Oleh Yoon So-jung
Harian The Guardian Inggris menerbitkan tabloid mingguan bernama The Observer. Kali ini tabloid itu menampilkan laporan khusus mengenai perubahan kebudayaan Korea yang ini sedang menyapu dunia, seperti musik, film, video game, acara televisi, fesyen, dan makanan.
Pada terbitan 4 September, The Observer melaporkan artikel khusus berjudul "K-everything: The rise and rise of Korean Culture" pada halaman 1 dan 8-11.
The Observer mengunjungi gedung perusahaan SM Entertainment yang mereka sebut sebagai "pabrik K-pop." Mereka bertemu dengan petinggi SM dan memperkenalkan berbagai aktivitas yang ada di sana.
The Observer melaporkan kunjungannya dengan mengutip perkataan petinggi tersebut, "K-pop adalah paradigma baru dari ekspor kebudayaan."
The Observer juga mengungkapkan, "Korean coolness sudah menyebar ke seluruh dunia sejak sepuluh tahun yang lalu. Hal itu dimulai dengan musik Korea yang saat ini berkembang hingga ke bidang film, video game, acara televisi, fesyen, dan makanan."
The Observer lalu menambahkan, "Untuk merayakan hal itu, Museum Victoria dan Albert akan menyelenggarakan pameran khusus dengan tema 'Hallyu! Korean Wave' pada akhir bulan September."
Artikel tersebut juga mengutip isi buku The Birth of Korean Cool yang ditulis oleh jurnalis Korea-Amerika. Kutipan itu dimulai dengan ucapan kritikus budaya Lee Moon-won, "Hampir tidak ada negara yang mencoba menjual kebudayaan populernya ke Amerika Serikat."
Artikel tersebut lalu melanjutkan, "Pemikiran (menjual kebudayaan populer) ini mendapatkan penolakan yang cukup kuat walaupun K-pop dan K-drama sudah mampu meraih kepopuleran di seluruh Asia."
The Observer lalu menganalisis bahwa faktor utama yang membuat hallyu bisa masuk ke dalam kebudayaan populer Amerika adalah "Gangnam Style". Lagu Psy yang diluncurkan pada tahun 2012 tersebut sukses meraih kepopuleran di seluruh dunia bahkan hingga mencapai semiliar tayangan YouTube hanya pada tahun 2012 saja.
Artikel tersebut juga menyatakan peran dan keputusan pemerintahan Mantan Presiden Kim Dae-jung yang menyadari besarnya skala dari industri hiburan. Ia mendorong perbaikan citra Korea Selatan setelah Korsel jatuh pada krisis moneter Asia tahun 1997.
Perkembangan industri digital Korsel juga merupakan bagian dari usaha pemerintah. Artikel tersebut menjelaskan, "Perkembangan dunia digital tidak hanya mendorong kepopuleran hallyu, tetapi juga membuka peluang potensi industri e-sports di Korsel. Kita bisa melihat pertukaran antara penggemar di seluruh dunia di dalam dunia luring maupun daring dengan menggunakan game."
Artikel tersebut lalu melanjutkan, "Industri K-pop juga mempunyai peran dalam menjadi perantara antara dunia maya dan dunia nyata melalui perkembangan metaverse digitalnya."
The Observer lalu memperkenalkan mengenai kepopuleran kuliner Korea melalui kimci dan tradisi pembuatannya yang disebut sebagai gimjang. Kimci saat ini sudah mendapatkan pengakuan secara internasional dan artikel ini juga menjelaskan mengenai kelebihan kimci dari segi nutrisi. Kimci mulai diketahui dunia internasional sebagai makanan sehat saat pandemi Covid-19 mulai melanda.
The Observer menilai bahwa industri perfilman Korea pada saat ini memiliki warna dan ciri khas tersendiri dengan dasar pembuatan film yang mirip dengan Hollywood pada tahun 1970-an. Artikel tersebut mengungkapkan bahwa Parasite yang diproduseri oleh Bong Joon-ho bercerita mengenai tema-tema di dunia modern saat ini yang tidak dibahas oleh film-film arus utama Amerika Serikat.
Squid Game merupakan drama pertama yang mampu meraih penonton terbanyak di dunia dalam segi karya yang tidak mengggunakan bahasa Inggris. Squid Game mampu memecahkan berbagai rekor yang dipegang Netflix sebelumnya.
Artikel itu ditutup dengan mengungkapkan bahwa Korsel saat ini memegang peringkat keenam di dunia dalam bidang pengaruh kebudayaan global. Inggris berada pada peringkat ke-23.
The Observer merupakan tabloid mingguan tertua di dunia yang diterbitkan setiap hari Minggu. Tabloid ini merupakan salah satu tabloid dengan pelanggan terbanyak di Inggris dan dicetak sebanyak 140.000 eksemplar setiap terbit. Jurnalis Tim Adams yang menulis artikel tersebut mengunjungi Korsel selama satu minggu pada bulan Agustus lalu.
arete@korea.kr