Wartawan Kehormatan

2025.07.18

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia

Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) menyelenggarakan acara bertajuk K-Summer Holiday Experience yang digelar pada hari Kamis (17/07/2025) di Aula Multifungsi KCCI Jakarta sebagai bagian dari rangkaian acara perayaan hari jadi ke-14 KCCI.

Acara K-Summer Holiday Experience diselenggarakan oleh KCCI pada hari Kamis (17/07/2025) di Aula Multifungsi KCCI Jakarta untuk memperkenalkan budaya musim panas di Korea.

Acara "K-Summer Holiday Experience" diselenggarakan oleh KCCI pada hari Kamis (17/07/2025) di Aula Multifungsi KCCI Jakarta untuk memperkenalkan budaya musim panas di Korea.


Acara dibuka dengan pemutaran video yang menampilkan suasana musim panas di pedesaan Korea. Dalam video tersebut, peserta diajak menyaksikan kegiatan bertani saat musim panas, khususnya proses penanaman padi yang dikenal sebagai monegi.

Berlangsung dari bulan Mei hingga Juni, monegi terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah menyemai benih padi di ladang dan membiarkannya tumbuh selama 20 hingga 30 hari. Tahap kedua, tanah sawah dibajak dan diratakan agar siap ditanami. Terakhir, bibit yang telah tumbuh dipindahkan dari ladang ke sawah.

Setelan baju petani khas Korea dapat dicoba oleh para peserta sebagai bagian dari pengalaman budaya musim panas di pedesaan Korea yang diperkenalkan KCCI.

Setelan baju petani khas Korea dapat dicoba oleh para peserta sebagai bagian dari pengalaman budaya musim panas di pedesaan Korea yang diperkenalkan KCCI.


Dalam sesi ini, peserta juga diperkenalkan dengan pakaian khas petani Korea. Pakaian tersebut terdiri atas topi lebar yang menutupi kepala hingga tengkuk, sepatu bot karet, serta celana kain berbahan sejuk dengan motif bunga.

Pakaian itu turut disediakan di aula bagi peserta yang ingin mencobanya secara langsung, menambah pengalaman budaya yang imersif.

Selain itu, diperkenalkan pula sistem kerja sama gotong royong di pedesaan tradisional Korea yang disebut dure. Organisasi ini dipimpin para pria desa dimana mereka membantu pekerjaan sawah setiap keluarga secara bergiliran.

Salah satu tradisi yang juga masih dilestarikan para petani adalah menikmati secham di waktu beristirahat setelah bertani. Secham terdiri atas hasil panen seperti kentang, jagung, semangka, dan mentimun.

Para peserta mengikuti permainan XO (benar-salah) di lobi KCCI untuk menjawab pertanyaan seputar musim panas di Korea secara interaktif.

Para peserta mengikuti permainan XO (benar-salah) di lobi KCCI untuk menjawab pertanyaan seputar musim panas di Korea secara interaktif.


Kemeriahan berlanjut di area lobi KCCI dengan permainan XO Game (permainan benar-salah) bertema musim panas di Korea. Permainan ini berlangsung secara interaktif. Para peserta diminta bergeser ke kiri jika menganggap pernyataan yang dibacakan benar dan ke kanan jika merasa pernyataan tersebut salah.

Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan musim panas di Korea, termasuk tentang jangma (musim hujan) dan jenis buah-buahan musim panas. Beberapa pertanyaan bersifat menjebak dan berhasil mengeliminasi banyak peserta, tetapi penulis termasuk dalam kelompok kecil yang bertahan hingga akhir dan berhasil membawa pulang hadiah dari KCCI.

Para peserta saling bahu-membahu menyendok buah semangka dan melon sebagai tahapan awal pembuatan minuman musim panas khas Korea bernama subak hwachae.

Para peserta saling bahu-membahu menyendok buah semangka dan melon sebagai tahapan awal pembuatan minuman musim panas khas Korea bernama subak hwachae.


Setelah sesi permainan, peserta kembali berkumpul di aula untuk meracik subak hwachae, yaitu sebuah minuman khas Korea yang terdiri dari potongan semangka segar yang direndam dalam air manis atau sari buah.

Dalam kelompok beranggotakan lima hingga enam orang, peserta bekerja sama menyendok isi semangka dan melon lalu menyerahkannya kepada panitia untuk dicampur dalam dua baskom besar.

Minuman hwachae ini kemudian disajikan dalam kondisi dingin dengan tambahan es batu, susu cair, susu kental manis, serta soda untuk memberikan cita rasa segar dan manis pada potongan buah.

Panitia menuangkan hwachae yang telah diracik dengan es batu, susu, soda, dan susu kental manis ke dalam wadah semangka yang sudah disendok.

Panitia menuangkan hwachae yang telah diracik dengan es batu, susu, soda, dan susu kental manis ke dalam wadah semangka yang sudah disendok.


Ciri khas hwachae adalah cara penyajiannya yang menggunakan wadah dari semangka yang daging buahnya telah disendok sehingga menyerupai mangkuk alami yang mempercantik penyajian.

250718_Summer_6

Peserta duduk santai sambil menikmati subak hwachae buatan bersama ditemani tayangan animasi Korea.


Sambil menikmati segarnya subak hwachae, peserta diajak menyelami dunia animasi Korea yang tidak hanya kaya warna dan memiliki visual memukau, tetapi juga menyimpan pesan moral yang menggugah.

Salah satu karya yang mencuri perhatian penulis berjudul The Nose. Melalui kisah yang satir dan simbolis, animasi ini menyampaikan kritik tajam terhadap tekanan sosial akan standar penampilan yang sempurna.

Tidak mengherankan jika The Nose berhasil menembus berbagai festival film bergengsi, termasuk Eurasia International Film Festival. Hal itu membuktikan kualitas sinematik animasi Korea yang terus berkembang.

Hasil karya peserta berupa lembar buku harian musim panas yang penuh warna dan ilustrasi dipajang rapi di dinding Aula Multifungsi KCCI sebagai dokumentasi visual.

Hasil karya peserta berupa lembar buku harian musim panas yang penuh warna dan ilustrasi dipajang rapi di dinding Aula Multifungsi KCCI sebagai dokumentasi visual.


Sebagai penutup kegiatan, peserta diajak menuliskan pengalaman hari itu dalam format buku harian musim panas khas Korea.

Format ini dilengkapi dengan ruang menggambar sehingga memberikan kebebasan bagi peserta untuk mengekspresikan kesan mereka secara visual. Disediakan pula boneka kertas yang dapat ditempel untuk mempercantik halaman kegiatan.

Karya-karya peserta kemudian dipajang di dinding aula dan masing-masing peserta dapat menukarkannya dengan cendera mata berupa kipas tangan edisi khusus hari jadi KCCI.

Kelompok penulis berfoto bersama memperlihatkan keakraban yang terjalin selama proses kolaboratif membuat subak hwachae.

Kelompok penulis berfoto bersama memperlihatkan keakraban yang terjalin selama proses kolaboratif membuat subak hwachae.


Meskipun datang seorang diri, suasana hangat dan kerja sama saat membuat subak hwachae membuat penulis mendapat banyak teman baru, terutama dari teman sekelompok di meja yang sama.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait