Wartawan Kehormatan

2025.09.10

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia

Chuncheon merupakan sebuah kota di Provinsi Gangwon yang dikenal akan hidangan dakgalbi (ayam tumis pedas). Kuliner ikonik ini terpusat di Myeongdong Dakgalbi Street sehingga penulis berkunjung untuk mencicipi hidangan khas tersebut langsung dari tempat asalnya.

Myeongdong Dakgalbi Street merupakan jalan yang dipenuhi restoran dakgalbi di kedua sisinya sehingga menjadi pusat kuliner Kota Chuncheon.

Myeongdong Dakgalbi Street merupakan jalan yang dipenuhi restoran dakgalbi di kedua sisinya sehingga menjadi pusat kuliner Kota Chuncheon.


Lokasi Dakgalbi Street berada di kawasan Myeongdong, yaitu jalan utama di Chuncheon. Kawasan ini menjadi pusat keramaian anak muda karena dipenuhi toko, pusat perbelanjaan, teater, kafe, gedung pemerintahan, hingga pusat perbelanjaan bawah tanah. Dari sini, wisatawan dapat menjangkau berbagai destinasi populer lain di Chuncheon.

Pengunjung Myeongdong Dakgalbi Street di Chuncheon berasal dari berbagai kalangan, mulai dari wisatawan domestik hingga turis mancanegara yang ingin mencicipi hidangan otentik.

Pengunjung Myeongdong Dakgalbi Street di Chuncheon berasal dari berbagai kalangan, mulai dari wisatawan domestik hingga turis mancanegara yang ingin mencicipi hidangan otentik.


Sejarah dakgalbi berakar dari perkembangan industri unggas di Chuncheon. Berkat kondisi geografisnya, kota ini menjadi pusat perdagangan ayam. Dakgalbi dikabarkan tercipta dari kebiasaan pekerja pasar unggas yang memanggang sisa ayam di atas tungku atau briket setelah pasar ditutup lalu menikmatinya bersama minuman setelah seharian bekerja.

Pada tahun 1950-an, dakgalbi mulai dijual di kawasan Jungang-ro dan namanya muncul dari kata dak (ayam) dan galbi (iga) karena potongan ayam bertulang dianggap mirip dengan bentuk iga. Kala itu, warga biasa memanggang ayam di atas tungku atau briket sambil menikmatinya dengan makgeolli (arak beras) di kedai-kedai.

Dakgalbi adalah hidangan ayam tumis pedas yang menjadi ikon kuliner Kota Chuncheon yang terkenal karena cita rasanya yang khas dan sejarahnya sebagai makanan lokal.

Dakgalbi adalah hidangan ayam tumis pedas yang menjadi ikon kuliner Kota Chuncheon yang terkenal karena cita rasanya yang khas dan sejarahnya sebagai makanan lokal.


Memasuki awal 1970-an, dakgalbi berkembang pesat dengan pusatnya di kawasan Myeongdong Chuncheon.

Restoran dakgalbi menjadi pilihan utama untuk pesta awal dan akhir semester mahasiswa karena porsi dakgalbi yang besar dapat mengenyangkan dengan harga yang terjangkau. Hidangan ini juga digemari para tentara yang sedang cuti. Oleh karena itu, dakgalbi mendapat julukan sebagai 'galbi mahasiswa' dan 'galbi tentara'.

Drama Winter Sonata yang mengambil lokasi syuting di Chuncheon pun turut menarik perhatian banyak wisatawan mancanegara. Sejak saat itu, restoran dakgalbi tidak hanya tersebar di Chuncheon, tetapi juga di berbagai kota lain di Korea sehingga memperluas reputasi hidangan ini sebagai salah satu ikon kuliner Korea.

Pengunjung dapat merasakan sensasi makan dakgalbi langsung di kota asalnya dengan ayam, sayuran, dan bumbu dimasak di atas panggangan meja secara langsung.

Pengunjung dapat merasakan sensasi makan dakgalbi langsung di kota asalnya dengan ayam, sayuran, dan bumbu dimasak di atas panggangan meja secara langsung.


Satu porsi dakgalbi biasanya dihargai sekitar 15.000 won. Setelah memesan, bahan-bahan seperti ayam, kubis, ubi, tteok (kue beras), daun bawang, dan bumbu khas langsung ditaruh di panci besar di tengah meja. Hidangan ini dimasak langsung di hadapan pengunjung dengan waktu sekitar 15–20 menit.

Ssam merupakan cara makan khas Korea saat potongan daging dan sayuran dibungkus dalam daun selada atau perilla, kemudian dicocol ke saus ssamjang sebelum dimakan sekaligus dalam satu suapan.

Ssam merupakan cara makan khas Korea saat potongan daging dan sayuran dibungkus dalam daun selada atau perilla, kemudian dicocol ke saus ssamjang sebelum dimakan sekaligus dalam satu suapan.


Setelah dakgalbi matang, cara makan paling populer adalah membuat ssam (bungkusan). Potongan dakgalbi dan bahan lainnya dibungkus dengan daun perilla atau selada lalu ditambah bawang putih yang dicocol ke ssamjang (saus fermentasi), kemudian dimakan sekaligus dalam satu suapan.

Sebagian besar restoran menyediakan sudut layanan mandiri untuk isi ulang kimci, bawang putih, ssamjang, dan aneka daun pembungkus.

Selain dakgalbi, penulis juga memesan makguksu (mi gandum kuda dingin) yang menjadi hidangan khas Chuncheon lainnya. Disajikan dalam keadaan dingin, makguksu terasa menyegarkan dan cocok dinikmati saat cuaca panas.

Selain dakgalbi, makguksu juga menjadi hidangan populer di Chuncheon yang sering disantap wisatawan sebagai pelengkap makan.

Selain dakgalbi, makguksu juga menjadi hidangan populer di Chuncheon yang sering disantap wisatawan sebagai pelengkap makan.


Ketika dakgalbi hampir habis, biasanya pengunjung bisa memesan makanan penutup berupa bokkeumbap (nasi goreng). Nasi dicampur dengan bumbu dakgalbi yang tersisa ditambah rumput laut kering dan selada lalu digoreng langsung di panci.

Kali ini penulis juga memesan tambahan keju sehingga lelehan keju berpadu dengan bumbu pedas dan menghasilkan rasa gurih yang memanjakan lidah.

Suasana hangat tercipta saat pengunjung makan dakgalbi bersama teman dan keluarga sehingga hidangan ini sering disebut sebagai makanan yang mempererat kebersamaan.

Suasana hangat tercipta saat pengunjung makan dakgalbi bersama teman dan keluarga sehingga hidangan ini sering disebut sebagai makanan yang mempererat kebersamaan.


Hidangan dakgalbi menghadirkan sensasi rasa yang kuat sekaligus suasana kebersamaan. Proses menunggu masakan matang memberi ruang untuk bercengkerama bersama teman atau keluarga, sementara bantuan sigap dari pegawai restoran membuat siapa pun bisa menikmati hidangan ini tanpa khawatir soal teknik memasak.

Mencicipi dakgalbi di tempat asalnya membuka perjalanan rasa yang menghubungkan sejarah panjang Chuncheon dengan identitas kuliner modern Korea.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait