Makanan/Pariwisata

2025.04.30

Taman Haneul yang terkenal dengan Festival Rumput Perak setiap musim gugur dulunya merupakan tempat pembuangan sampah yang besar hingga tahun 1993. (Seobu Parks & Landscape Management Office)

Taman Haneul yang terkenal dengan Festival Rumput Perak setiap musim gugur dulunya merupakan tempat pembuangan sampah yang besar hingga tahun 1993. (Seobu Parks & Landscape Management Office)



Penulis: Lee Jihae

Tanggal 1 Mei. Hari tersebut merupakan Hari Buruh Internasional yang merayakan nilai kerja di seluruh dunia. Hari tersebut juga merupakan hari untuk mengingat sesuatu perubahan di Pulau Nanjido. Tempat tersebut yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah besar menjadi taman ekologi pada hari tersebut.

Taman Haneul (Langit) dan Taman Noeul (Matahari terbenam) yang dibuka pada tahun 2002 menjelang Piala Dunia merupakan simbol proyek pemulihan lingkungan berskala besar yang dipromosikan oleh Pemerintah Kota Seoul. Pada musim gugur Taman Haneul dipenuhi rumput perak yang bergelombang dan Taman Noeul terdapat tempat perkemahan. Orang-orang yang pertama kali menjumpai pemandangan ini mungkin tidak dapat membayangkan bahwa ini dulunya adalah tempat pembuangan sampah.

Taman Haneul dan Tamaun Noeul yang terletak di Sangam-dong, Mapo-gu, Seoul merupakan tempat pembuangan sampah dari tahun 1978 hingga 1993. (Seobu Parks & Landscape Management Office)

Taman Haneul dan Tamaun Noeul yang terletak di Sangam-dong, Mapo-gu, Seoul merupakan tempat pembuangan sampah dari tahun 1978 hingga 1993. (Seobu Parks & Landscape Management Office)



Pulau Nanjido terletak di Sangam-dong, Mapo-gu, Seoul. Pulau tersebut berbatasan dengan Kota Goyang, Provinsi Gyeonggi di barat laut dan Sungai Hangang di barat daya.

Dari tahun 1978 hingga 1993, tempat tersebut menjadi tempat pembuangan samaph dari seluruh Seoul. Konsep pemisahan sampah untuk didaur ulang tidak ada pada saat itu sehingga semua jenis sampah mulai dari limbah makanan dan barang elektronik rumah tangga hingga briket batu bara dikubur di sana. Hal tersebut menghasilkan gunungan sampah setinggi 98 meter yang terdiri dari 92 juta ton sampah. Orang-orang menyebut tempat tersebut sebagai samdado atau pulau yang dipenuhi tiga hal, yaitu debu, bau busuk, dan lalat.

Masalah yang lebih besar adalah emisi metana dari sampah yang menyebabkan lebih dari 1.390 kebakaran selama 15 tahun di sana. Air limbah yang terkontaminasi juga mengalir ke Sungai Hangang dan mengancam ekosistemnya.

Penutupan dan dimulainya restorasi

Pada tahun 1993 Pemerintah Kota Seoul menutup tempat pembuangan sampah di Pulau Nanjido karena kapasitasnya mencapai batas maksimal. Titik balik muncul setelah Korea memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2002. Pemerintah Kota Seoul memutuskan untuk membangun stadion di dekatnya dan meluncurkan proyek besar untuk mengubah Pulau Nanjido menjadi taman ekologi.

Tujuannya jelas. Tujuannya merupakan mengubah tempat pembuangan sampah menjadi tanah yang penuh dengan kehidupan. Pekerjaan untuk mengubah lingkungan tempat tersebut dimulai.

Sumur untuk menampung air limbah (atas) dan fasilitas untuk mengumpulkan metana di Taman Haneul. Fasilitas-fasilitas tersebut mengumpulkan dan memproses lindi dan gas yang dihasilkan selama proses pemisahan sampah. (Lee Jeongwoo)

Sumur untuk menampung air limbah (atas) dan fasilitas untuk mengumpulkan metana di Taman Haneul. Fasilitas-fasilitas tersebut mengumpulkan dan memproses lindi dan gas yang dihasilkan selama proses pemisahan sampah. (Lee Jeongwoo)



Teknologi Pemulihan yang Menyelamatkan Kehidupan

Proses stabilisasi dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, 106 sumur ekstraksi gas dipasang di seluruh tempat pembuangan sampah. Kemudian, mengalirkan metana yang dikumpulkan melalui pipa untuk digunakan sebagai sumber energi untuk pemanas dan pendingin di Stadion Piala Dunia Seoul, 6.000 rumah tangga di Sangam-dong, dan Digital Media City. Gas beracun tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang penting bagi kehidupan.

Penghalang di sekitar tempat pembuangan sampah dibangun untuk mencegah air limbah bocor keluar. Air limbah yang dikumpulkan di sumur-sumur penampungan melalui dua tahap pengolahan sebelum dilepaskan ke Sungai Hangang.

Tahap terakhir adalah pemulihan tanah agar tanaman dapat tumbuh. Lapisan tanah ditumpuk di atas tempat pembuangan sampah. Setelah menutupi tempat pembuangan sampah dengan lapisan tanah setebal 50 cm, membran kedap air dipasang untuk mencegah air meresap ke dalam. Di atasnya, lapisan drainase setebal 30 cm, tanah dasar, dan tanah atas ditumpuk untuk memungkinkan rumput dan pohon kecil ditanam dan membentuk ekosistem.

Pemandangan Taman Noeul. (Lee Jeongwoo)

Pemandangan Taman Noeul. (Lee Jeongwoo)



Pulau Nanjido Bernapas Kembali

Taman Haneul dan Taman Noeul bukan sekadar taman di dalam pusat kota yang sederhana. Itu merupakan simbol potensi untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh pembangunan dan konsumsi yang tidak terkendali, serta menunjukkan kemungkinan bahwa manusia dapat berdampingan dengan alam. Festival Rumput Perak yang digelar setiap musim gugur, program hijau interaktif sepanjang tahun, dan perkemahan menyampaikan makna pemulihan kepada masyarakat.

Pulau Nanjido bertanya kepada kita. "Apakah Anda benar-benar berdamai dengan alam dan kota."

jihlee08@korea.kr

konten yang terkait