Tokoh

2023.07.21

Hwang Junho menerima wawancara Koreanet pada tanggal 7 Juli di studionya yang terletak di Yongsan-gu, Seoul. (Lee Jun Young)

Hwang Junho menerima wawancara Koreanet pada tanggal 7 Juli di studionya yang terletak di Yongsan-gu, Seoul. (Lee Jun Young)


Penulis: Jung Joo-ri

Bagi pecinta webtun dengan genre thriller, maka nama Hwang Junho pasti sudah tidak asing lagi. Karya debutnya adalah Evil (2009) yang mengisahkan kisah cinta pasangan yang keduanya merupakan pembunuh berantai. Karya-karya lainnya yang ia buat antara lain adalah A Good Day to Study (2010), Human Forest (2012), Future Girl (2015), dan Blood and Flesh (2019). Karya terbarunya berjudul Selection Class (2023) dan mengisahkan mengenai sisi manusia yang dingin.

Karya utama Hwang adalah Human Forest yang mengisahkan mengenai sebuah barak yang menjadi tempat berkumpulnya para pembunuh psikopat yang digunakan dalam sebuah eksperimen.Isi ceritanya sangat mengejutkan dan penuh dengan kekerasan sehingga hanya bisa dibaca oleh pembaca berusia 18 tahun ke atas. Meskipun begitu, Human Forest tetap dapat menjaga nilai ulasannya di angka 9,98 dan memiliki banyak penggemar. Webtun ini telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Jepang, Spanyol, dan Indonesia. Berkat popularitasnya, tahun lalu terdengar kabar bahwa webtun ini akan dijadikan drama.

Korea.net mendatangi studio Hwang pada tanggal 7 Juli. Hwang berbagi cerita kepada kami mengenai berbagai tema terkait webtun, seperti kesibukannya merilis episode baru di setiap hari Selasa, cara ia bekerja, dan permasalahan hak cipta. Berikut adalah hasil dari wawancara kami dengan Hwang.


- Anda merilis seri baru untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Bagaimana Anda menjalani keseharian Anda?
Karena saya harus merilis episode baru setiap minggu, maka saya menghabiskan minggu saya dengan membagi beberapa hari untuk menulis skrip dan hari lainnya untuk menggambar sketsa. Jumlah hari yang saya gunakan untuk menulis skrip dan menggambar sketsa tergantung dari seberapa banyak tujuan yang bisa saya capai pada setiap pekerjaan saya. Saya memulai episode baru dengan menulis skrip terlebih dahulu, lalu menggambar sketsanya. Waktu yang paling lama adalah memikirkan ide cerita dan menulis skrip, biasanya keduanya menghabiskan masing-masing dua hari. Saya bisa mendapatkan bantuan dari asisten saya untuk menggambar sketsa, tetapi tidak untuk jalan cerita. Oleh karena itu, waktu yang diperlukan cukup panjang.

- Apa yang membuat Anda memilih menjadi penulis webtun?
Saya memutuskan untuk cuti kuliah pada tahun keempat saya di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) dan mencoba untuk menyelesaikan manhwa yang menjadi salah satu keinginan saya. Karena saya tidak bisa menggambar, maka saya berpikir bahwa saya harus menulis cerita dengan baik. Oleh karena itu, saya memilih genre thriller yang kuat dari segi cerita. Saya memulai karya saya dengan pertanyaan, "Apabila saya ingin menggambar thriller, maka saya harus mampu menggambarkan pembunuhan beruntun. Akan tetapi, apa itu pembunuhan beruntun dan psikopat?" Oleh karena itu, saya mencari jawabannya di perpustakaan sekolah saya dan menulis karya debut saya. Ternyata sudah 14 tahun berlalu. (tertawa)

- Kenapa Anda memilih webtun, bukan manhwa?
Manhwa yang dicetak memiliki jumlah halaman yang terbatas dan dalam satu halaman terdapat beberapa panel. Oleh karena itu, pergerakan mata menjadi dinamis. Akan tetapi webtun mampu memberikan potongan-potongan gambar sebesar satu halaman penuh sehingga sebetulnya cara penyuguhan webtun mirip dengan cara penyuguhan video. Penggambaran psikologis lebih cocok ditampilkan melalui webtun, tetapi genre aksi lebih cocok untuk ditampilkan dalam manhwa. Karena saya memilih untuk memberikan penggambaran cerita dengan detail, maka saya memilih webtun.

- Bisakah Anda memperkenalkan daya tarik webtun kepada orang asing yang mungkin masih asing terhadap webtun?
Webtun merupakan konten yang berkembang seiring dengan perkembangan telepon pintar. Sebetulnya telepon pintar bisa disebut sebagai alat yang membuat manusia jauh dari kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, saya berpikir bahwa daya tarik webtun adalah sebuah ironi yang menyatukan kehidupan analog melalui alat digital.

Salah satu bagian dari Human Forest, karya Hwang Junho yang dirilis pada bulan Juni 2012 hingga Januari 2013. (Hwang Junhho)

Salah satu bagian dari Human Forest, karya Hwang Junho yang dirilis pada bulan Juni 2012 hingga Januari 2013. (Hwang Junhho)



- Karya Anda yang berjudul Human Forest mendapatkan penilaian sebagai 'horor ala Korea' dari para pembaca luar Korea. Bagaimana pendapat Anda?
Tidak ada hantu yang muncul dalam karya saya. Saya hanya menggambarkan manusia secara jujur. Akan tetapi, karena saya menampilkan sisi dari manusia yang selama ini tidak pernah dikeluarkan di dalam cerita-cerita, maka karya saya menjadi menakutkan. Mungkin bisa dibilang bahwa sebelumnya hanya sisi luar manusia saja yang ditampilkan. Saya pikir horor ala Korea adalah 'horor dengan manusia' yang dibuat oleh manusia dengan lingkungan sosialnya. Saya pikir, para pembaca melihat bahwa horor ala Korea adalah kisah-kisah mengerikan yang terjadi pada manusia dan penggambaran sisi manusia yang menjijikkan dalam proses tersebut.

- Apa yang membuat Anda teguh untuk berada dalam genre horor dan thriller?
Apabila saya ingin menggambar webtun, maka saya harus menggambar layaknya adegan-adegan mimpi yang tergambar di dalam kepala saya. Oleh karena itu, saya harus berada di dalam satu tema agar bisa menjadi seperti itu. Grup soft rock asal Australia yang bernama Air Supply pernah mengatakan hal tersebut. Bukan kami yang memilih musik, tetapi musiklah yang memilih kami. Saya juga sama. Bukan saya yang memilih karya saya, tetapi karya sayalah yang memilih saya. Oleh karena itu, saya akan terus fokus menggambarkan sisi gelap manusia ke depannya.

Hwang Junho menerima wawancara Koreanet pada tanggal 7 Juli di studionya yang terletak di Yongsan-gu, Seoul. (Lee Jun Young)

Hwang Junho menerima wawancara Koreanet pada tanggal 7 Juli di studionya yang terletak di Yongsan-gu, Seoul. (Lee Jun Young)



- Sebagai seorang penulis webtun yang sudah beraktivitas selama 14 tahun, sepertinya Anda ingin menceritakan banyak hal terkait webtun Korea. Menurut Anda, apa rahasia webtun Korea bisa berkembang sangat cepat setelah tahun 2000?
Pasar manhwa Korea yang berpusat pada manhwa cetak mulai hancur pada akhir tahun 1990-an. Manhwa yang dicetak memang mulai kehilangan popularitasnya sehingga cerita-cerita manhwa juga tidak tersisa. Orang-orang yang memiliki kisah seperti itu bertemu dengan sebuah metode baru yang disebut webtun. Oleh karena itu, para penulis yang tidak bisa debut melalui pasar manhwa cetak mulai menceritakan kisah mereka melalui webtun. Di sini peran amatir sangat besar karena mereka mencoba berbagai cara dengan ringan dan hidup.

- Ada beberapa permasalahan terkait hak cipta, seperti webtun berbayar yang saat ini bisa diunduh gratis di beberapa situs ilegal. Bagaimana menurut Anda?
Menurut saya, permasalahan hak cipta seperti ini berada pada pola pikir para pembaca. Misalnya seperti film, jika penonton mau, penonton bisa saja menonton film secara ilegal sebanyak yang mereka mau. Akan tetapi, budaya seperti ini mulai menghilang. Sayangnya, pola pikir untuk membaca webtun tanpa membayar masih cukup banyak di masyarakat karena banyak yang berpikir karena tidak ada yang berbeda saat membaca webtun di situs resmi maupun ilegal.

- Apakah kampanye bersama untuk melindungi hak cipta webtun yang dijalankan oleh KCOPA (Korea Copyright Protection Agency) ini merupakan salah satu usaha untuk mengubah pola pikir pembaca?
Saya sebelumnya tidak mengikuti kampanye ini, tetapi saya akhirnya mengikuti kampanye ini karena saya berpikir bahwa saya juga harus ikut bergerak. Saya ingin melihat relay webtoon kali ini dan bagaimana hati para pembaca akan bergerak. Bukankah baik apabila setidaknya satu dari seratus orang pembaca bisa tergerak setelah melihat kampanye ini? Untuk bisa mengubah dunia, tidak hanya dibutuhkan 4-5 tahun saja, tetapi kita juga harus melihat 50 tahun ke depan. Oleh karena itu, saya juga berpikir hal yang sama dan bergerak dengan pelan.

- Apakah ada yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca Korea.net?

Saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai Anda berpikir bahwa Korea adalah negara yang gelap saat Anda membaca karya saya atau menonton Parasite. (tertawa) Korea adalah negara yang ceria seperti BTS. Korea hanya tergambar seperti itu di dalam karya saya saja, jadi jangan sampai Anda salah paham.


etoilejr@korea.kr