Wartawan Kehormatan

2023.05.24

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Annisa Pratamasari dari Indonesia


Pada tanggal 15 Mei, Korea merayakan Hari Guru. Seperti halnya Hari Guru di Indonesia, Korea merayakan hari itu untuk memberikan apresiasi terhadap tenaga pengajar, mulai dari tingkat pra-sekolah hingga universitas. Berbeda dengan Indonesia, di Korea para murid memberikan hadiah kecil untuk guru mereka.

Korea dan Indonesia sama-sama memiliki aturan anti gratifikasi yang melarang para siswa untuk memberikan hadiah kepada para pengajar akibat kekhawatiran akan konflik kepentingan. Menurut kebijakan anti gratifikasi di Korea, pemberian hadiah untuk para guru dan dosen pada Hari Guru masih diperbolehkan selama nominal hadiah tidak melebihi 50.000 won (sekitar 560.000 rupiah). Oleh karen itu, pada Hari Guru para siswa umumnya memberikan karangan bunga kecil, surat apresiasi, atau voucer. Tidak hanya untuk guru asal Korea, guru asing pun mendapatkan hadiah kecil dari murid-murid mereka.

230524_Guru_1

Keramaian pasca berakhirnya jam belajar berbagai tempat kursus di Kota Daejeon (Annisa Pratamasari)



Guru Asing di Korea

Dalam artikel ini, penulis mewawancarai empat orang guru asing yang telah mengajar di Korea lebih dari tiga tahun. Para guru ini berasal dari Amerika Serikat dan saat ini bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Daejeon.

James, Aimee, Elizabeth, dan Audrey merupakan kawan akrab saat mereka bersama-sama menuntut ilmu di salah satu universitas di Tennessee, Amerika Serikat. Setelah lulus, satu per satu dari empat sekawan ini datang ke Korea untuk mengajar bahasa Inggris sebagai penutur asli.

Hukum di Korea hanya mengizinkan penutur asli dari tujuh negara untuk mengajar bahasa Inggris di Korea secara legal, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Selain itu, hanya lulusan perguruan tinggi yang dapat mengajar bahasa Inggris di Korea. Para penutur asli ini umumnya bekerja di tempat-tempat kursus bahasa asing dan sekolah. Keempat sekawan ini sama-sama memulai karir mengajar mereka di tempat kursus dan saat ini hanya Audrey yang mengajar di sekolah.


Pengalaman Hari Guru

230524_Guru_2

Aimee dan ketiga kawannya. (tangkapan layar Instagram Aimee)


Dari empat sekawan ini, Audrey berangkat ke Korea terlebih dahulu di tahun 2018. Sebelumnya, ia juga sempat mengikuti program pertukaran pelajar di Seoul. Ia menuturkan bahwa pada Hari Guru, murid dan orang tua murid memberikan hadiah berupa voucer Starbucks, lipstik, bunga, atau surat yang ditulis tangan.

Hadiah terfavorit dan paling sering diterima dari para siswanya adalah kartu berisi gambar dan ucapan hari guru dari muridnya. Ia bercerita, "Aku pernah menerima kartu ucapan yang sangat lucu dari murid. Ia melakukan semacam photoshoot untuk kartu ucapan itu. Aku juga merasa sangat senang kalau wali murid mengirimkan hadiah kecil seperti voucer kopi karena hal semacam ini menunjukkan kalau mereka peduli terhadap usaha kami dalam mengajar dan merawat anak-anak mereka (di tempat kursus)."

Senada dengan Audrey, Aimee juga banyak menerima kartu ucapan dari siswanya. Ia juga pernah menerima hadiah makanan kecil yang dibungkus dengan surat ucapan terima kasih. Hadiah itu merupakan hadiah yang paling berkesan baginya. Ia pun membenarkan bahwa setiap sekolah atau tempat kursus memiliki kebijakan berbeda mengenai penerimaan hadiah saat Hari Guru. Di tempatnya bekerja dulu, wali murid dan murid akan memberikan makanan kecil pada guru kepala untuk didistribusikan bagi seluruh guru. Sedangkan tempat kerjanya sekarang memberi kebebasan bagi siswa untuk memberikan hadiah pada guru mereka. Tahun ini Aimee kembali mendapatkan makanan kecil dan sebotol kopi dari Starbucks.

Sementara itu, Elizabeth mengikuti kawan-kawannya untuk mengajar ke Korea dan bekerja di tempat yang sama dengan Aimee. Ia membenarkan bahwa guru kepala di tempat kerja mereka mendistribusikan makanan kecil bagi semua guru. Ia pun sering mendapatkan hadiah-hadiah yang serupa dengan Aimee.

Berbeda dengan ketiga temannya, James banyak mendapatkan voucer kopi dari wali murid. Salah satu siswanya juga memberikan satu set sendok kopi dari Starbucks. Ia menuturkan bahwa para siswanya memberikan hadiah tersebut karena ia terkenal gemar minum kopi. Selain itu, ia juga pernah mendapatkan kartu ucapan terima kasih, tetapi tidak terlalu sering. Tahun ini ia hanya mendapatkan kue cokelat dari siswanya. Berbeda dengan kedua temannya, James yang telah bekerja di dua tempat kursus sejak ia pindah ke Korea pada 2020 menyebutkan bahwa tempat kerjanya tidak pernah melarang atau memberlakukan aturan khusus pada guru-guru mereka mengenai penerimaan hadiah.


Apresiasi terhadap Guru

Guru merupakan profesi yang mulia sehingga diberi gelar sebagai 'Pahlawan Tanpa Tanda Jasa' di Indonesia. Namun sayangnya, apresiasi terhadap guru seringkali tidak dianggap perlu. Sama dengan Indonesia, para guru di tempat kursus bahasa Inggris sering digaji sesuai dengan nilai gaji minimum penutur asli yang belum beranjak dari nominal dua juta won selama bertahun-tahun. Tidak hanya guru asing, guru lokal di berbagai sekolah pun mengeluhkan kurangnya apresiasi dan kepuasan terhadap profesi mereka.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait