Tokoh

2025.06.19

Direktur Umum OONMO, Valerie Chevalier, terlihat sedang menjawab pertanyaan Korea.net dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2025 di KOCIS Center, Jung-gu, Seoul.

Direktur Umum OONMO, Valerie Chevalier, terlihat sedang menjawab pertanyaan Korea.net dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2025 di KOCIS Center, Jung-gu, Seoul.



Penulis: Jeon Misun
Foto: Lee Jeong Woo

Valerie Chevalier adalah Direktur Umum OONMO (Opéra Orchestre National Montpellier Occitanie Pyrénées Méditerranée), sebuah orkestra yang terletak di sebelah selatan Prancis.

Ia merupakan wanita pertama dan satu-satunya yang terpilih sebagai kepala sebuah orkestra nasional di Prancis yang bertanggung jawab terhadap seni dan administrasi.

Chevalier mengunjungi Korea melalui undangan program K-Fellowship yang diadakan oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.

Ia berkata, "Saya belum pernah melihat sistem pertukaran diplomasi budaya yang terstruktur seperti ini di belahan dunia mana pun."

Chevalier menambahkan bahwa ia bisa merasakan alasan kekuatan kekuasaan lunak Korea di dunia melalui kunjungan tersebut.

Selama kunjungannya ke Korea, ia menonton berbagai pertunjukan di Korea serta berdiskusi dengan berbagai tokoh seniman Korea dalam berbagai tema, seperti struktur anggaran seni, pengelolaan tenaga kerja, serta keberlanjutan.

Chevalier menilai bahwa pertukaran dan dialog menjadi contoh yang menunjukkan keahlian Korea dalam bidang diplomasi budaya.

 

Valerie Chevalier mengungkapkan bahwa ia baru pertama kali melihat sistem pertukaran diplomasi budaya yang terstruktur melalui kunjungannya ke Korea dengan program K-Fellowship.

Valerie Chevalier mengungkapkan bahwa ia baru pertama kali melihat sistem pertukaran diplomasi budaya yang terstruktur melalui kunjungannya ke Korea dengan program K-Fellowship.


Hubungan dengan para seniman Korea yang telah terjaga selama 25 tahun

Saat Korea.net bertanya mengenai alasan jalinan kerja sama dengan Korea, Chevalier menjawab bahwa ia sudah menjalin hubungan dengan para seniman Korea sejak 25 tahun sebelumnya.

Ia menjawab bahwa pertukaran yang sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama tersebut menjadi dasar kepercayaan dan kerja sama dalam bidang seni, bukan sekadar kunjungan biasa saja.

"Seniman-seniman yang bekerja sama dengan saya pada masa itu, sekarang sudah menjadi petinggi yang memiliki wewenang di lembaga pendidikan seni Korea. Hubungan tersebut terus terjalin hingga saat ini melalui seni."

Selama masa kunjungannya, Chevalier telah berdiskusi nyata dalam berbagai arah. Beberapa hasilnya adalah produksi karya bersama Opera Kota Seoul, pertukaran dengan kelompok paduan suara, serta proyek untuk membantu para penggubah dan produser wanita.

Pertunjukan pansori di Prancis

Korea.net lalu meminta Chevalier untuk memperkenalkan proyek-proyek terkait peringatan 140 tahun hubungan diplomatik antara Korea dengan Prancis.

Chevalier lalu langsung menyebutkan satu proyek yang sangat bermakna, yaitu pertunjukan pansori yang akan diperkenalkan di Prancis. Pansori adalah seni penceritaan tradisional Korea yang disampaikan melalui nyanyian.

Ia berkata, "Pansori bukan seni rakyat, melainkan sebuah seni tradisional yang akarnya sudah dimulai sejak abad ke-12. Pansori muncul lebih dahulu dibanding Mozart."

Ia ingin memperkenalkan pansori bukan sekadar sebagai pertunjukan tradisional, tetapi seni kuno yang mendunia.

Ia juga mengungkapkan bahwa dalam pertunjukan tersebut tidak akan hanya ada pansori saja, tetapi juga seni visual yang menggunakan wajah-wajah orang Korea.

Ia ingin menyampaikan harapan dengan menyoroti berbagai wajah orang Korea dalam masyarakat lalu menggunakan seni terpadu yang melampaui batas seni tradisional, modern, musik, dan visual.

Chevalier mengungkapkan bahwa manusia masih berperan besar dalam kreasi seni walaupun AI banyak membantu untuk proses administrasi.

Chevalier mengungkapkan bahwa manusia masih berperan besar dalam kreasi seni walaupun AI banyak membantu untuk proses administrasi.


Kepemimpinan wanita harus diperluas di dalam maupun luar panggung

Chevalier terus berpendapat bahwa kepemimpinan wanita di dunia seni harus diperluas dan semakin beragam. Akan tetapi, kenyataan yang ia hadapi selama ini masih cukup keras.

"Walaupun sebagian dari populasi dunia adalah wanita, tetapi persentase tersebut tidak terlihat jelas dalam bidang kepemimpinan. Perlu ada perubahan struktural dalam posisi wanita sebagai pemimpin, bukan hanya wakil."

Ia menganggap bahwa prinsip dasar dari pengelolaan organisasi seni adalah kreator dan kerja sama dengan wanita. Inilah alasannya terus berusaha untuk menampilkan suara wanita mulai dari proses kreatif hingga produksi.

Pengelolaan seni yang berkelanjutan

Seni pasti berhubungan dengan berbagai masalah yang dihadapi bumi, misalnya perubahan iklim dan pemanasan global. Oleh karena itu, Korea.net bertanya mengenai pengelolaan nyata yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan.

"Kami mendaur ulang latar belakang pertunjukan yang kami pernah gunakan. Kami mengganti pencahayaan dengan LED. Kami juga mengurangi penggunaan plastik. Selain itu, kami lebih menyarankan untuk menggunakan kereta dibanding pesawat."

Chevalier menjelaskan bahwa ia terus mencari berbagai arah di lapangan agar bisa berpartisipasi dalam mengurangi jejak karbon bersama dengan para penonton.

Kecerdasan buatan hanyalah alat

Terdapat suara-suara yang mengatakan bahwa kecerdasan buatan dapat mengancam seni. Oleh karena itu, Korea.net bertanya bagaimana Chevalier melihat dan melakukan pendekatan dengan kecerdasan buatan.

"Kecerdasan buatan sangat berguna dalam menyusun hasil rapat atau membantu proses administrasi. Akan tetapi, kita tidak bisa merasakannya bernapas atau berakting. Oleh karena itu, proses kreatif masih dipegang oleh manusia."

Chevalier (kiri) menyatakan kepada wartawan Korea.net, Jeon Misun (kanan), bahwa budaya takbenda harus didokumentasikan.

Chevalier (kiri) menyatakan kepada wartawan Korea.net, Jeon Misun (kanan), bahwa budaya takbenda harus didokumentasikan.


Budaya yang tidak didokumentasikan akan lenyap

Hari wawancara yang jatuh pada tanggal 9 Juni merupakan Hari Arsip Internasional. Oleh karena itu, Chevalier berkomentar mengenai pengarsipan budaya Korea.

"Pansori, seoye, dan tradisi lisan Korea telah menjadi warisan budaya dunia. Apabila budaya tersebut tidak didokumentasikan, maka budaya tersebut tidak akan ada. Apabila budaya tradisional tersebut tidak diarsipkan, maka bisa saja generasi masa depan akan hanya tahu K-pop sebagai budaya Korea."

Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata mengundang tokoh-tokoh penting dalam bidang seni budaya dari berbagai negara melalui program K-Fellowship untuk mendorong pertukaran internasional. Program ini diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2009. Lebih dari 200 orang pemimpin lembaga seni budaya telah diundang ke Korea untuk berdialog dengan para pakar Korea serta mencari program kerja sama baru antarlembaga maupun antarnegara.


msjeon22@korea.kr

konten yang terkait