Kebudayaan

2024.02.19

Museum adalah tempat di mana masyarakat bisa melihat sejarah dan kebudayaan suatu negara. Museum juga menjadi tempat yang menyimpan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Selain itu, kekuatan budaya sebuah negara juga bisa dilihat melalui museum. Korea.net telah memilih enam museum nasional yang direkomendasikan untuk dikunjungi oleh para wisatawan asing. Terdapat banyak barang-barang pameran utama yang tidak boleh dilewati. Museum kedua yang wajib dikunjungi adalah Museum Nasional Gyeongju yang menyimpan warisan-warisan budaya dari Dinasti Silla (57 SM s/d 935 M).


Penulis: Lee Kyoung Mi
Foto: Lee Jun Young

1. Mahkota emas yang menunjukkan wibawa dan kesakralan pemimpin-pemimpin Dinasti Silla

Masyarakat kelas atas seperti keluarga kerajaan dan bangsawan yang memimpin Dinasti Silla memiliki berbagai ornamen emas untuk menunjukkan kedudukan mereka di dalam masyarakat. Mahkota emas menduduki takhta tertinggi dalam aksesori emas yang dimiliki oleh keluarga kerajaan karena hanya bisa dipakai oleh pemimpin tertinggi (raja atau ratu) Dinasti Silla.

Masyarakat kelas atas seperti keluarga kerajaan dan bangsawan yang memimpin Dinasti Silla memiliki berbagai ornamen emas untuk menunjukkan kedudukan mereka di dalam masyarakat. Mahkota emas menduduki takhta tertinggi dalam aksesori emas yang dimiliki oleh keluarga kerajaan karena hanya bisa dipakai oleh pemimpin tertinggi (raja atau ratu) Dinasti Silla.


Aula Pameran Nomor 2 yang terdapat di dalam Galeri Sejarah Silla selalu dipadati oleh para pengunjung. Suara decak kagum selalu terdengar dari kejauhan. Mahkota emas Dinasti Silla yang dipamerkan di ruang inilah yang menarik para pengunjung untuk datang.

Mahkota tersebut berdiri tegak dengan bentuk ranting pohon dan tanduk rusa. Besi tipis berbentuk bulat dan batu giok berbentuk bulan sabit bergelantungan di berbagai sisi mahkota.

Di mahkota tersebut terdapat pula perhiasan emas yang menggantung di sisi kiri dan kanan mahkota sehingga membuat mahkota tersebut terasa semakin mewah.

Di bagian bawah mahkota, dipamerkan pula ikat pinggang emas yang membuat pemakainya terlihat sangat berwibawa. Inilah perhiasan emas yang mampu menunjukkan nama baik Silla yang terkenal sebagai negeri emas.

Kurator Museum Nasional Gyeongju, Kim Daehwan menjelaskan bahwa hal yang paling harus diperhatikan adalah desain mahkota emas tersebut.

Kim berkata, "Pada masyarakat kuno, pohon dianggap sebagai hal sakral yang mampu menghubungkan langit dengan bumi. Raja-raja Silla tentu saja dianggap memiliki kesakralan sehingga menggunakan mahkota yang mengambil bentuk dari pohon.

Suara besi dan batu giok yang bergemerincing saat raja berjalan dengan menggunakan mahkota emas tersebut menunjukkan kewibawaan seorang pemimpin.

Hanya ada belasan mahkota emas yang berhasil digali di seluruh dunia, tetapi enam di antaranya adalah mahkota emas Dinasti Silla. Mahkota tersebut sebagian dipamerkan di Museum Nasional Gyeongju dan mampu menampilkan kemewahan dan kemajuan peradaban Silla pada masa tersebut.

Pengunjung bisa melihat tak hanya mahkota emas saja, tetapi juga berbagai perhiasan emas lain yang digunakan oleh para raja dan anggota keluarga kerajaan, seperti anting emas, kalung emas, ikat pinggang emas, bahkan sepatu emas.


2. Genta Suci Raja Seongdeok yang memperdengarkan suara indah

Genta Suci Raja Seongdeok ditetapkan sebagai harta nasional Korea pada tahun 1962. Seorang cendekiawan Jerman ternama bahkan pernah berkata bahwa sebuah museum dapat dibangun hanya dengan menggunakan genta ini saja.

Genta Suci Raja Seongdeok ditetapkan sebagai harta nasional Korea pada tahun 1962. Seorang cendekiawan Jerman ternama bahkan pernah berkata bahwa sebuah museum dapat dibangun hanya dengan menggunakan genta ini saja.


Jika pengunjung masuk ke dalam halaman museum, pengunjung bisa melihat sebuah genta raksasa yang dipamerkan di halaman. Genta tersebut adalah Genta Suci Raja Seongdeok yang memiliki tinggi 366 cm dan berat 18,9 ton. Genta tersebut dibuat oleh ahli terbaik Dinasti Silla.

Genta ini dibuat oleh Raja Gyeongdeok (bertakhta tahun 742-765) untuk mengenang ayahnya yang sudah wafat, yaitu Raja Seongdeok (bertakhta tahun 702-737). Genta ini baru selesai dibuat pada masa pemerintahan anak Raja Gyeongdeok, yaitu Raja Hyegong (bertakhta tahun 765-780).

Genta tersebut juga memiliki nama lain, seperti Genta Kuil Bongdeoksa atau Genta Emile.

Bagian lingkaran yang digunakan untuk menggantung lonceng dihias untuk menyerupai kepala naga. Pola arabes dapat ditemukan di bagian bahu dan titik mencolok pada loncengnya berbentuk bunga teratai. Pada bagian tengah lonceng terdapat gambar bicheon yang indah.


Gambar bicheon yang berada di tengah Genta Suci Raja Seongdeok. Menurut legenda, saat genta ini dibuat, seorang anak kecil diletakkan di dalam genta ini, tetapi hal itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Gambar ini menyimbolkan betapa sulitnya genta ini dibuat.

Gambar bicheon yang berada di tengah Genta Suci Raja Seongdeok. Menurut legenda, saat genta ini dibuat, seorang anak kecil diletakkan di dalam genta ini, tetapi hal itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Gambar ini menyimbolkan betapa sulitnya genta ini dibuat.



Bicheon merupakan makhluk gaib dalam kepercayaan Buddha yang mirip dengan konsep bidadari di Indonesia. Gambar tersebut menunjukkan bicheon yang sedang berlutut dan menghadap ke langit seakan sedang memohon suatu hal.

Kurator Lee Hyuntae berkata, "Gambar bicheon menyimbolkan suara genta yang menghubungkan antara langit dengan bumi."

Karakteristik lain dari genta ini adalah motif simetris yang berada di sebelah kiri dan kanan genta. Terdapat sepasang di sebelah kiri dan kanan dengan jumlah total empat pasang.

Lee menjelaskan, "Tidak ada genta sebesar ini yang tersisa di Korea serta tidak ada yang bisa menandingi desain dari genta tersebut. Genta ini mampu menunjukkan teknologi maju Dinasti Silla Bersatu."

Suara genta tersebut bisa didengar setiap 20 menit sekali, walaupun suara tersebut merupakan suara yang telah direkam sebelumnya.

Apabila Anda mendengar suara genta dalam waktu yang cukup lama sambil melihat gambar bicheon tersebut, Anda akan bisa merasakan ketenangan dalam hati Anda.

3. Bhaisajyaguru yang menyembuhkan orang sakit


Patung Bhaisajyaguru di atas diperkirakan dibuat sekitar tahun 800 pada masa Dinasti Silla Bersatu. Patung tersebut ditetapkan sebagai warisan nasional.

Patung Bhaisajyaguru di atas diperkirakan dibuat sekitar tahun 800 pada masa Dinasti Silla Bersatu. Patung tersebut ditetapkan sebagai warisan nasional.


Dalam agama Buddha aliran Mahayana, Bhaisajyaguru dipercaya sebagai Buddha yang bisa menyembuhkan orang sakit dan memperpanjang umur manusia.

Patung Bhaisajyaguru mendapatkan banyak perhatian dari pengunjung berkat alasan tersebut. Patung ini berada di Galeri 3 Seni Buddha yang menjadi bagian dalam Galeri Seni Silla.

Patung Bhaisajyaguru ini memiliki tinggi hampir 180 cm dengan bentuk yang sempurna tetapi tidak memiliki tangan.

Menurut dokumentasi kuno yang berisi foto serta bentuk tangan yang terangkat, patung ini dianalisis sebagai patung Bhaisajyaguru karena menurut dokumentasi tersebut, tangan kiri patung ini memegang suatu barang yang berbentuk seperti kendi obat.

Kurator Shin Myung-hee merekomendasikan para pengunjung untuk melihat bagian belakang patung Bhaisajyaguru ini.

Di bagian belakang patung, terdapat lubang besar di bagian mahkota, kepala, dan punggung. Lubang ini digunakan untuk mengeluarkan tanah yang ada di dalam patung setelah patung ini selesai dibuat.

Patung sebesar ini akan sulit dibuat jika tidak ada teknologi yang maju pada saat itu. Cara pembuatan patung tersebut bisa dianalisis melalui bentuk bagian belakang patung.

Shin merekomendasikan para pengunjung yang datang untuk bertemu dengan patung Bhaisajyaguru lalu mendoakan kesehatan diri dan keluarga masing-masing.



# Menikmati Museum Nasional Gyeongju

- Bagaimana kalau Anda mencoba mengunjungi Makam Cheonmachong? Makam ini merupakan tempat mahkota emas Dinasti Silla diekskavasi. Anda bisa melihat gambaran ekskavasi saat itu melalui reka ulang bentuk asli bagian dalam makam. Anda bisa mengunjungi makam tersebut dengan berjalan kaki selama sekitar 20 menit dari museum. Jaraknya tidak begitu jauh, tetapi cukup sulit untuk dilalui dengan berjalan kaki. Bus juga tidak begitu sering datang sehingga Anda lebih baik menggunakan taksi untuk pergi ke sana.

- Mengunjungi museum di malam hari juga memberikan pengalaman yang tidak kalah menarik dibanding siang hari. Anda bisa melihat gambar bicheon di Genta Suci Raja Seongdeok yang mendapatkan pencahayaan. Museum Nasional Gyeongju dibuka pada malam hari hanya pada hari Sabtu terakhir setiap bulan dari bulan Maret hingga Desember. Pada hari itu, museum dibuka pada jam 10:00 s/d 21:00.

km137426@korea.kr

konten yang terkait