Foto di atas menunjukkan KSTAR yang merupakan perangkat penelitian fusi nuklir superkonduktor Korea yang terletak di Korea Institute of Fusion Energy, Yuseong-gu, Kota Daejeon. (Korea Institute of Fusion Energy)
Penulis: Park Hye Ri
Pemerintah Korea akan mempromosikan proyek baru senilai 1,2 triliun won untuk mengembangkan teknologi fusi nuklir dan membangun infrastruktur. Teknologi fusi nuklir disebut matahari artifisial.
Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi mengumumkan pada tanggal 22 Juli bahwa kementerian mengadakan Komite Fusi Nuklir Nasional ke-20 di bawah kepemimpinan Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi Lee Jong Ho dan memutuskan Strategi Percepatan Realisasi Energi Fusi Nuklir.
Fusi nuklir adalah teknologi yang menghasilkan energi melalui reaksi fusi nuklir deuterium dan tritium dengan meniru prinsip produksi energi di matahari. Teknologi fusi nuklir tidak hanya tidak mengeluarkan karbon, tetapi juga tidak menghasilkan bahan limbah tingkat tinggi sehingga menarik perhatian sebagai sumber energi utama di era dekarbonisasi.
Pemerintah menetapkan tujuan kebijakan untuk menjamin kemampuan berpartisipasi secara proaktif dalam komersialisasi energi fusi nuklir dan menjadi poros utama keamanan serta kedaulatan energi di era dekarbonisasi. Untuk mencapai tujuan ini, tiga arah dasar ditetapkan: inovasi teknologi, industrialisasi, dan ekosistem. Tiga strategi utama dan sembilan tugas utama ditetapkan: inovasi teknologi fusi nuklir melalui kerja sama publik-swasta, pembentukan landasan untuk industrialisasi energi fusi nuklir, dan penciptaan ekosistem inovasi energi fusi nuklir.
Mengenai kerja sama publik-swasta, pemerintah akan mempromosikan Proyek Inovasi Rekayasa Fusi yang menggabungkan kemampuan rekayasa swasta yang sangat baik dengan kemampuan teknologi fusi nuklir publik dan mendukung pengembangan teknologi inti.
Pemerintah akan menggunakan teknologi kecerdasan intelektual (AI) untuk mengembangkan teknologi operasi standar reaktor fusi nuklir. Pemerintah juga akan mengembangkan teknologi pemantauan status pengoperasian reaktor fusi nuklir berbasis teknologi internet untuk segala (IoT). Hal tersebut dilakukan untuk mendiagnosis dari jarak jauh status reaktor fusi nuklir yang beroperasi di lingkungan ekstrem.
Selain itu, proyek pembangunan perangkat penelitian di luar Korea akan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang diperoleh melalui pengalaman desain dan konstruksi KSTAR dan jaringan luar Korea yang dibuat melalui penelitian bersama internasional seperti Reaktor Eksperimental Fusi Nuklir Internasional (ITER). KSTAR merupakan perangkat penelitian fusi nuklir superkonduktor Korea.
Untuk mendapatkan dan menambah tenaga kerja profesional guna menanggapi meningkatnya permintaan akan tenaga terkait fusi nuklir, jurusan dan mata kuliah fusi nuklir di universitas akan baru didirikan dan diperluas. Selain itu, program pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan ITER akan diperluas. Untuk menarik dan menerima peneliti luar Korea yang berprestasi, pemerintah berencana untuk secara aktif meninjau perbaikan sistem biaya tenaga kerja dan memberi insentif kepada lembaga yang menarik peneliti.
Menteri Lee berkata, "Energi fusi nuklir adalah solusi terhadap masalah energi serta masalah peningkatan permintaan listrik di masa depan, hanya negara-negara yang telah memiliki teknologi energi fusi nuklir akan mampu memimpin pasar energi global."
Ia menambahkan, "Kami perlu melakukan transisi ke pengembangan penelitian yang berpusat pada kerja sama publik-swasta dan memperkuat ekosistem fusi nuklir. Melalui upaya ini, kami akan mendapatkan energi fusi nuklir sejak dini dan memiliki kepemimpinan dalam persaingan hegemoni energi."
hrhr@korea.kr