Penulis: Wartawan Kehormatan Binar Candra Auni dari Indonesia
Tugu peringatan dan patung yang berada di depan Balai Peringatan Perang Korea di Seoul pada April 2025. (Binar Candra Auni)
Tugu peringatan Perang Korea (1950-1953) terlihat menjulang saat pengunjung memasuki halaman Balai Peringatan Perang Korea yang terletak di Seoul. Mengapit tugu ini, terdapat 38 patung prajurit berdiri kokoh di kanan dan kiri monumen, menggambarkan sosok heroik mulai dari tentara hingga relawan sipil.
Patung prajurit tersebut hadir sebagai penghormatan kepada para pejuang Korea. Komitmen yang sama pun terus hidup melalui peringatan Memorial Day. Setiap 6 Juni, bunyi sirene menggema di seluruh penjuru Korea selama satu menit untuk mengenang jasa pejuang yang telah gugur.
Akan tetapi, penghormatan untuk para pejuang perang tidak hanya berlangsung dalam satu hari tertentu saja, melainkan sepanjang tahun melalui Balai Peringatan Perang Korea. Penulis berkesempatan mengunjungi museum ini untuk kedua kalinya pada April 2025.
Kali ini, penulis ingin memperdalam pemahaman sejarah Korea melalui berbagai artefak. Melewati patung-patung prajurit, penulis menuju ke Alun-alun Perdamaian. Alun-alun ini berbentuk lingkaran yang dikelilingi deretan bendera negara-negara penegak perdamaian di PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa).
Lobi utama Balai Peringatan Perang Korea di Seoul yang dengan karpet merah dipenuhi oleh pengunjung pada tahun 2014. (Flickr resmi Korea.net)
Ruang pameran di dalam museum sangat beragam. Ada ribuan artefak yang mencakup semua periode sejarah militer Korea dari masa kerajaan hingga masa kini. Selain koleksi dan ilustrasi berskala kecil, pengunjung juga dapat melihat replika berukuran besar. Salah satu yang paling mengesankan adalah replika ukuran nyata Kapal Kura-Kura dari Jenderal Yi Sun-sin.
Dari sekian banyak ruang yang dikunjungi Aula Peringatan menjadi ruangan yang paling berkesan. Area ini didedikasikan khusus untuk mengenang jiwa-jiwa para pejuang yang telah berkorban mulai dari era Tiga Kerajaan Korea (57 SM S/D 668 M) hingga masa kontemporer.
Di pintu masuk, terpampang tulisan yang menjelaskan bahwa aula ini mencatat nama-nama prajurit Angkatan Bersenjata Republik Korea dan polisi yang gugur dalam berbagai operasi militer, serta prajurit PBB yang gugur dalam misi perdamaian di Korea.
Balai Peringatan terdiri dari tiga instalasi yang saling terkait, yakni Creation, Spirit of the Nation, dan Traces of Patriotism. Creation melambangkan kelahiran kembali Korea melalui pengorbanan para pendahulunya. Sementara itu, Spirit of the Nation adalah instalasi tiga dimensi di tengah ruangan dengan motif mugunghwa yang menyimbolkan keinginan rakyat Korea untuk bersatu dalam harmoni. Yang terakhir, Traces of Patriotism adalah relief batu dan perunggu yang mengelilingi ruangan, menggambarkan perjalanan dari kegelapan masa lalu menuju cahaya perdamaian.
Monumen KIA berisi nama-nama pejuang yang gugur di medan perang. (Binar Candra Auni)
Selain koleksi di dalam gedung, penghormatan kepada para pejuang juga dipersembahkan melalui KIA (Killed in Action) Monument atau Monumen Prajurit yang Telah Gugur. Monumen ini menjadi saksi bisu pengorbanan 210.000 jiwa yang terdiri dari prajurit dan polisi Korea serta pasukan PBB.
Berkunjung ke Balai Peringatan Perang Korea mengingatkan penulis bahwa di balik setiap angka statistik perang, terdapat banyak jiwa yang masing-masing memiliki keluarga dan harapan. Pengorbanan dari jiwa-jiwa itulah yang menjadi pondasi perdamaian yang kita nikmati sekarang.
Maka, Memorial Day bukan semata seremoni tahunan, tetapi pengingat untuk merefleksikan makna pengorbanan. Selanjutnya, tantangan terbesar di masa yang akan datang adalah bagaimana kita memelihara nilai-nilai yang telah diperjuangkan agar pengorbanan para pejuang tidak berujung sia-sia belaka.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.