis Angka Kelahiran?" pada tanggal 22 Februari 2025.
Artikel tersebut memperkenalkan kebijakan insentif kelahiran di Kota Gwangyang dan Hwaseong.
Harian Inggris bernama The Times telah menerbitkan artikel berjudul "Bagaimana Korea Mengubah Krisis Angka Kelahiran?" pada tanggal 22 Februari 2025. (tangkapan layar The Times)
Kota Gwangyang yang terletak di Provinsi Jeollanam juga berhasil meningkatkan angka kelahiran hingga 13% melalui lebih dari seratus PAUD (pendidikan anak usia dini) untuk para pekerja di perusahaan yang berafiliasi dengan POSCO.
Pemerintah Kota Hwaseong juga menjadi kota dengan keluarga yang memiliki tiga anak atau lebih terbanyak di Korea.
Hwaseong menurunkan syarat bantuan pemerintah dari keluarga dengan tiga orang anak menjadi keluarga dengan dua orang anak.
Selain itu, jumlah dana bantuan yang tadinya sebesar 1 juta won mulai untuk anak ketiga, diubah menjadi 1 juta won untuk anak pertama, 2 juta won untuk anak kedua dan keempat, serta 3 juta won untuk anak keempat dan seterusnya.
The Times menganalisis bahwa pemerintah Korea telah berhasil meningkatkan angka kelahiran berkat kebijakan yang mendukung kelahiran, seperti bantuan perumahan, layanan medis gratis, dan pengurangan pajak.
Angka kelahiran anak di Korea meningkat 15% pada bulan November 2024 dibanding dengan November 2023. Hal ini menunjukkan bahwa Korea mampu untuk mengatasi krisis demografi.
Selain itu, contoh peningkatan kelahiran di Korea dinilai mampu menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang tepat mampu meningkatkan angka kelahiran, berbeda dengan angka kelahiran di negara-negara barat yang terus menurun setelah tahun 1950-an.
Yeonggwang-gun yang berada di Provinsi Jeollanam juga berhasil mempertahankan angka kelahiran tertinggi secara nasional selama enam tahun berturut-turut melalui berbagai bantuan pemerintah.
Beberapa bantuan pemerintah daerah yang diberikan antara lain adalah biaya pengasuhan anak sebesar 5 juta won untuk anak pertama dan 35 juta won untuk enam anak atau lebih, kartu transportasi untuk ibu hamil berisi 300 ribu won, biaya pengobatan untuk pasutri yang sulit hamil sebesar 300 ribu hingga 1,5 juta won, biaya perawatan ibu yang baru melahirkan sebesar 500 ribu won per kelahiran, serta barang perawatan bayi baru lahir sebesar 300 ribu won.
dusrud21@korea.kr