Wakil Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya Choi Nam-ho (kiri) terlihat sedang berfoto dengan Direktur Eksekutif Fatih Birol di rapat kabinet Badan Energi Internasional (IEA). Rapat tersebut digelar pada Februari 2024 di ruang konferensi kantor pusat Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Paris, Prancis. (Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya)
Penulis: Park Hye Ri
Korea dan Badan Energi Internasional (IEA) menyepakati perlunya dekarbonisasi energi dan memperkuat kerja sama terkait.
Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya bersama Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengadakan konferensi pers pada tanggal 3 September 2024 di Seoul Press Center, Jung-gu, Seoul. Kedua belah pihak mengumumkan Deklarasi Bersama Korea-IEA yang memuat isi tersebut.
Dalam deklarasi bersama yang dikeluarkan atas nama Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya Ahn Dukgeun dan Direktur Eksekutif Fatih Birol, IEA menyatakan dukungan terhadap Inisiatif Energi Bebas Karbon (CFE) yang diusulkan oleh Korea.
Inisiatif CFE yang diusulkan oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada September 2023 merupakan gerakan global yang mempromosikan dekarbonisasi sektor energi dengan secara aktif memanfaatkan energi bebas karbon.
Dalam deklarasi tersebut, kedua belah pihak menekankan bahwa mereka berkomitmen untuk memperluas kerja sama dalam Inisiatif CFE sebagai sarana untuk memastikan keamanan energi dan mempercepat transisi energi bersih untuk mencapai
net zero pada tahun 2050.
Kedua belah pihak mengevaluasi upaya Korea dan IEA untuk penyelenggaraan Pameran Industri Iklim Dunia 2024. Pameran tersebut akan digelar pada tanggal 4-6 September 2024 di Kota Busan.
Kedua belah pihak mengatakan bahwa acara tahun ini akan memberikan peluang baru untuk mengatasi urgensi krisis iklim dan mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan.
Pada konferensi pers Direktur Eksekutif Fatih Birol mengatakan, "Setiap negara mempunyai sumber pasokan energi yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan energinya tergantung pada kondisinya. Jadi, tidak ada alasan untuk mengecualikan teknologi apa pun jika teknologi tersebut dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi."
Ia menambahkan, "Dalam hal ini, saya sangat menghargai pendekatan kebijakan Korea yang secara komprehensif mengupayakan berbagai cara, termasuk tenaga nuklir, energi terbarukan, dan energi hidrogen."
Sementara itu, Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya berencana memperkuat kerja sama dengan IEA di bidang energi bebas karbon dan memperluas diskusi terkait perluasan penggunaan energi bebas karbon melalui berbagai konferensi internasional seperti Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dan Pertemuan Menteri Energi Bersih (CEM).
hrhr@korea.kr