Korea berhasil meraih peringkat ke-22 pada Paralimpiade Paris 2024 melalui pencapaian 6 medali emas, 10 medali perak, dan 14 medali perunggu. Hal tersebut dapat diraih melalui semangat dan kepercayaan diri yang luar biasa dari para atlet. Mereka tak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Korea, tetapi juga memberikan inspirasi dan rasa haru.
Korea.net berhasil menemui empat orang atlet Paralimpiade yang mampu menunjukkan kemampuan luar biasa mereka di tengah berbagai keterbatasan. Bagian pertama seri ini menampilkan kisah Park Jin-ho yang mampu memecahkan rekor cabang olahraga menembak dan Jeong Ho-won yang mampu meraih medali emas boccia kesepuluh untuk Korea.
Penulis: Hong Angie dan Gil Kyuyoung
Foto: Komite Paralimpiade Korea
※ Penembak jitu Korea, Park Jin-ho
Park Jin-ho berfoto di depan Menara Eiffel pada tanggal 8 September 2024 (waktu setempat) dengan dua medali emas yang ia dapatkan dari cabor menembak Paralimpiade Paris 2024.
"Saya mampu mempertahankan kondisi terbaik saya dengan memercayai diri saya dan juga beristirahat dengan cukup."
Ini adalah rahasia Park Jin-ho yang menjadi atlet nasional Korea untuk cabang olahraga menembak pada Paralimpiade Paris 2024.
Park mampu membuat banyak orang terharu dan terinspirasi berkat semangatnya dalam olahraga menembak sehingga banyak yang menjulukinya sebagai 'penembak jitu dengan kursi roda'.
Park masih berkuliah di jurusan olahraga pada saat ia jatuh dari ketinggian. Kecelakaan tersebut membuat tulang belakangnya rusak sehingga kakinya lumpuh saat ia berusia 25 tahun. Mimpi dan harapan masa depannya pun hilang.
Park mendatangi Departemen Kesejahteraan Sosial di Rumah Sakit Severance Sinchon saat ia masih dalam proses rehabilitasi. Tujuannya adalah untuk mencari olahraga yang masih bisa ia lakukan di tengah kondisinya saat itu.
Melalui konsultasi, Park akhirnya jatuh cinta dengan olahraga menembak dan mulai menjajaki dunia menembak. Ia tak sadar bahwa olahraga tersebut akan menjadi penggerak hidupnya.
Park mengungkapkan, "Sekarang saya tidak bisa membayangkan hidup saya tanpa menembak. Menembak menjadi bagian dari hidup saya dan penyokong hidup saya."
Olahraga menembak merupakan olahraga yang memerlukan fokus dan mental yang kuat sehingga atlet menembak memiliki rutinitas yang padat. "Sejak saya memahami cara memegang pistol, saya terus berlatih mengenai cara menembak yang baik agar saya tidak mengulangi kesalahan yang sama," ungkap Park.
Saat Korea.net bertanya mengenai daya tarik menembak, Park menjawab, "Para atlet bisa mengetahui peluru yang ditembakkan akan mengarah ke posisi apa dan mendapatkan poin berapa saat kami mengambil posisi dan menembakkan peluru."
"Apabila intuisi kami terkait arah dan poin tersebut ternyata tepat dengan sasaran tembakan, rasanya menggembirakan. Saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata betapa gembiranya kami saat fokus dan detail kami cocok dengan intuisi kami," ungkap Park.
Park mendapatkan banyak perhatian karena berhasil meraih dua medali emas melalui nomor R1 air rifle 10 m putra dan R7 rifle 3 50 m putra serta memecahkan rekor Paralimpiade.
Park mengungkapkan bahwa hasil ini bisa didapat berkat dukungan dari orang-orang terdekatnya sehingga ia mengungkapkan bahwa momen paling bahagia yang ia ingat adalah saat ia meraih medali emas pertamanya.
Ia tersenyum sambil berkata, "Saat itu rasanya saya memetik buah dari kerja keras saya selama ini serta dukungan dari orang-orang terdekat saya."
Korea.net lalu bertanya mengenai harapan Park ke depan. Ia menjawab, "Walaupun saya sudah meraih medali emas, saya ingin dikenang sebagai seorang atlet yang terus berkembang."
Mungkin inilah yang membuat Park terpilih sebagai MVP atlet timnas Korea untuk Paralimpiade Paris.
※ Raja boccia, Jeong Ho-won
Jeong Ho-won berhasil meraih medali emas boccia tunggal putra (BC3) setelah mengalahkan Daniel Michel (Australia) pada babak final yang digelar tanggal 2 September 2024 (waktu setempat) di Paris, Prancis.
Timnas Korea untuk cabor boccia berhasil menorehkan sejarah baru melalui perolehan medali emas selama sepuluh kali penyelenggaraan Paralimpiade berturut-turut. Peraih medali emas pada Paralimpiade Paris 2024 adalah Jeong Ho-won melalui nomor tunggal putra (BC3).
Jeong mengungkapkan, "Akhir-akhir ini, kemampuan para atlet boccia tidak jauh berbeda sehingga saya tidak memperkirakan bahwa saya akan mudah meraih medali emas. Medali tersebut bisa saya peroleh berkat kepercayaan diri dan tekad saya."
Jeong menderita lumpuh otak (cerebral palsy) karena jatuh dari tempat tidur saat ia masih bayi. Ia menemukan hidup baru melalui boccia. Guru olahraganya merekomedasikan olahraga tersebut saat ia berusia 12 tahun.
Jeong memulai perjalanannya di Paralimpiade sejak Paralimpiade Beijing 2008. Paralimpiade Paris 2024 merupakan Paralimpiade kelimanya. Ia telah berhasil meraih 4 medali emas, 2 medali perak, dan 1 medali perunggu hingga saat ini. Ia bahkan dijuluki sebagai 'pahlawan boccia' berkat perolehan medali Paralimpiadenya.
Boccia merupakan sebuah cabang olahraga khusus Paralimpiade yang dipertandingkan untuk para atlet penyandang disabilitas lumpuh otak. Pertandingan boccia menggunakan lapangan dengan panjang 12,5 meter dan lebar 6 meter.
Para atlet bertanding dengan melemparkan 6 buah bola merah dan 6 buah bola biru ke arah satu bola putih yang menjadi target utama. Pemenang ditentukan melalui jarak terdekat bola lemparan para atlet dengan bola putih tersebut.
BC3 merupakan salah satu kelas yang ada di boccia. Para atlet di dalam kelas ini memiliki kesulitan untuk menggerakan seluruh bagian tubuh mereka sehingga mereka membutuhkan alat bantu dan asisten.
Jeong menjelaskan, "Asisten atlet membantu atlet untuk menyesuaikan tinggi, sudut, dan arah dari alat bantu untuk meluncurkan bola. Asisten tidak boleh mengajak atlet mengobrol atau melihat ke belakang selama pertandingan berjalan."
Jeong yang saat ini memegang peringkat satu dunia pun pernah merasakan jatuh bangun pada tahun 2023. Ia berkata bahwa ia sedikit khawatir mengenai masa depannya di nomor BC3 karena semakin banyaknya atlet yang tidak memiliki disabilitas lumpuh otak.
Jeong mengungkapkan, "Orang memberikan semangat terbesar kepada saya pada waktu itu adalah asisten, sahabat, sekaligus pelatih saya, Kim Seung-kyum. Ia meneliti dan menguji coba boccia bersama saya sehingga membuat saya berkembang pesat."
Korea.net lalu bertanya mengenai hal yang mendorong Jeong untuk mempertahankan posisinya selama lebih dari 20 tahun lain.
"Tidak ada pilihan lain dalam hidup saya selain boccia. Berkat bantuan dari segi fisik dan mental dari banyak orang di sekeliling saya, saya bisa meneruskan hidup saya sebagai seorang atlet. Saya ingin menjadi unggul tak hanya di panggung boccia saja, tetapi juga di panggung Paralimpide."
shong9412@korea.kr, gilkyuyoung@korea.kr