Yut Nori adalah permainan tradisional di mana pemain bisa melempar empat yut garak untuk mencapai menyusuri titik di dalam yut pan. Pemain yang sampai di garis finis terlebih dahulu akan menang. (iClick Art) *Reproduksi dan redistribusi tidak sah dari foto di atas dilarang sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Oleh Jung Joo-ri
Permainan papan tradisional
yut nori, yang biasanya dimainkan oleh keluarga selama hari raya, akan menjadi warisan budaya takbenda.
Administrasi Warisan Budaya (CHA) pada 26 September mengumumkan penunjukan tersebut, dengan mengatakan bahwa permainan tersebut telah menjadi acara keluarga atau komunitas yang dimainkan sejak awal tahun hingga
Jeongwol Daeboreum, sebuah festival yang menandai bulan purnama pertama tahun baru kalender lunar.
Permainan ini dilakukan dengan melempar empat
yut (tongkat kayu) untuk memindahkan bidak di papan yang memiliki 29 titik. Pemenang ditentukan dari pemain pertama yang bisa mencapai titik finis. Bidak dapat berpindah mulai dari satu hingga lima langkah, tergantung dari hasil pelemparan yut. Kelima langkah tersebut disebut sebagai do (satu langkah), gae (dua), geol (tiga), yut (empat), dan mo (lima).
CHA mengatakan
yut nori pantas mendapatkan kehormatan itu karena sejarahnya yang panjang. Catatan itu dapat ditemukan dalam dokumen sejarah termasuk
Annals of the Joseon Dynasty. Permainan ini memiliki nilai penelitian akademis karena telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh keluarga dan komunitas.
CHA menambahkan, "tradisi ini adalah tradisi kelompok yang bisa dinikmati semua orang di Semenanjung Korea, seperti halnya dengan
kimchi damgeugi (membuat kimchi) dan
jang damgeugi (pembuatan saus dan pasta tradisional)."
"Logika
yut nori didasarkan pada pemahaman orang Korea tentang alam semesta dan astronomi. Ada
yin dan
yang serta 28 rasi bintang. Permainan ini sederhana namun memiliki berbagai banyak variasi sehinga menjadi sangat menarik," jelasnya.
etoilejr@korea.kr