Wartawan Kehormatan

2024.09.04

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Wartawan Kehormatan Binar Candra Auni dari Indonesia

Ketika berbicara tentang penerjemah, mungkin yang terlintas di benak banyak orang adalah sosok yang duduk di depan komputer. Namun, bagi Suci Anggunisa Pertiwi, pekerjaan ini merupakan sebuah perjalanan mendalam yang menghubungkan dua budaya yang berbeda.

Penulis bertemu dengan Suci di sebuah festival literasi yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki pada tanggal 30 Agustus 2024. Festival ini mempertemukan berbagai pelaku industri literasi, mulai dari penulis, penerjemah, hingga pembaca. Penulis menghadiri sesi berbagi bersama penerjemah yang membuka wawasan pengunjung tentang pengalaman menerjemahkan karya sastra dari berbagai budaya. Di sana, Suci berbagi tentang awal karier dan tantangan yang dihadapinya dalam menerjemahkan karya-karya Korea ke dalam bahasa Indonesia.

Awal Karier

Suci memulai kariernya sebagai penerjemah secara tidak sengaja. Pada tahun 2012 ketika masih duduk di bangku kuliah, ia mencari pekerjaan paruh waktu untuk menambah uang saku. Tak disangka, ia menemukan lowongan sebagai penerjemah lepas untuk sebuah perusahaan Korea di Indonesia.

Ia mulai menerjemahkan daftar produk dari perusahaan tersebut dan semakin lama menyadari bahwa proses menerjemahkan sangat menyenangkan baginya. "Pekerjaan yang awalnya hanya untuk tambahan uang saku perlahan berubah menjadi passion dan karier yang terus saya tekuni hingga saat ini," ungkapnya.
Kiri: Suci ketika mengikuti pertukaran pelajar di Academy of Korean Studies. Kanan: Masa-masa Suci bekerja di Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta. (Suci Anggunisa Pertiwi)

Kiri: Suci ketika mengikuti pertukaran pelajar di Academy of Korean Studies. Kanan: Masa-masa Suci bekerja di Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta. (Suci Anggunisa Pertiwi)



Seiring dengan berkembangnya keterampilan dan pengalamannya, Suci juga sempat bekerja di Kedutaan Besar Republik Korea. Pengalaman ini semakin memperkaya wawasan dan pemahamannya terhadap budaya dan bahasa Korea,yang kemudian menjadi modal berharga dalam kariernya sebagai penerjemah profesional.

Awal kariernya didominasi oleh penerjemahan komik pendidikan yang menurut Suci adalah pengalaman yang menyenangkan karena sifat teksnya yang ringan dibaca. Namun, seiring berjalannya waktu, portofolionya berkembang. Kini, Suci lebih sering menerjemahkan buku nonfiksi, seperti panduan dan buku bertema pengasuhan anak, serta beberapa novel Korea yang mendapatkan tempat di hati pembaca Indonesia.

Tantangan dalam Menerjemahkan Nuansa Budaya

Menjadi penerjemah buku bukanlah tanpa tantangan. Dalam wawancara terpisah dengan penulis, Suci mengatakan bahwa ia sering kali menghadapi kesulitan ketika harus menerjemahkan konsep budaya yang tidak memiliki panduan langsung dalam bahasa Indonesia. "Tantangan terbesar dalam penerjemahan bagi saya adalah ketika menemukan kosakata atau konsep budaya yang benar-benar asing dan sulit diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa Indonesia," jelasnya.

Buku yang diterjemahkan oleh Suci, Tube dan Welcome to The Hyunam-dong Bookshop (Suci Anggunisa Pertiwi)

Buku yang diterjemahkan oleh Suci, Tube dan Welcome to The Hyunam-dong Bookshop. (Suci Anggunisa Pertiwi)


Untuk mengatasi hal ini, Suci mengandalkan riset mendalam dan referensi dari berbagai sumber. Ia juga tidak ragu untuk berkonsultasi dengan rekan penerjemah atau akademisi. Dalam proses menerjemahkan novel Tube karya Sohn Won-pyung, ia bercerita sempat berdiskusi dengan penyunting ketika menerjemahkan peribahasa Korea ke dalam bahasa Indonesia.

Pengalaman Berkesan sebagai Penerjemah

Suci pun berkisah tentang momen paling berkesan sebagai penerjemah. Ia senang ketika namanya diakui dan tertulis di buku sebagai penerjemah. Selain itu, Suci juga merasa terhormat karena diundang sebagai pembicara dalam festival literasi Indonesia untuk berbagi wawasan dengan sesama pelaku industri perbukuan dan para pecinta literasi.

Kiri: Suci berbagi pengalamannya sebagai penerjemah dalam sesi diskusi. Kanan: Suci di Festival Literasi Indonesia (Binar Candra Auni)

Kiri: Suci berbagi pengalamannya sebagai penerjemah dalam sesi diskusi. Kanan: Suci di Festival Literasi Indonesia (Binar Candra Auni)


Ia juga merasakan kepuasan tersendiri ketika terjemahannya diapresiasi oleh pembaca. "Mendengar bahwa terjemahan saya dapat dinikmati dan membantu pembaca memahami karya aslinya adalah kepuasan tersendiri yang tidak ternilai," ungkapnya dengan bangga.

Peranan Penerjemah


Sebagai seorang penerjemah, penulis juga merasakan apa yang dialami oleh Suci. Penerjemahan bukan sekadar soal mentransfer kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga menyampaikan budaya, perasaan, dan maksud di balik setiap kata. Kami berdua menjalani profesi ini dengan semangat yang sama, yaitu keinginan untuk mempertemukan dua dunia melalui bahasa. Penerjemah berperan seperti jembatan yang menghubungkan budaya yang berbeda.

Dengan semakin berkembangnya minat masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea, penulis yakin bahwa para penerjemah akan terus memainkan peranan penting dalam memperkenalkan karya-karya terbaik dari Korea kepada pembaca Indonesia.

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait