Wartawan Kehormatan

2025.07.21

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hurum Maqshuro dari Indonesia
Foto: Hurum Maqshuro

Penulis menemukan budaya dari keseharian orang Korea melalui eksplorasi kota dan kehidupan sehari-hari di Kota Busan.

Penulis menemukan budaya dari keseharian orang Korea melalui eksplorasi kota dan kehidupan sehari-hari di Kota Busan.


Bagi banyak orang, kehidupan Korea mungkin identik dengan konser K-Pop hingga tren mode terkini. Namun, ketika tinggal dan menjalani keseharian di Korea, penulis menemukan bahwa daya tarik Korea tidak hanya terletak pada hal-hal tersebut, melainkan juga pada hal-hal sederhana yang membentuk budaya kehidupan masyarakatnya.

Interaksi sosial dengan warga lokal, budaya mandiri yang tercermin dalam berbagai aspek pelayanan publik, hingga hal-hal yang tidak mudah ditemukan di negara asal menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang menarik.

Sebagian besar metro dapat diakses dengan tangga. Meskipun terdapat elevator untuk penumpang prioritas, tetapi tidak sedikit juga lansia yang menggunakan tangga.

Sebagian besar metro dapat diakses dengan tangga. Meskipun terdapat elevator untuk penumpang prioritas, tetapi tidak sedikit juga lansia yang menggunakan tangga.


Di Busan yang menjadi tempat penulis tinggal, jalanan didominasi oleh tanjakan dan tangga. Untuk pergi ke kampus, halte bus, atau minimarket sekalipun, hampir selalu ada jalan menanjak yang harus dilalui.

Meskipun terasa melelahkan, tetapi berjalan menanjak memberikan manfaat yang menyehatkan tubuh.

Meskipun terasa melelahkan, tetapi berjalan menanjak memberikan manfaat yang menyehatkan tubuh.


Karena kondisi ini, berjalan kaki di jalan menanjak akhirnya menjadi rutinitas harian. Awalnya, penulis merasa kelelahan setiap kali harus melewati tanjakan. Namun, lama-kelamaan tubuh menjadi terbiasa, bahkan merasa lebih bugar karena terus bergerak setiap hari.

Yang menarik, penulis sering melihat para lansia yang tetap semangat untuk mendaki gunung dengan pakaian olahraga dan tongkat pendakian gunung, seolah tanjakan bukanlah hal yang melelahkan.

Melakukan pembayaran mandiri menjadi hal yang umum di Korea.

Melakukan pembayaran mandiri menjadi hal yang umum di Korea.


Selain itu, keberadaan toko tanpa pelayan dan sistem pembayaran mandiri juga menjadi hal baru bagi penulis. Di banyak tempat, seperti kafe, restoran cepat saji, atau swalayan yang menggunakan mesin kios, yaitu layar sentuh yang memungkinkan pemesanan dan pembayaran secara mandiri.

Meskipun pada awalnya penulis merasa canggung saat menggunakan mesin tersebut, penulis saat ini sudah mulai terbiasa. Terlebih lagi, beberapa mesin sudah dilengkapi dengan pilihan bahasa Inggris yang memudahkan warga negara asing dalam menggunakannya.

Sebelum memutuskan membeli buku, penulis meluangkan waktu singkat untuk membaca sekilas isi buku.

Sebelum memutuskan membeli buku, penulis meluangkan waktu singkat untuk membaca sekilas isi buku.


Toko buku di Korea juga memiliki konsep yang cukup berbeda dibandingkan dengan toko buku di Indonesia. Di Korea, buku-buku umumnya tidak disegel plastik, sehingga pengunjung bebas membuka dan membaca isinya sebelum memutuskan untuk membeli.

Beberapa toko buku bahkan menyediakan tempat duduk khusus untuk membaca di tempat sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka bagi para pengunjung. Dengan konsep ini, toko buku di Korea tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli, tetapi juga sebagai ruang membaca yang mendorong minat literasi secara alami.

Di kawasan lingkungan kampus Universitas Nasional Pusan terdapat sebuah jalan yang dipenuhi berbagai gerai photobox dengan harga yang terjangkau.

Di kawasan lingkungan kampus Universitas Nasional Pusan terdapat sebuah jalan yang dipenuhi berbagai gerai photobox dengan harga yang terjangkau.


Selain itu, photobox atau bilik foto instan sangat umum ditemukan, terutama di jalan-jalan kecil kawasan dekat universitas. Dalam satu deretan toko, sering kali terdapat beberapa photobox dengan berbagai konsep.

Photobox tersebut cukup ramai dikunjungi, terutama oleh anak muda yang ingin mengabadikan momen bersama teman atau pasangan. Bagi penulis, tempat tersebut sekadar tempat berfoto, tetapi menjadi bagian dari budaya ekspresi diri dan kebersamaan.

Bernyanyi di karaoke koin merupakan salah satu hiburan yang sering penulis lakukan ketika sedang ingin melepas penat.

Bernyanyi di karaoke koin merupakan salah satu hiburan yang sering penulis lakukan ketika sedang ingin melepas penat.


Coin noraebang merupakan istilah 'ruang bernyanyi' yang populer dan terjangkau di Korea. Di sana, pengunjung dapat memilih menggunakan sistem bayar per lagu dengan memasukkan koin ke mesin.

Ruangan karaoke koin biasanya lebih kecil dan hanya menampung beberapa orang sehingga cocok untuk sesi karaoke singkat. Tempat ini banyak ditemukan di lingkungan mahasiswa sebagai hiburan praktis di sela waktu luang dan melepaskan stress.

Melalui pengalaman sehari-hari di Korea, penulis menyadari bahwa budaya tidak selalu hadir dalam bentuk yang besar, tetapi justru terlihat dari kebiasaan kecil yang konsisten dijalani masyarakatnya.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait