Wartawan Kehormatan

2023.04.27

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Ria Zuhairia dari Indonesia



Pada tanggal 17 April 2023, King Sejong Institute Jakarta (KSIJ) mengadakan webinar (web seminar) tentang pengalaman culture shock (gegar budaya) di Korea yang informasi pendaftaran acaranya disebarkan melalui media sosialnya @ksi.idjakarta. Webinar dibuka oleh Tim KSIJ (Azura) dengan menjelaskan bahwa webinar ini bertujuan untuk berbagi pengalaman narasumber serta memberikan informasi kepada peserta agar dapat meminimalisir gegar budaya yang mungkin terjadi saat berkunjung ke Korea.

Narasumber webinar kali ini adalah Christine Adelina, seorang pengajar dari King Sejong Institute Jakarta yang mengajar bahasa Korea untuk orang Indonesia. Adel Ssaem berbagi pengalamannya ketika tinggal di Korea selama dua tahun pada saat pertukaran pelajar dan menjadi siswa kelas bahasa.

Dilansir dari Wikipedia, gegar budaya atau keterkejutan budaya merupakan istilah yang digunakan bagi menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing.

Berikut ini adalah beberapa gegar budaya yang dialami Adel Ssaem saat berada di Korea:

Adel Ssaem sedang menjelaskan perbedaan toilet antara Korea dan Indonesia. (tangkapan layar dari webinar)

Adel Ssaem sedang menjelaskan perbedaan toilet antara Korea dan Indonesia. (tangkapan layar dari webinar)


1. Toilet

Toilet di Indonesia sangat berbeda dengan toilet yang ada di Korea. Mayoritas toilet di Korea adalah toilet kering di mana tidak ada bidet spray sehingga sangat lumrah bagi pelajar Indonesia untuk membawa botol berisi air atau tisu basah ketika hendak ke toilet.

2. Tempat sampah dipisah sesuai jenis sampah


Berbeda dengan Indonesia yang umumnya sampah dibuang dalam satu wadah, di Korea sampah dipisah berdasarkan jenisnya. Sampah makanan, sampah botol plastik, sampah kaleng, dan sampah tekstil dibuang terpisah. Pada awalnya sangat sulit bagi Adel Ssaem untuk memilah sampah berdasarkan jenisnya, tetapi ia lama kelamaan menjadi terbiasa.

3. Banyak tangga atau jalan berbukit

Kontur tanah di Korea yang bergelombang membuat banyak jalan menurun dan menanjak. Adanya kereta bawah tanah sebagai salah satu transportasi utama membuat banyak orang terbiasa jalan kaki naik turun tangga.

4. Mesin ATM


Mesin ATM di Korea bisa mengambil uang dengan memasukkan buku rekening ke dalam mesin ATM sehingga dapat mencetak langsung saldo pada buku rekening tanpa harus ke bank.

5. Kamera di tempat umum


Vlogging
sudah menjadi hal umum dalam kehidupan saat ini, tetapi dalam Undang-undang Privasi Korea, jika seseorang merekam tanpa izin dan yang direkam berkeberatan, maka orang yang merekam dapat dikenakan denda maksimal 50.000.000 won atau penjara setidaknya 7 tahun (dilansir dari https://www.law.go.kr/법렬/성폭력처벌법/제14조). Oleh karena itu, sebagai warga asing kita harus berhati-hati dalam melakukan perekaman keadaan sekitar agar tidak menimbulkan masalah.

6. Internet kencang

Sudah menjadi rahasia umum internet Korea berkecepatan tinggi, bahkan provider juga menyediakan wifi yang bisa diakses secara gratis oleh masing-masing pengguna provider ketika berkendara menggunakan subway. Kecepatan internet yang sangat mumpuni ini menjadi surga bukan hanya bagi warga Korea tetapi juga bagi warga negara asing yang tinggal atau sedang berlibur di Korea. Tentunya hal ini menjadi suatu hal gegar budaya ketika ke negara asal yang kecepatan internetnya kurang memadai.

7. Barang berpasangan dan PDA (Public Display of Affection)

Mungkin bagi sebagian negara, memiliki benda-benda couple adalah hal aneh dan norak. Namun berbeda dengan pasangan di Korea yang terbiasa memiliki benda seperti baju couple atau cincin couple untuk menunjukkan bahwa mereka saling memiliki satu sama lain. Menunjukkan gesture kasih sayang depan umum seperti berpelukan juga menjadi pemandangan biasa yang dapat kita temui ketika kita berada di Korea.


Selain pengalaman gegar budaya dari Adel Ssaem, Kak Azura dan Kak Shodiq staf dari KSIJ juga menambahkan pengalamannya ketika menjadi siswa pertukaran pelajar di Korea. Kak Azura menceritakan pengalamannya sebagai seorang muslim yang mencari makanan halal yaitu dengan cara menanyakan bahan makanannya sebelum memesan. Apabila makanan tersebut halal, maka Kak Azura tidak ragu memesan, tetapi jika tidak halal maka dia akan mencari makanan lain yang dapat dikonsumsi olehnya. Kak Azura juga memberikan tips untuk wanita muslim jika ingin salat di tempat umum dapat menggunakan kamar ganti yang ada di toko pakaian dan wudhu secara tayamum karena untuk tempat wudhu agak susah ditemui di tempat umum.

Kak Shodiq menceritakan pengalamannya ketika menjadi pekerja paruh waktu saat menjadi pelajar di Korea. Kak Shodiq menceritakan tentang pengalamannya melihat pertikaian yang terjadi antara dua orang Korea saat dirinya sedang bekerja. Pertikaian yang terjadi diawali saat kedua pria tersebut tidak sengaja bersenggolan depan pintu masuk toko. Karena CCTV tidak dapat menunjukkan siapa yang memulai pertikaian, akhirnya kedua orang tersebut dibawa ke kantor polisi untuk menyelesaikan pertikaian mereka.

Pengalaman-pengalaman gegar budaya juga diceritakan oleh para peserta webinar lainnya dan di akhir webinar, Adel Ssaem juga staf KSIJ mengharapkan dengan adanya webinar ini memberi gambaran tentang gegar budaya yang terjadi di Korea. Mereka juga berharap informasi yang disampaikan membuat para peserta webinar "Culture Shock di Korea" dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam penyesuaian budaya ketika berkunjung atau tinggal di Korea.


sofiakim218@korea.kr


*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.

konten yang terkait