Penulis: Wartawan Kehormatan Farrashafa Aisyah dari Indonesia
Mengawali tahun 2023, Korean Cultural Indonesia (KCCI) mengadakan lomba bertajuk "Desain Obangsaek pada Simbol Korea." Lomba ini mengajak masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi lebih lanjut dalam perayaan 50 tahun hubungan diplomasi Korea dan Indonesia. Peserta juga diajak untuk memahami lebih lanjut mengenai filosofi spektrum warna tradisional Korea, yaitu obangsaek.
Obangsaek berasal dari gabungan tiga kata dalam hanja (aksara Tiongkok), yaitu o yang berari lima, bang, yang berarti arah, dan saek yang berarti warna. Oleh karena itu, obangsaek berarti warna lima arah. Mengutip dari namu.wiki, obangsaek merujuk pada lima warna yang berasal dari teori Lima Elemen Yin-Yang. Teori tersebut menggambarkan hubungan antara lima elemen dasar yang membentuk alam semesta serta diterapkan pada seni tradisional Korea, arsitektur, pola tekstil seperti hanbok, dan bahkan masakan. Lima warna dan lambang obangsaek diasosiasikan dengan lima arah mata angin. Unsur-unsurnya sebagai berikut:
Arti dari tiap warna Obangsaek
Putih
Warna ini bermaknai kebenaran, kemurnian, kehidupan, kepolosan, kejujuran dan kesederhanaan. Sejak dahulu, warna putih diasosiasikan sangat dekat dengan orang Korea dan paling dicintai oleh mereka, sehingga orang Korea menyebut diri mereka sebagai Baeguiminjok(orang berpakaian putih). Warna putih juga mewakili kejujuran dan integritas para cendekiawan Dinasti Joseon melalui keindahan kemurnian dan kesederhanaannya.
Hitam
Warna ini diartikan sebagai kebijaksanaan, kegelapan, kematian, formalitas, martabat dan aturan. Hitam diasosiasikan dengan konotasi negatif seperti kematian atau kegelapan, sehingga warna ini jarang digunakan di istana. Namun, pakaian resmi Dinasti Joseon yang berwarna hitam mewakili formalitas dan martabat.
Merah
Warna ini melambangkan penciptaan, semangat, solidaritas, anti komunisme, dan cinta. Merah dipahami memiliki sifat magis untuk mengusir roh jahat atau nasib buruk. Keyakinan inilah yang merupakan alasan orang Korea menggunakan warna merah untuk menulis jimat, mengecat kuku mereka dengan tumbuhan balsam, atau makan sup kacang merah (patjuk) pada Hari Dongji (hari di mana yang malam harinya paling panjang dan siang harinya paling pendek dalam setahun) di musim dingin.
Biru
Warna ini menandakan kelahiran baru, musim semi, harapan, dan integritas. Biru adalah simbol utopia dalam filosofi Asia Timur. Warna ini biasanya digunakan pada pakaian para dayang dan pengikut di istana. Hiasan baju dan benang pengantin yang digantungkan pada upacara pernikahan juga berwarna merah dan biru.
Kuning
Warna kuning atau emas melambangkan kecerahan, sinar matahari, kesuburan dan peringatan. Warna ini juga dikaitkan dengan kemuliaan, martabat, dan kesucian. Oleh karena itu kuning adalah warna utama yang digunakan oleh kaisar. Tali emas digunakan untuk menandai tempat-tempat suci dan tempat-tempat yang membutuhkan perlindungan, atau sebagai warna peringatan yang menyiratkan bahaya karena menarik perhatian.
Selain obangsaek, ada pula yang disebut sebagai ogansaek, yaitu satu set palet warna tradisional Korea yang berasal dari kombinasi masing-masing obangsaek. Meskipun obangsaek lebih mewakili warna tradisional Korea, kombinasi keduanya memberikan nada harmonis yang digunakan dalam seni tradisional Korea mulai dari arsitektur, kostum hingga masakan.
Saat melihat seni tradisional, arsitektur, pola tekstil dan masakan Korea, tidak sulit untuk menemukan obangsaek.
Mari kita buat obangsaek sendiri dengan menggunakan warna-warnanya yang nantinya bisa diimplementasikan sebagai seni, pola, atau masakan Korea untuk lebih menghargai budaya Korea!
sofiakim218@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.