Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Banyak mahasiswa Indonesia bermimpi melanjutkan studi di Korea karena kualitas pendidikan dan risetnya yang telah diakui secara global. Beragam beasiswa pun tersedia untuk mendukung impian tersebut. Hanya saja belum banyak yang mengetahui perbedaan serta peluang unik dari masing-masing program.
Kesempatan meraih beasiswa untuk kuliah di Korea bagi masyarakat Indonesia terbuka luas, mulai dari program pemerintah hingga lembaga internasional. (Lee Jeong Woo dari Korea.net)
Penulis mewawancarai dua penerima beasiswa berbeda secara tertulis melalui pesan singkat pada tanggal 10-11 September 2025 untuk menggali lebih jauh peluang studi di Korea bagi calon mahasiswa dari Indonesia.
Zaki Maharani merupakan lulusan jenjang magister untuk Environmental Landscape Architecture in Urban Design & Integrated Major in Smart City Global Convergence dari Universitas Nasional Seoul (SNU). Ia mendapat dukungan dari beasiswa Hyundai Chung Mong-Koo Global.
Sementara itu, Komang Dessy Triandewi yang kini menempuh jenjang magister di bidang Agricultural Economics dari Universitas Nasional Kangwon (KNU) menerima beasiswa dari Korea International Cooperation Agency (KOICA).
Manfaat dari beasiswa Hyundai CMK tidak terbatas saat menempuh studi, tetapi juga membuka peluang setelah lulus seperti magang di Perserikatan Bangsa-bangsa yang sedang dijalani oleh Zaki. (Zaki Maharani)
Hyundai Chung Mong-Koo Global Scholarship: Fokus STEM dan Dukungan Akademik Global
Hyundai Chung Mong-Koo Global Scholarship (Hyundai CMK) membuka kesempatan bagi mahasiswa dari negara-negara Asia Tenggara untuk melanjutkan studi di Korea pada bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
Beasiswa tersebut diberikan mulai dari jenjang sarjana hingga doktor pada universitas tertentu, yakni SNU, Universitas Yonsei, Universitas Korea, Universitas Hanyang, KDI Graduate School of International Policy and Management, serta KAIST Graduate School of Management.
Selain biaya kuliah dan uang saku bulanan, beasiswa ini memberikan dukungan tambahan berupa dana untuk menghadiri konferensi internasional dan publikasi jurnal. Sementara itu, asuransi dan tempat tinggal tidak secara langsung ditanggung, melainkan sudah termasuk dalam uang saku bulanan.
Pada awal masa studi, penerima beasiswa memperoleh bantuan untuk pindah ke Korea sebesar 2,5 juta won serta dana penyelesaian studi setelah lulus.
Beasiswa ini juga memiliki program eksklusif bernama APOHS (Advanced Programme on Human Rights and Sustainable Development) yang memungkinkan penerima beasiswa maupun alumni mengikuti pelatihan hingga magang di lembaga internasional.
Proses seleksi Hyundai CMK terdiri dari dua tahap, yakni seleksi berkas dan wawancara. "Menurut pengalaman saya, peninjau lebih suka esai yang ringkas dan konkret. Jadi fokus saja pada tujuan studi dan jelaskan cara beasiswa ini dapat membantu untuk mencapai hal tersebut," jelas Zaki.
Dessy melanjutkan studi untuk gelar magister bidang Agricultural Economics dengan beasiswa dari KOICA yang berfokus pada pembangunan kapasitas sektor publik. (Komang Dessy Triandewi)
KOICA Scholarship: Kerja Sama Pemerintah dan Pengembangan Kapasitas
Berbeda dengan Hyundai CMK yang terbuka untuk mahasiswa umum, beasiswa KOICA lebih ditujukan bagi mereka yang sudah bekerja di sektor publik, universitas, atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
"Program ini erat kaitannya dengan kerja sama antar pemerintah. Penerima beasiswa diharapkan menempuh studi jenjang magister atau doktoral di Korea pada bidang yang relevan dengan pembangunan di negaranya. Harapannya, setelah lulus kami kembali ke instansi asal dan membawa dampak nyata," jelas Dessy.
Seleksi untuk mendapatkan beasiswa KOICA dimulai dari seleksi dokumen dan wawancara oleh KOICA Indonesia. Setelah itu, dokumen diteruskan ke KOICA pusat dan universitas tujuan, lengkap dengan wawancara bersama dosen. Kemampuan bahasa Inggris menjadi syarat wajib, meskipun standar TOEFL ITP minimal 500 masih diterima.
Dessy menambahkan, "Menurut saya, wawancara dengan pihak kampus adalah poin kunci. Sebaiknya persiapkan jawaban dengan matang, terutama terkait bidang penelitian untuk tesis yang biasanya menjadi perhatian utama dosen."
Fasilitas yang ditawarkan beasiswa ini terbilang komprehensif. Mulai dari biaya kuliah, asuransi, tempat tinggal, tiket pesawat pulang–pergi, hingga uang saku bulanan. Bahkan dalam kondisi darurat, KOICA bisa memberikan tiket tambahan.
Namun, konsekuensinya juga cukup ketat. Selain menyelesaikan minimal 30 SKS dan menulis tesis, penerima beasiswa wajib lulus ujian kualifikasi serta ujian bahasa Inggris, mengikuti kursus bahasa Korea dengan tingkat kehadiran tertentu, dan berpartisipasi dalam acara resmi KOICA.
Untuk calon pendaftar, tips yang diberikan Dessy adalah memahami persyaratan dari institusi asal. Aparatur Sipil Negara (ASN), misalnya, baru bisa mendaftar setelah tiga tahun bekerja sejak CPNS. "Menariknya, peminat beasiswa ini belum terlalu banyak, mungkin karena informasi belum tersebar merata. Jadi jangan ragu untuk mencoba, siapa tahu berhasil," ungkap Dessy.
Mahasiswa Indonesia dapat meraih kesempatan kuliah di Korea melalui beasiswa penuh seperti Hyundai CMK yang fokus pada bidang STEM dan KOICA yang menekankan pengembangan kapasitas sektor publik. (Lee Jeong Woo dari Korea.net)
Dua narasumber ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai peluang beasiswa yang mampu membuka pintu kesempatan ke Korea. Hyundai CMK menekankan pengembangan akademik dan jejaring internasional, sementara KOICA menekankan pembangunan kapasitas bagi sektor publik.
Dengan memahami karakter masing-masing beasiswa, calon mahasiswa Indonesia bisa menyesuaikan pilihan dengan tujuan dan minat mereka, sehingga impian menimba ilmu di Korea bukan lagi sekadar angan.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.