Wartawan Kehormatan

2022.11.10

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Oleh Wartawan Kehormatan Binar Candra Auni dari Indonesia

Pada tanggal 22 dan 29 Oktober 2022, Arcolabs.id telah menyelenggarakan kuliah daring bertajuk "Korea-Indonesia Media Art Curation". Acara yang diselenggarakan dengan bantuan Korea Foundation ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan XPLORE: New Media Art Incubation.

Arcolabs_1

Poster “Korea-Indonesia Media Art Curation” (sumber: Arcolabs.id, disunting oleh Binar Candra)


Kedua sesi tersebut mengundang narasumber yang kompeten di bidang seni dari Korea Selatan dan Indonesia. Pada tanggal 22 Oktober 2022, narasumber yang hadir adalah Young Ah Rue (kurator Asia Culture Center Foundation), Riar Rizaldi (seniman), dan Haenah Noh (kurator ARKO Art Center). Kuliah minggu pertama ini dimoderatori oleh Jeong Ok Jeon (direktur ARCOLABS).

Sementara itu, narasumber yang hadir pada tanggal 29 Oktober 2022 adalah Kwonjin Cho (kurator Nam June Paik Art Center), Tubagus Andre Sukmana (Kepala Pokja Seni Media dan Arsip, Kementerian Kebudayaan, Pendidikan, Riset dan Teknologi), dan Irene Agrivina (direktur HONF). Sesi ini dimoderatori oleh Bob Edrian (kurator NuArt Sculpture Park).

Arcolabs_2

Dokumentasi sesi pertama yang dimoderatori oleh Jeong Ok Jeon. (Arcolabs.id)


Pada minggu kedua, kuliah kurasi seni media baru ini dibuka dengan direktur Korea Foundation Jakarta, Choi Hyunsoo. "Sudah banyak proyek pertukaran budaya yang diselenggarakan oleh Korea Foundation Jakarta sejak dibuka pada tahun 2019. Saya harap acara dua minggu ini bisa mendorong lebih banyak lagi pertukaran seni budaya antara Korea Selatan dan Indonesia. Saat ini, kami juga sedang mempersiapkan berbagai acara untuk menyambut perayaan 50 tahun hubungan bilateral antara Korea Selatan dan Indonesia yang akan jatuh tahun depan," ungkapnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan paparan dari para narasumber. Artikel ini akan mengulas lebih banyak mengenai kuliah sesi kedua yang diselenggarakan pada tanggal 29 Oktober 2022. Narasumber pertama, Kwonjin Cho, menyampaikan tentang seni Nam June Paik dan pengaruhnya di dunia seni.

Arcolabs_3

Sesi Kwonjin Cho mengenai biografi dan karya Nam June Paik. (Arcolabs.id)


Nam June Paik adalah seniman ternama Korea yang sejak remaja tertarik mempelajari seni musik. Setelah merantau ke Jerman untuk menimba ilmu, Nam June Paik bertemu dengan komposer asal AS, John Cage. Pertemuannya ini memperluas pengetahuan Nam June Paik tentang musik dan mendorongnya mengeksplor seni musik eksperimental dan seni pertunjukan.

Dalam kuliah ini, Kwonjin Cho memperkenalkan karya-karya representatif dari Nam June Paik seperti “Participation TV”, “Robot K-456”, dan “Beatles Beginning to End”. Nam June Paik adalah sosok yang telah melahirkan beragam karya seni eksperimental dan memberi pengaruh dalam perkembangan seni media baru baik di Korea maupun secara global.

Pembicara kedua, Tubagus Andre Sukmana, menyampaikan tentang peran pemerintah dalam pengembangan seni media baru di Indonesia. Beliau menyatakan bahwa seiring dengan tumbuhnya minat terhadap seni media, pemerintah pusat membentuk Subdirektorat Seni Media Rekam pada tahun 2000. Institusi ini kini berkembang menjadi Direktorat Perfilman, Musik, dan Media.

Dalam sesi kedua, ditampilkan pula program yang telah diselenggarakan atau difasilitasi oleh Kemendikbudristek. Contohnya adalah “The Bandung Film, Video, and New Media Arts Festival”, Seri “Pekan Seni Media”, dan “Festival Internasional Seni Media”. Pemerintah Indonesia mendukung perkembangan seni media baru dengan bekerja sama dengan para seniman dan akademisi untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman terkait seni media kepada masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, pemerintah Indonesia juga memberikan bantuan dana kepada komunitas seni melalui program Dana Indonesiana.

Pembicara ketiga, Irene Agrivina, memaparkan tentang genealogi seni media baru. Ia menyampaikan tentang kemunculan, masa kejayaan, masa kemunduran, revolusi, dan masa depan seni media baru. Dalam sesi ini, dikatakan bahwa kelahiran seni media baru berkaitan dengan akses komputer yang meluas. Seni media baru dapat dikatakan sebagai seni hibrida tanpa batas yang menggabungkan beragam disiplin seni seperti film teater, dan fotografi.

Arcolabs_4

Dokumentasi foto bersama pada akhir acara “Korea-Indonesia Media Art Curation." (Tangkapan layar Zoom)


Dalam cabang seni media baru, seniman dituntut untuk terus melakukan eksperimen lintas disiplin. Namun di saat yang sama, karya pelaku seni media baru tidak jarang dipertanyakan statusnya sebagai sebuah karya seni karena menembus batas sejumlah disiplin ilmu. Setelah tiga pembicara menyampaikan materinya, kuliah yang berlangsung dalam bahasa Indonesia dan Korea ini ditutup dengan sesi foto bersama.

Terkait acara kuliah ini, direktur Arcolabs.id, Jeong Ok Jeon, menyampaikan bahwa acara kuliah ini adalah program utama dari rangkaian program rutin Arcolabs yang sudah dilakukan sejak tahun 2018. Meski sempat menemui kendala di masa pandemi COVID-19, Arcolabs.id berniat untuk menyelenggarakan kuliah serupa di masa depan. “Kami ingin memberikan khasanah global kepada para pelaku di dunia seni,” ujar Direktur Jeong Ok Jeon.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.


konten yang terkait