Makanan/Pariwisata

2025.08.21

Saat ini, banyak orang yang mencari wisata di luar zona nyaman untuk menemukan jati diri mereka. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) pun memperkenalkan lima tempat wisata 'yang tidak nyaman' di Korea bagi mereka yang ingin berwisata di luar zona nyaman. Berikut ini adalah lima tempat wisata rekomendasi KTO bagi mereka yang ingin menemukan jati diri mereka.


Penulis: Margareth Theresia
Foto: Organisasi Pariwisata Korea


Menguji diri dengan mendaki lima gunung

Panorama puncak Gunung Dobongsan yang terletak di antara tiga kota, yaitu Seoul, Uijeongbu, dan Yangju.

Panorama puncak Gunung Dobongsan yang terletak di antara tiga kota, yaitu Seoul, Uijeongbu, dan Yangju.


Mendaki Gunung Buramsan, Suraksan, Sapaesan, Dobongsan, hingga Bukhansan menghabiskan waktu hingga dua hari. Panjang jalur pendakian mencapai 45 km dengan total puncak yang didaki jika dijumlah mencapai 4.000 meter.

Pendakian lima gunung yang berada di utara Kota Seoul tersebut menjadi waktu untuk menemukan jati diri di tengah kesunyian dan keletihan. Hanya pendaki yang berhasil mengatur waktu dan keadaan fisiknya dengan baiklah yang mampu menyelesaikan perjalanan tersebut.

Sebelum mencoba mendaki kelima gunung tersebut, pendaki bisa mencoba untuk mendaki gunung terdekat untuk memahami lingkungan pendakian gunung serta kemampuan fisik tubuh.


Berdialog dengan diri sendiri di sebuah ruang mungil

Peserta bisa menemukan jati dirinya dengan merenung di sebuah ruang kecil pada Happitory yang terletak di Hongcheon-gun, Provinsi Gangwon.

Peserta bisa menemukan jati dirinya dengan merenung di sebuah ruang kecil pada Happitory yang terletak di Hongcheon-gun, Provinsi Gangwon.


Merenung selama 24 jam di sebuah ruang kecil seluas 5 m² tanpa jam maupun alat elektronik. Happitory yang terletak di Hongcheong-gun, Provinsi Gangwon, menyediakan ruang bagi para pengunjung untuk menemukan jati dirinya melalui sebuah ruangan sunyi.

Peserta yang mengikuti program dapat menghabiskan waktu dengan menatap pemandangan alam yang terlihat di luar jendela, membaca buku, atau menulis sesuatu. Program biasa dimulai pada pukul 10:30 pagi melalui orientasi yang diberikan kepada para peserta.

Setelah orientasi selesai, para peserta akan diajak makan siang lalu memasuki kamar masing-masing. Peserta harus menyerahkan seluruh alat elektronik yang ia bawa lalu berada di ruangan kecil sendirian hingga hari berikutnya.

Makan malam dan makan siang diberikan kepada peserta melalui lubang yang berada di ruangan agar peserta bisa fokus terhadap dirinya sendiri. Calon peserta bisa melakukan reservasi melalui laman resmi (https://www.happitory.org/).


Kampung yang hanya bisa ditempuh dengan traktor

Foto di atas menunjukkan traktor yang sedang menjemput pengunjung Kampung Menge di Kota Andong, Provinsi Gyeongsangbuk.

Foto di atas menunjukkan traktor yang sedang menjemput pengunjung Kampung Menge di Kota Andong, Provinsi Gyeongsangbuk.


Kampung Menge merupakan sebuah kampung yang tersembunyi di antara dua aliran sungai. Pengunjung harus menyeberangi Sungai Nakdonggang dengan traktor untuk bisa mengunjungi kampung tersebut.

Kampung Menge ditinggalkan oleh para penduduknya karena transportasi dan fasilitasnya yang buruk. Akan tetapi, sebuah pasangan suami istri yang melakukan ruralisasi membangun kembali desa tersebut.

Saat ini, Kampung Menge dikenal sebagai tempat produksi Andong Jinmaek Soju yang merupakan soju dari gandum pertama di Korea. Calon pengunjung bisa melakukan reservasi terlebih dahulu melalui Naver (https://booking.naver.com/booking/3/bizes/162763) sebelum melakukan kunjungan.


Mendekatkan diri kepada Tuhan melalui retret

Seorang pemuda terlihat sedang berjalan di samping sebuah gereja tua yang berada di dalam Order of St. Benedict Waegwan Abbey, Chilgok-gun, Provinsi Gyeongsangbuk.

Seorang pemuda terlihat sedang berjalan di samping sebuah gereja tua yang berada di dalam Order of St. Benedict Waegwan Abbey, Chilgok-gun, Provinsi Gyeongsangbuk.


Order of St.Benedict Waegwan Abbey menjadi tempat bagi mereka yang ingin menemukan jati diri mereka di tengah kesunyian gereja. Program retret selama dua hari di biara tersebut menjadi kesempatan bagi para peserta untuk keluar sejenak dari kesibukan kota.

Para peserta bisa menenangkan hati mereka dengan mengikuti sesi doa dan meditasi yang disediakan. Selain itu, mereka juga bisa ikut mendampingi para biarawan dalam sesi doa pagi hingga doa malam untuk mendapatkan ketenteraman hati.

Reservasi program retret di Order of St.Benedict Waegwan Abbey dapat dilakukan di laman resminya (http://www.osb.kr//).


Mengunjungi toko yang tidak memiliki pemilik


Foto di atas menunjukkan dua orang kakak beradik yang sedang mengunjungi Toko Buku Gaga di Kota Gongju, Provinsi Chungcheongnam.

Foto di atas menunjukkan dua orang kakak beradik yang sedang mengunjungi Toko Buku Gaga di Kota Gongju, Provinsi Chungcheongnam.


Pemilik toko buku ini tidak menunggu pengunjung. Toko buku ini tidak memiliki papan petunjuk maupun lampu. Pengunjung yang datang harus menelepon pemilik toko buku melalui nomor telepon yang ditulis di depan toko untuk mengetahui cara untuk masuk ke dalam toko.

Toko buku tersebut dikelola seperti permainan teka-teki kamar gelap. Pengunjung harus mencari tahu sendiri cara menyalakan penerangan dan pendingin ruangan serta cara menggunakan toko buku tersebut.

Toko Buku Gaga memang hanya memiliki luas 16 m², tetapi menyimpan banyak kisah yang menarik di dalamnya. Informasi terbaru mengenai toko buku ini dapat dilihat di akun Instagram resminya (https://www.instagram.com/homowanders/#).


margareth@korea.kr

konten yang terkait