Tokoh

2024.09.30

Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata mengundang tokoh-tokoh penting dalam bidang seni budaya dari berbagai negara melalui program K-Fellowship untuk mendorong pertukaran internasional. Program ini diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2009. Lebih dari 200 orang pemimpin lembaga seni budaya telah diundang ke Korea untuk berdialog dengan para pakar Korea serta mencari program kerja sama baru antar lembaga maupun antar negara. 15 orang tokoh seni budaya dari 15 negara diundang ke Korea pada tahun 2024 setelah melalui penyeleksian rekomendasi dari Korean Culture Center yang ada di negara-negara tersebut. Kali ini Korea.net bertemu dengan Direktur Festival Penulis Singapura Yong Shu Hoong.

 Direktur Festival Penulis Singapura mengungkapkan harapannya terkait pertukaran sastrawan antara Korea dengan Singapura pada wawancara dengan Korea.net pada tanggal 9 September 2024 di sebuah kafe yang terletak di Jongno-gu, Seoul. (Lee Jun Young)

 Direktur Festival Penulis Singapura mengungkapkan harapannya terkait pertukaran sastrawan antara Korea dengan Singapura pada wawancara dengan Korea.net pada tanggal 9 September 2024 di sebuah kafe yang terletak di Jongno-gu, Seoul. (Lee Jun Young)



Penulis: Margareth Theresia dan Yoon Sojung

"Kerja sama antara festival penulis Korea dan Singapura."

Kerja sama sastra yang erat antara Korea dan Singapura menjadi harapan Direktur Festival Sastra Singapura Yong Shu Hoong.

Pada kunjungan pertamanya ke Korea tanggal 6-11 September 2024 Yong mencari pertukaran dan kerja sama baru dalam bidang sastra Korea dan Singapura melalui pertemuan dengan penanggung jawab dari Festival Penulis Internasional Seoul serta tokoh-tokoh industri sastra.

Yong adalah seorang penyair puisi Singapura yang pernah mendapatkan Penghargaan Sastra Singapura pada tahun 2006 dan 2014. Akan tetapi, ia menganggap dirinya sebagai 'seseorang yang tiba-tiba menjadi seorang penyair dengan otodidak' karena tidak memiliki latar belakang pendidikan sastra.

Yong menganggap bahwa puisi-puisinya tidak terikat dengan karakteristik puitis yang kaku sehingga para pembaca puisinya bisa merasakan kesegaran saat membaca puisinya.

Yong menganggap bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak perlu dipisahkan satu sama lain. Keduanya bahkan menjadi fokus utama dalam Festival Sastra Singapura tahun 2024 yang akan digelar pada bulan November mendatang.

Yong mengungkapkan, "Korea terpilih sebagai Negara Fokus pada tahun ini dan saya berharap makin banyak karya sastra Korea yang diterjemahkan lalu diperkenalkan di Singapura."

Berikut ini adalah petikan wawancara dengan Yong pada tanggal 9 September 2024 di sebuah kafe yang terletak di Jongno-gu, Seoul.

- Apa yang membuat Anda memutuskan untuk terjun ke dunia sastra padahal latar belakang pendidikan Anda adalah ilmu komputer dan bisnis?


Saya mempelajari ilmu komputer di jenjang perguruan tinggi. Pada suatu hari saya mulai menggunakan ruang percakapan elektronik bersama teman kuliah saya dengan menggunakan pemrograman. Saat itu, saya berpikir bahwa mungkin menulis tulisan di ruang percakapan tersebut adalah hal yang menarik.

Pada tahun 1992 saya pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan magister dalam bidang bisnis. Saat itu, saya menemukan sebuah perkumpulan mahasiswa untuk menulis tulisan. Saya menemukan kembali ketertarikan saya dalam bidang puisi melalui perkumpulan tersebut.

Saya adalah seseorang yang tiba-tiba menjadi seorang penyair dengan otodidak. Saya berpikir bagaimana mengubah sebuah istilah komputer menjadi sebuah bahasa puisi. Misalnya, 'cloud' dalam bahasa komputer tentu saja berbeda dengan awan yang kita gunakan dalam bahasa puisi. Ini adalah salah satu contoh istilah teknologi yang saya gunakan dalam puisi saya.

- Menurut Anda, mengapa Anda mampu meraih Penghargaan Sastra Singapura?


Saya sulit menjelaskannya karena setiap orang memiliki pendapat masing-masing dalam memahami sebuah karya sastra. Mungkin karena karya saya sederhana dan bisa dipahami dalam berbagai makna. Mungkin juga karena tulisan saya memiliki humor yang khusus dan dapat dibaca dengan mudah oleh siapapun.

Saya melatih diri saya untuk menulis dengan mengamati berbagai media, seperti musik, pertunjukan, maupun film. Saya tidak terpaku dengan penyair maupun karya terkenal apapun. Oleh karena itu, puisi saya terasa segar bagi para pembaca.

- Apa yang membuat Festival Penulis Singapura tahun 2024 berbeda dengan festival-festival sebelumnya?


Saya terpilih menjadi direktur Festival Penulis Singapura pada bulan Januari lalu. Berbeda dengan festival-festival sebelumnya, saya akan menerapkan gaya dan pola pikir saya pada festival kali ini. Oleh karena itu, pengunjung bisa menikmati proses kreatif pembentukan karya sastra melalui teknologi serta peran teknologi dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, saya akan membuka ruang diskusi mengenai pengaruh kecerdasan buatan (AI) dalam proses kreatif pembuatan karya sastra.

Selain itu, festival kali ini juga akan membuka fokus untuk feminisme, salah satunya adalah melalui karya-karya Cat Bohannon yang merupakan peneliti sekaligus penulis karya sastra populer wanita asal Amerika Serikat.

- Bagaimana rencana kerja sama dengan Korea ke depannya?


Korea terpilih sebagai Negara Fokus untuk Festival Penulis Singapura pada tahun ini. Kami mengundang tiga orang sastrawan Korea, salah satunya adalah penerjemah sekaligus sastrawan bernama Anton Hur. Ia juga memiliki hubungan dekat dengan Shanna Tan yang merupakan penerjemah karya sastra asal Singapura.

Saya berharap festival tahun ini bisa menjadi wadah untuk menyambungkan kerja sama menarik antara Korea dan Singapura. Saya juga berharap makin banyak karya sastra Korea yang diterjemahkan lalu diperkenalkan di Singapura.

Festival penulis Korea dan Singapura pun bisa bekerja sama satu sama lain. Saya ingin berdialog lebih aktif lagi dengan penanggung jawab Festival Penulis Internasional Seoul. Selain itu, penulis Korea dan Singapura juga bisa diundang satu sama lain ke festival. Saya berharap bisa bertemu dengan lebih banyak penulis Korea dan masyarakat kedua negara bisa lebih memahami budaya satu sama lain dengan lebih mendalam.


Direktur Festival Penulis Singapura (kanan) terlihat sedang mendengarkan penjelasan terkait fungsi pembacaan data digital dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada tanggal 10 September 2024 di Perpustakaan Digital, Perpustakaan Nasional Korea, Seocho-gu, Seoul. (Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata)

Direktur Festival Penulis Singapura (kanan) terlihat sedang mendengarkan penjelasan terkait fungsi pembacaan data digital dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada tanggal 10 September 2024 di Perpustakaan Digital, Perpustakaan Nasional Korea, Seocho-gu, Seoul. (Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata)


margareth@korea.kr