Kebijakan

2022.11.15

Presiden Yoon Suk Yeol (kiri) dan Presiden Xi Jinping (kanan) akan bertemu di Bali pada 15 November sore. Ini adalah pertemuan pertama bagi kedua pemimpin negara setelah Presiden Yoon dilantik menjadi presiden. (Yonhap News)

Presiden Yoon Suk Yeol (kiri) dan Presiden Xi Jinping (kanan) akan bertemu di Bali pada tanggal 15 November sore. Ini adalah pertemuan pertama bagi kedua pemimpin negara setelah Presiden Yoon dilantik menjadi presiden. (Yonhap News)


Oleh Yoon Sojung

Presiden Yoon Suk Yeol akan melaksanakan KTT Korsel-Tiongkok bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping pada tanggal 15 November pukul 17:00 WITA. Presiden Yoon saat ini sedang mengunjungi Bali dalam rangka menghadiri KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20.

Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Presiden Lee Jae-myung dalam briefing pagi ini.

Presiden Xi juga saat ini sedang berada di Bali untuk menghadiri KTT G20. Presiden Yoon dan Presiden Xi akan bertemu pertama kali pada KTT ini.

KTT Korsel-Tiongkok terakhir diselenggarakan pada tanggal 23 Desember 2019 saat mantan Presiden Moon Jae-in masih menjabat. Saat itu, kedua pemimpin bertemu di Balai Agung Rakyat Beijing dalam rangka KTT Trilateral antara Korsel, Tiongkok, dan Jepang.

Presiden Yoon Suk Yeol sedang memberikan pidato utama pada B20 Summit Indonesia 2022 yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center tanggal 14 November. (Facebook Kantor Kepresidenan)

Presiden Yoon Suk Yeol sedang memberikan pidato utama pada B20 Summit Indonesia 2022 yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center tanggal 14 November. (Facebook Kantor Kepresidenan)


Presiden Yoon menghadiri B20 Summit dengan para pemimpin bisnis global dan kelompok ekonomi anggota negara G20 pada tanggal 14 November. Presiden Yoon menekankan mengenai pentingnya perubahan digital dan peran pemerintah dalam memerangi permasalahan global yang kompleks.

Pada pidatonya di B20 Summit, Presiden Yoon mengungkapkan, "Cara untuk menyelesaikan krisis ekonomi dunia adalah dengan mencarinya dari sisi pasokan pihak swasta. Inti dari inovasi pasokan tersebut adalah perubahan digital."

Presiden Yoon lalu melanjutkan, "Kita sudah pernah menhadapi krisis ekonomi global pada tahun 2008. Akan tetapi, krisis ekonomi akibat pandemi di tahun 2020 ini lebih diakibatkan oleh krisis pasokan, bukan faktor permintaan. Oleh karena itu, cara menghadapinya adalah dengan mencari jawaban dari sisi pasokan sehingga peran pemerintah pun bisa berubah."

"Saat ini, inti dari inovasi pasokan yang menjadi fokus sektor swasta global adalah peralihan digital," kata Presiden Yoon.

Presiden Yoon menjelaskan, "Saat ini 'platform digital pemerintah' yang dibuat di Korea Selatan sedang menjadi tugas terbesar pemerintah. Kami sedang mendorong layanan publik berkualitas tinggi dengan bantuan dari pihak swasta. Data pemerintah yang bergabung dengan layanan swasta dapat menciptakan lingkungan dengan nilai yang baru."

Presiden Yoon (kesepuluh dari kiri) dan Presiden Jokowi berfoto bersama dengan peserta Korea-Indonesia Business Roundtable yang diselenggarakan pada tanggal 14 November di Bali. (Facebook Kantor Kepresidenan)

Presiden Yoon (kesepuluh dari kiri) dan Presiden Jokowi berfoto bersama dengan peserta Korea-Indonesia Business Roundtable yang diselenggarakan pada tanggal 14 November di Bali. (Facebook Kantor Kepresidenan)


Presiden Yoon juga berdialog dengan Presiden Jokowi saat menghadiri Korea-Indonesia Business Roundtable yang diselenggarakan pada tanggal 14 November di Bali Nusa Dua Convention Center.

Pada dialog tersebut, Presiden Yoon mengatakan, "Kita harus memperkuat hubungan jalur rantai pasokan Korea Selatan dan Indonesia yang memiliki struktur industri yang kooperatif."

Presiden Yoon menekankan, "Korea Selatan adalah mitra terbaik bagi Indonesia yang saat ini sedang mengejar Making Indonesia 4.0. Korea memiliki industri manufaktur berbasis sumber daya alam yang kaya dengan teknologi termutakhir dalam bidang semikonduktor, baterai, dan mobil."

Presiden Yoon juga mengajak Presiden Jokowi untuk bekerja sama dengan erat dalam bidang industri yang menjadi kekuatan Korea Selatan dan Indonesia, yaitu ekonomi digital dan energi bersih, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, energi terbarukan, dan hidrogen.

Kedua negara juga sudah menyepakati beberapa hal dalam bidang investasi sehingga sesi hari itu menghasilkan enam Nota Kesepahaman (MOU) dalam level pemerintahan. Selain itu, empat buah MOU dalam bidang pembangunan kota pintar juga berhasil disepakati dalam level perusahaan.

arete@korea.kr

konten yang terkait