Penulis: Yoon Seungjin
Video: Kim Sunjoo dan Lee Jun Young
Bentuk Gwanghwamun di masa lalu akhirnya bisa dilihat kembali oleh publik mulai tanggal 15 Oktober lalu.
Badan Administrasi Warisan Budaya Korea (CHA) menyelenggarakan upacara pembukaan hasil restorasi woldae pada hari itu di alun-alun yang berada di depan Gwanghwamun, Istana Gyeongbokgung. Woldae merupakan undak-undakan yang digunakan sebagai bagian dari upacara ritual di masa lalu.
Woldae di Gwanghwamun pertama kali dibangun pada tahun 1866 sebagai tempat untuk menyelenggarakan acara kerajaan sekaligus tempat komunikasi istana dengan rakyat. Woldae hilang ditelan sejarah setelah dihancurkan oleh Pemerintah Kolonial Jepang pada tahun 1923 untuk membuat jalur trem.
Selain pembukaan woldae untuk publik, acara pada hari itu juga membuka hasil restorasi papan nama di Gwanghwamun. Papan nama tersebut direstorasi kembali setelah melalui penelitian sejarah yang mendalam. Papan nama tersebut ditulis dengan huruf berwarna emas dalam tulisan hanja (aksara Tiongkok) berdasarkan tulisan yang dibuat oleh Im Tae-yeong, pegawai publik pada masa Dinasti Joseon (1392-1910) yang bertanggung jawab atas renovasi Istana Gyeongbokgung pada masa pemerintahan Raja Gojong (1897-1907).
CHA memulai proyek restorasi woldae dan papan nama mulai tahun 2006. Skala dan struktur woldae bisa dipastikan melalui restorasi dan penggalian yang dimulai pada bulan September 2021. Proyek restorasi tersebut akhirnya bisa selesai bulan ini.
Direktur CHA, Choi Eung-chon, berkata, "Bentuk tersebut akan terlihat berbeda dari Gwanghwamun yang selama ini kita lihat, tetapi inilah bentuk keseluruhan dari Gwanghwamun. Kami berharap melalui restorasi ini, usaha kami dan makna sejarah dari hasil restorasi ini bisa dipahami oleh masyarakat."
Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, Yu In-chon, berkata, "Woldae memang merupakan jalan bagi raja, tetapi juga menjadi ruang untuk berkomunikasi dengan rakyat. Kami berharap woldae juga saat ini bisa menjadi simbol komunikasi dengan Korea."
scf2979@korea.kr