Wartawan Kehormatan

2025.05.26

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia

Suasana hangat nan kompetitif menyelimuti Audi 1 CGV FX Sudirman, Jakarta, pada Jumat (23/05/2025), saat "Kompetisi Debat Bahasa Korea untuk Mahasiswa Indonesia" kembali digelar.

Memasuki tahun kelima penyelenggaraannya, acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) dan King Sejong Institute (KSI) Jakarta, yang secara konsisten mendukung pengembangan kemampuan berbahasa Korea di kalangan mahasiswa Indonesia.

KCCI dan KSI Jakarta kembali menggelar Kompetisi Debat Bahasa Korea pada Jumat (23/05/2025) di CGV FX Sudirman, Jakarta, sebagai ajang kolaborasi tahunan untuk mempertunjukan kemampuan mahasiswa Indonesia berbahasa Korea.

KCCI dan KSI Jakarta kembali menggelar Kompetisi Debat Bahasa Korea pada Jumat (23/05/2025) di CGV FX Sudirman, Jakarta, sebagai ajang kolaborasi tahunan untuk mempertunjukan kemampuan mahasiswa Indonesia berbahasa Korea.


Acara dibuka dengan sambutan dari Mr. Kim Yong-Woon, Direktur KCCI, dan Ibu Fifi Effendi, Kepala KSI Jakarta. Keduanya menyampaikan bahwa kompetisi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaring penutur bahasa Korea tingkat mahir, tetapi juga menjadi wadah untuk melatih kepercayaan diri dan pola pikir kritis mahasiswa dalam menyampaikan opini terhadap isu-isu terkini.

Setelah sambutan, pembawa acara memperkenalkan dewan juri dan moderator kompetisi. Tahun ini, dewan juri terdiri atas pengajar KSI Jakarta, pengajar KSI KCCI, serta editor dari harian ekonomi Pagi. Sementara itu, posisi moderator dipercayakan kepada Agatha Inez untuk memandu jalannya debat.

Untuk dapat tampil di babak semifinal, para peserta telah melalui proses seleksi yang ketat sejak April lalu, yang meliputi wawancara dan babak penyisihan. Dari proses tersebut, terpilih enam semifinalis yang berasal dari berbagai universitas ternama seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Kristen Petra (UK Petra), dan BINUS University.

Enam peserta dari berbagai universitas di Indonesia mengambil nomor urut secara acak sebelum memulai babak semifinal pada Kompetisi Debat Bahasa Korea 2025 di Jakarta.

Enam peserta dari berbagai universitas di Indonesia mengambil nomor urut secara acak sebelum memulai babak semifinal pada Kompetisi Debat Bahasa Korea 2025 di Jakarta.


Tahun ini, format debat mengalami perubahan signifikan. Jika pada tahun-tahun sebelumnya peserta berkompetisi dalam tim, kali ini mereka tampil secara individu. Peserta tidak hanya berasal dari jurusan Bahasa Korea, tetapi juga dari berbagai latar belakang studi.

Sebagai contoh, Sonnya Gularso dari BINUS adalah mahasiswa Business Analytics yang telah belajar bahasa Korea secara otodidak selama delapan tahun. Sementara itu, Tiffani Puspita Kencana dari UK Petra berasal dari jurusan Branding & Digital Marketing dan mengikuti kursus bahasa di KSI Surabaya.

Babak semifinal menampilkan para mahasiswa yang beradu argumen dalam bahasa Korea mengenai operasional perpustakaan 24 jam.

Babak semifinal menampilkan para mahasiswa yang beradu argumen dalam bahasa Korea mengenai operasional perpustakaan 24 jam.


Dengan latar belakang yang beragam, para semifinalis diuji dalam debat bertema "Perpustakaan universitas harus buka 24 jam demi kenyamanan mahasiswa."

Para peserta mengambil nomor urut secara acak untuk menentukan posisi tim—afirmasi atau oposisi. Tiga peserta dengan nomor urut awal memilih untuk menjadi tim afirmasi, sehingga tiga peserta lainnya otomatis menjadi tim oposisi.

Jalannya debat berlangsung dinamis. Setelah diberi waktu 15 menit untuk persiapan, peserta dari kedua tim menyampaikan argumen mereka secara bergantian, masing-masing dengan durasi 3 menit. Moderator tidak hanya mempersilakan giliran bicara, tetapi juga merangkum poin-poin penting dari tiap peserta serta menerjemahkan konteks argumen bagi penonton.

Di akhir sesi, masing-masing tim saling memberi umpan balik, menciptakan suasana diskusi yang sehat dan membangun. Setelah seluruh peserta menyampaikan pendapatnya, dewan juri menggabungkan skor untuk menentukan empat peserta terbaik yang berhak maju ke babak final.

Hasil undian babak final secara tidak sengaja menempatkan perwakilan dari UPI di tim afirmasi dan dari UGM di tim oposisi, menghadirkan dinamika yang menarik.

Hasil undian babak final secara tidak sengaja menempatkan perwakilan dari UPI di tim afirmasi dan dari UGM di tim oposisi, menghadirkan dinamika yang menarik.


Empat peserta yang berhasil melaju ke babak final ialah alah Narisa Aulia Jasmine dan Safitri dari Program Studi Pendidikan Bahasa Korea UPI, serta Ferdinanda Melinda Suryaningrum dan Adzini Nurul Fatima Juliani dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM.

Hasil undian menempatkan Narisa dan Safitri sebagai tim afirmasi, sementara Ferdinanda dan Adzini sebagai tim oposisi—sebuah pembagian yang secara tak sengaja menyatukan peserta dari universitas yang sama dalam satu tim.

Babak final mengangkat tema Anonimitas di media sosial memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada positif, mendorong peserta berpikir kritis dan menyusun argumen logis.

Babak final mengangkat tema “Anonimitas di media sosial memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada positif”, mendorong peserta berpikir kritis dan menyusun argumen logis.


Tema debat final pun tak kalah menarik, yaitu "Anonimitas di media sosial memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada positif."

Tim afirmasi menyuarakan kekhawatiran terhadap penyalahgunaan anonimitas yang dapat memicu penyebaran rumor dan aksi perundungan siber. Sebaliknya, tim oposisi menekankan bahwa anonimitas memberikan ruang aman bagi kelompok minoritas untuk menyuarakan pendapat tanpa rasa takut.

Sesi final berlangsung penuh ketegangan tetapi tetap sportif. Para juri memberikan apresiasi tinggi terhadap performa para peserta, terutama dalam membangun logika argumentasi serta kemampuan mereka dalam menyanggah argumen lawan.

Bahkan, salah satu juri sempat bergurau mempertanyakan apakah para peserta benar-benar bukan penutur asli bahasa Korea—yang mencairkan suasana dan mengundang tawa dari para hadirin.

Grup K-Pop Dance Cover ArtemisZ tampil membawakan lagu-lagu BabyMonster sebagai hiburan sebelum pengumuman pemenang Kompetisi Debat Bahasa Korea 2025 di Jakarta.

Grup K-Pop Dance Cover ArtemisZ tampil membawakan lagu-lagu BabyMonster sebagai hiburan sebelum pengumuman pemenang Kompetisi Debat Bahasa Korea 2025 di Jakarta.


Menjelang pengumuman pemenang, penonton dihibur dengan penampilan penuh energi dari ArtemisZ, grup K-Pop dance cover yang membawakan dua lagu dari BabyMonster, "Billionaire" dan "Clik Clak."

Akhirnya, tibalah momen yang ditunggu-tunggu. Gelar Pembicara Terbaik jatuh kepada Safitri dari UPI. Juara Kedua diraih oleh tim oposisi dari UGM, yakni Ferdinanda dan Adzini. Sedangkan Juara Pertama diraih oleh Narisa dan Safitri dari UPI, yang tampil sebagai tim afirmasi di babak final. Seluruh peserta, juri, dan penyelenggara kemudian berfoto bersama sebagai penutup dari rangkaian acara.

Di tengah meningkatnya minat terhadap bahasa dan budaya Korea, kompetisi debat tahunan ini menegaskan bahwa bahasa bukan hanya dapat digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai jembatan untuk saling memahami dan bertukar gagasan lintas budaya.

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait