Penulis: Cao Thi Ha dan Park Hye Ri
Foto: Chuyun Oh
Belakangan ini sangat mudah untuk mendengar berita mengenai lagu K-pop yang masuk ke tangga lagu dunia atau penyanyi Korea yang mendapatkan penghargaan internasional. Menurut statistik perdagangan yang dikeluarkan oleh Layanan Bea Cukai Korea pada bulan Juli lalu, jumlah ekspor album K-pop telah memecahkan rekor dengan mencetak angka 132 juta dolar. Angka ini naik 17,1% dibanding dari periode yang sama pada tahun sebelumnya (YoY).
Yang luar biasa adalah tren pertumbuhan di pasar musik Amerika Serikat yang menjadi pasar musik terbesar di dunia. AS menjadi negara kedua setelah Jepang yang menjadi negara tujuan ekspor album K-pop. Jumlah ekspor ke AS mencapai angka 48 juta dolar. AS berhasil menggeser Tiongkok yang selalu menempati peringkat dua dari tahun 2012, kecuali pada tahun 2020.
Pada tahun ini, Jimin BTS berhasil menempati posisi pertama tangga lagu Billboard Hot 100 dengan lagunya yang berjudul "Like Crazy." Blackpink juga berhasil meraih dua penghargaan pada MTV Video Music Awards. Bintang K-pop lain seperti TOMORROW X TOGETHER, Stray Kids, dan New Jeans juga bergiliran menempati posisi pertama tangga album utama Billboard, yaitu Billboard 200. Hal ini menunjukkan semakin banyak penyanyi K-pop yang berhasil menguasai pasar musik AS.
Semakin kuatnya pengaruh K-pop ini membuat San Diego State University (SDSU) membuka mata kuliah teori dan sejarah tari K-pop pertama di wilayah Amerika Utara. Dosen pengampu mata kuliah tersebut adalah dosen jurusan seni tari SDSU, yaitu Chuyun Oh.
Oh lulus dari jurusan seni tari di Universitas Wanita Ewha di Korea lalu meraih gelar doktoral melalui disertasi bertema tari K-pop di The University of Texas di Austin, AS. Disertasi tersebut menjadi disertasi pertama di Amerika Utara yang membahas mengenai tari K-pop. Saat ini Oh sedang mengajar mahasiwa-mahasiswa jurusan seni tari di SDSU.
Oh merilis buku berjudul K-pop Dance: Fandoming Yourself on Social Media pada bulan Juli 2022 yang menjadi best seller di Amazon. Oh juga menulis berbagai jurnal mengenai K-pop selama sepuluh tahun terakhir. Ia juga mengelola tempat penelitian bernama Oniz Lab yang mengeluarkan sertifikat kreator K-pop.
Oh menilai bahwa tari K-pop bukanlah hasil yang bisa diraih dalam waktu yang singkat, tetapi merupakan hasil dari gabungan pendidikan dan seni dari berbagai generasi. Korea.net mewawancarai Oh yang berusaha untuk mempromosikan K-pop dari segala arah.
- SDSU menyediakan mata kuliah teori dan sejarah tari K-pop mulai tahun ini. Apa alasan pembukaan mata kuliah ini?
Saya sudah merekomendasikannya semenjak saya ditunjuk pada tahun 2017 dengan mempertimbangkan skala penggemar tari K-pop. AS merupakan negara dengan kekayaan budaya beragan, terutama di California. Hampir semua universitas di California memiliki tim tari K-pop dan skalanya setara dengan tim pemandu sorak serta tari hiphop.
Melalui penerbitan buku berjudul K-pop Dance: Fandoming Yourself on Social Media pada tahun 2022, urusan administrasi akhirnya mulai terealisasi. Agar bisa mengajar kelas teori berskala besar, maka diperlukan buku kuliah serta makna akademik dari mata kuliah tersebut juga harus bisa dibuktikan.
Pendidikan di universitas adalah pendidikan yang mengajarkan bidang akademis secara tradisional. Pihak universitas akhirnya memutuskan untuk membuka mata kuliah tersebut untuk menjawab ketertarikan mahasiswa yang terus berubah.
- Bukankah tidak mudah untuk membuat mata kuliah tari K-pop di sebuah universitas yang berada di AS?
Kritik terbesar adalah, "Ini bukan seni tradisional." Setiap negara pasti memiliki kecenderungan untuk menekankan budayanya sendiri atau ketertarikan terhadap budaya tradisional. Walaupun AS merupakan sebuah negara dengan suku yang beragam akibat kolonialisasi, tetapi saja budaya tradisional yang berfokus kepada orang berkulit putih tetap kuat. Cukup ada kesulitan karena K-pop bukanlah seni teater, tetapi tari populer. K-pop bukanlah tarian orang berkulit putih, tetapi tarian budaya Asia.
- Bagaimana Anda menjalankan kelas Anda dan bagaimana respons para mahasiswa?
Para mahasiswa mempelajari sejarah tari K-pop dan makna budaya penggemarnya selama satu semester melalui buku K-pop Dance: Fandoming Yourself on Social Media. Pada awal semester, para mahasiswa mempelajari teori lalu mempersiapkan pertunjukan. 80 orang siswa memiliki perannya masing-masing, seperti menjadi penari, desainer baju, penata cahaya, dan penata musik. Di tengah semester, saya memberikan tugas berbentuk K-pop Dance Challenge. Oleh karena itu, mahasiswa dapat lebih memahami tari K-pop melalui teori dan kreasi.
Saat ini ada 80 orang mahasiswa yang mengikuti kelas saya. Karena popularitas mata kuliah tersebut, terdapat beberapa puluh orang mahasiswa yang masuk ke dalam daftar tunggu. Akan tetapi, karena kapasitas ruang kelas hanya mencapai 80 orang, saya hanya bisa menerima mahasiswa sesuai dengan kapasitas kelas.
Para mahasiswa sangat senang bahkan hanya dengan menonton video musik K-pop selama kuliah. Selain itu, mereka juga tertarik mendengarkan cerita saya yang tumbuh besar di Korea selama K-pop generasi pertama populer. Misalnya, saya bercerita bahwa saat saya SMP, saya mengikuti tata rias dan gaya baju S.E.S. Bahkan saat saya mengikuti perlombaan di sekolah, saya menggunakan tari pemandu sorak dengan lagu S.E.S. Saya menjelaskan bahwa para remaja mendapatkan pengaruh besar dari keinginan mereka menjadi seperti S.E.S.
Di sisi lain, hal yang sulit bagi para mahasiswa adalah nama atau istilah yang cukup banyak. Para penggemar cukup tahu mengenai aegyo, membuat hati dengan jari tangan, atau nama-nama grup idola terkenal. Akan tetapi, mereka sedikit sulit untuk melafalkannya.
- Anda memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk melakukan pertunjukan secara langsung pada awal bulan lalu. Sepertinya Anda berusaha untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk berpartisipasi langsung.
Saya berpikir bahwa tari K-pop sama seperti masakan. Ada banyak foto maupun video terkait membuat masakan di Instagram maupun YouTube, tetapi hal itu sulit dilakukan apabila kita tidak mencobanya secara langsung. Sebagian besar mahasiswa AS melihat K-pop melalui video pendek berdurasi beberapa detik di media sosial. Jika mereka melakukan pertunjukan secara langsung, mereka akan tahu pentingnya kerja sama dalam tim dan bagaimana menyatukan beberapa orang di dalam satu pertunjukan. Mereka akan bisa memahami makna sebenarnya dari tarian dengan menjadi penari atau melihat penari langsung di atas panggung.
- Kami dengar bahwa ada pertunjukan K-pop pada Korean Heritage Celebration yang digelar oleh San Diego Padres tanggal 19 September lalu.
Penampilan K-pop dan budaya Korea baru pertama kali ditampilkan melalui tim bisbol profesional San Diego Padres. Pada audisi terbuka, sekitar tiga tim bergabung bersama mahasiswa-mahasiswa SDSU dan melakukan pertunjukan selama sekitar 50 menit. Prosesnya memang cukup melelahkan, tetapi kami senang karena bisa menjadi bagian dari pertukaran budaya antara kedua negara sekaligus menyambut peringatan 70 tahun aliansi antara Korea dan AS pada tahun 2023 ini.
- Tak hanya BTS dan BLACKPINK saja yang mendapatkan sambutan hangat di pasar musik AS, tetapi berbagai grup K-pop lainnya juga berhasil masuk ke dalam tangga lagu Billboard. Menurut Anda, apa daya tarik K-pop bagi pasar musik AS?
Idola K-pop sangat sempurna dalam berbagai sisi, yaitu musik, kemampuan tari, kostum, tata rias, pencahayaan panggung, penggunaan video, penampilan penari, tata tari, hingga sikap mereka di atas panggung. Tari K-pop bukanlah hasil yang bisa diraih dalam waktu yang singkat, tetapi merupakan hasil dari gabungan pendidikan dan seni dari berbagai generasi. Hanya dengan sekilas saja, kita bisa tahu bahwa kemampuan mereka sangat luar biasa. Inilah daya tarik mereka.
- Buku K-pop Dance: Fandoming Yourself on Social Media mendapatkan penilaian sebagai buku yang berhasil merangkum teori mengenai tari K-pop dari sisi akademis. Mengapa penulisan teori dan penelitian ilmiah mengenai K-pop itu penting?
Fenomena seni apapun pasti akan hilang apabila teori terkait hal tersebut tidak ditulis, apalagi tari. Saya belajar balet mulai dari usia tujuh tahun lalu mempelajari tari modern di jurusan seni tari. Saya juga menulis tesis mengenai seni tari di jenjang pascasarjana. Dari situ saya memahami bahwa pencatatan secara akademik sangat penting karena menjadi bagian dari sejarah.
Saya mulai menulis disertasi mengenai K-pop pada tahun 2012 di AS. Alasannya adalah karena saya ingin menunjukkan bahwa K-pop sudah menjadi salah satu genre tari melalui perkembangannya selama sepuluh tahun terakhir. Apabila para cendekiawan menyebut mengenai pentingnya tari K-pop dari sisi budaya, sejarah, dan sosial, lalu memberikan masukan, maka hal tersebut akan membantu tari K-pop berkembang.
- Apa rencana Anda ke depan?
Ada banyak talenta berbakat di Korea, tetapi kesempatan untuk mereka masih cukup kurang. Akan tetapi, masih ada cukup banyak kesempatan yang menunggu di AS. Sama seperti pertunjukan di San Diego Padres, ada banyak permintaan untuk menampilkan tari K-pop di panggung kecil maupun besar di AS. Memberikan kesempatan kepada para mahasiswa saya untuk melakukan pertunjukan memang bermakna, tetapi saya berharap mereka juga bisa bekerja sama dengan penari, seniman, dan idola K-pop ternama.
Saat ini, pihak universitas sedang mempertimbangkan membuka kelas praktik karena kepopuleran kelas teori K-pop. Demam K-pop di AS lebih merupakan hobi dibanding profesionalitas di Korea. Oleh karena itu, saya ingin mempekerjakan para pakar Korea berpengalaman. Selain itu, saya juga sedang mempersiapkan buku kedua saya terkait pendidikan tari K-pop. Secara jangka panjang, saya ingin mendorong program pendidikan seni dan pertukaran budaya antara universitas di Korea dan AS melalui K-pop.
shinn11@korea.kr